Halaqah 03 ~ Simpul 1 – Membersihkan Wadah Ilmu

Halaqah 03 ~ Simpul 1 – Membersihkan Wadah Ilmu

📘 Kitab : Khulashah Ta’dzhimul Ilmi


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-3 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.

المعقد الأول

Simpul yang pertama kata beliau

تطهير وعاء العلم

Di antara bentuk pengagungan kita terhadap ilmu agama adalah kita harus membersihkan tempat dari ilmu tersebut, karena dia punya tempat, termasuk penghormatan kita dan pengagungan kita terhadap ilmu tadi maka kita harus membersihkan terlebih dahulu tempat tersebut.

Kita kalau mau kedatangan tamu yang kita hormati maka kita berusaha untuk membersihkan rumah, halaman kita bersihkan ruang tamu kita bersihkan bahkan sampai kamar mandi pun kita bersihkan karena di dalam diri kita ada penghormatan terhadap orang tersebut. Kalau memang kita ingin menunjukkan penganggungan kita terhadap ilmu dan ilmu itu letaknya atau rumahnya tempatnya adalah di dalam hati kita sehingga otomatis kita harus membersihkan hati tersebut. Beliau mengatakan

وهو القلب

dan tempat dari ilmu adalah hati

وبحسَب طهارة القلب يدخله العلم، وإذا ٱزدادت طهارته ٱزدادت قابليَّته للعلم

maka sesuai dengan kebersihan hati seseorang ilmu itu akan masuk, apabila dia bertambah bersih maka akan bertambah dia menerima ilmu tersebut, tambah bersih dan semakin bersih hati tersebut maka ilmu akan semakin betah tinggal di hati tersebut dan sebaliknya kalau hati seseorang itu kotor maka ilmu semakin tidak betah dengan hati tersebut dan ingin segera dia keluar dari hati tersebut.

فمن أراد حيازة العلم فليُزينِّ باطنه، ويُطهِّرْ قلبه من نجاسة

Maka barang siapa yang ingin mendapatkan ilmu maka hendaklah dia menghiasi batinnya, jangan dia sibuk untuk menghiasi dzahirnya saja karena ilmu itu tempatnya berada di dalam, hendaklah dia menyibukkan diri untuk menghiasi dan awalnya adalah dengan membersihkan hati tersebut, kemudian dihiasi dan diperindah dan hendaklah dia membersihkan qalbunya dari najis-najis yang ada di dalam hati tersebut.

فالعلم جوهرٌ لطيفٌ ، لا يَصلُح إلَّ للقلب النَّظيف

Maka ilmu ini adalah sesuatu yang sangat lembut barang berharga yang sangat lembut tidaklah dia pantas kecuali untuk hati yang bersih.

Jangan sampai sesuatu yang berharga tadi yang sangat bernilai tadi ditaruh di tempat yang kotor karena ketika dia ditaruh di tempat yang kotor maka dia tidak akan lama-lama tinggal di tempat tersebut dia tidak akan betah di situ, dia adalah sesuatu yang mulia dan butuh tempat yang mulia yang bersih, kalau kita ingin mendapatkan ilmu maka kita harus bersiap-siap untuk membersihkan hati kita ini dari seluruh kotoran. Kemudian beliau menyebutkan bagaimana dan apa jenis-jenis dari kotoran tersebut yang harus kita singkirkan dan harus kita bersihkan dari hati kita.

وطهارة القلب ترجع إلىٰ أصلين عظيمين

Dan kebersihan hati itu kembali kepada dua pokok yang besar, jadi dari sekian banyak kotoran hati itu bisa diringkas menjadi dua

أحدهما: طهارته من نجاسة الشُّبهات

Yang pertama adalah bersihnya hati tersebut dari kotoran-kotoran syubhat, kalau ada syubhat maka segera kita tinggalkan, segera kita singkirkan syubhat tersebut dari hati kita karena itu adalah kotoran yang ilmu tidak akan cocok dengan syubhat tadi

والآخر

dan yang kedua

طهارته من نجاسة الشهوات

adalah bersihnya hati tersebut dari najisnya syahwat, yaitu syahwat yang diharamkan bukan syahwat yang dihalalkan seperti dosa-dosa besar berzina baik zina mata atau zina telinga atau zina kemaluan maka itu adalah syahwat yang muharramah, atau mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah ﷻ, itu semua adalah najis yang mengotori hati seseorang dan ilmu tidak akan senang tinggal di sebuah tempat yang kotor baik kotor dengan syubhat maupun kotor dengan syahwat. Kalau kita ingin mendapatkan ilmu maka kita harus bersihkan hati kita dari kotoran-kotoran syubhat dan dari kotoran syahwat.

Kemudian beliau mengatakan

وإذا كنت تستحي من نظر مخلوقٍ مثلِك إلىٰ وسخ ثوبك، فاستحِ من نظر الله إلىٰ قلبك، وفيه إحنٌ وبايا، وذنوبٌ وخطايا

Kemudian beliau membuat permisalan yang semoga ini bisa mempermudah pemahaman kita, apabila engkau malu dengan pandangan makhluk sepertimu terhadap kotoran yang ada di badan, kalau kita berjalan misal di jalan kemudian kita memiliki baju yang kotor maka kita malu orang lain melihat kita memakai baju yang kotor, maka kata beliau hendaklah engkau malu dari pandangan Allah ﷻ terhadap hatimu yang di dalamnya ada kotoran-kotoran dan juga musibah-musibah (dosa-dosa) dan juga kesalahan-kesalahan.

Kalau kita dipandang oleh makhluk seperti kita saja yang melihat pada pakaian kita yang kotor kita malu lalu bagaimana dengan  pandangan Allah subhanahu wa taala Al-Khaliq, di mana Allah subhanahu wa taala melihat pada hati kita apakah di situ ada kotoran atau tidak, tentunya kita malu seandainya Allah subhanahu wa taala melihat hati kita dalam keadaan banyak dosa banyak kotoran banyak syubhat banyak syahwat, kalau itu masih banyak di dalam hati kita maka akan sulit kita mendapatkan ilmu agama, belajar mental lagi membaca keluar lagi lupa lagi antum menghafal lupa lagi sebabnya karena kita belum membersihkan hati tersebut.

Sehingga ini menunjukkan bahwasanya penuntut ilmu harus memperhatikan hatinya, dia harus senantiasa muraqabah dan mengawasi hatinya jangan sampai dibiarkan hatinya berlarut-larut dalam keadaan kotor dengan syubhat dengan syahwat. Dengan syubhat karena mungkin ada di antara penuntut ilmu yang dia mendengarkan atau membaca buku-buku yang tidak dibenarkan, buku-buku ahlul bid’ah atau dia sengaja mendengarkan ceramah ceramah ahlul bid’ah, sengaja untuk memasukkan syubhat di dalam hatinya dan ini adalah waswas dari setan mengatakan engkau kuat engkau Insyaallah bisa mengetahui dan bisa membedakan mana yang haq mana yang batil, dan ini adalah waswas dari setan yang ingin mengajak kita untuk mengotori hati kita dengan syubhat-syubhat tadi.

ففي صحيح مسلمٍ عن أبي هريرة رضي الله عنه

Dan di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu

أنَّ النَّبِيَّ صلَّى الله عليه وسلَّم قال

Bahwasanya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda

إن الله لا ينظر إلىٰ صوركم وأموالكم، ولٰكن ينظر إلىٰ قلوبكم وأعمالكم

Ini dalil bahwasanya Allah ﷻ melihat hati kita, Sesungguhnya Allah ﷻ tidak melihat pada bentuk kalian dan harta-harta kalian, Allah ﷻ tidak melihat yang ini tampan berarti dia diangkat derajatnya, yang ini kaya berarti dia lebih tinggi derajatnya, Allah ﷻ tidak melihat yang demikian, tapi yang Allah ﷻ lihat adalah hati-hati kalian. Kalau dia orang kaya tapi hatinya kotor maka derajatnya lebih rendah daripada orang miskin yang hatinya bersih (bertaqwa).

وأعمالكم

dan Allah ﷻ juga melihat amalan, kalian bukan hanya hati saja yang dilihat oleh Allah ﷻ tapi amalan dzahirnya apakah sesuai dengan sunnah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam atau tidak, dilihat hatinya keikhlasannya dan juga dilihat amalannya apakah sesuai dengan sunnah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam atau tidak. Karena Allah subhanahu wa ta’ala melihat hati kita dan juga amalan kita maka hendaklah kita berusaha untuk senantiasa dan senantiasa membersihkan hati kita.

من طهَّر قلبه فيه العلم حَلَّ

Barang siapa yang membersihkan hatinya maka ilmu akan menempati hati tersebut

ومن لم يرفع منه نجاسته وَدَعَه العلمُ وارتحل

dan barang siapa yang malas dia tidak mau mengangkat najis yang ada di dalam hatinya, tapi dia terus mengikuti hawa nafsunya dia terus memasukkan syubhat di dalam dalam hatinya berarti kalau memang demikian keadaannya ya sudah

وَدَعَه العلمُ وارتحل

maka ilmu akan mengucapkan selamat tinggal untuknya, kalau memang tidak butuh ilmu ya sudah dia akan mencari hati-hati yang lebih bagus hati-hati yang lebih mau menerima ilmu tersebut yang hati-hati tersebut adalah hati-hati yang bersih

وارتحل

dan dia akan segera meninggalkan, dia tidak akan lama-lama tinggal di hati tersebut.

Dari sini kita mengetahui tentang keutamaan para ulama baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, ketika kita mendengar tentang keilmuan mereka yang dalam kita mengetahui bagaimana keadaan hati mereka yang bersih karena ilmu yang kita dengar dari lisan-lisan mereka yang mulia dan juga apa yang mereka tulis dalam kitab, ini menunjukkan tentang apa yang ada di dalam hati mereka.

وارتحل

Dan akhirnya ilmu tersebut akan pergi meninggalkan orang tersebut.

قال سهل بن عبد الله رحمه الله

Berkata Sahl Ibnu Abdillah rahimahullah

حرامٌ علىٰ قلبٍ أن يدخله النُّور، وفيه شيءٌ ممَّا يكره الله عزَّ وجلَّ

Haram bagi sebuah hati untuk dimasuki Nur (cahaya dari Allah ﷻ) sementara di dalam hati tersebut ada sesuatu yang dibenci oleh Allah ﷻ, haram bagi sebuah hati yaitu tidak mungkin sebuah hati dimasuki cahaya ilmu kalau di dalam hati tersebut ada sesuatu yang dibenci oleh Allah Azza wajalla, sesuai dengan kadar kebersihan hati tersebut maka akan semakin banyak ilmu yang masuk ke dalamnya dan semakin kotor maka akan semakin menjauh ilmu itu darinya.

Itu yang pertama kalau kita memang ingin mengagungkan ilmu maka cara mengagungkannya adalah dengan membersihkan tempat dari ilmu tersebut, ini coba kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tentunya awalnya kita bersihkan dulu dengan beristighfar bertaubat kepada Allah ﷻ, kalau memang kita ingin mendapatkan ilmu maka kita bertaubat dan beristighfar kepada Allah ﷻ.

Kemudian kita bertekad kuat untuk melaksanakan apa yang Allah ﷻ perintahkan dan jangan sampai kita melakukan apa yang dilarang oleh Allah ﷻ dan juga Rasul-Nya karena itulah yang akan mengotori hati kita, kalau memang kita sudah bertaqwa sesuai dengan kemampuan kita kemudian terjerumus ke dalam dosa maka segera kita bersihkan hati tersebut dengan beristighfar dan juga bertaubat dan juga dengan amal shalih sebagaimana sabda Nabi Sallallahu Alaihi wasallam

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها

Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah ﷻ di mana pun kau berada dan hendaklah engkau ikuti sebuah kejelekan itu dengan kebaikan, dan di antara kebaikan tersebut adalah istighfar dan juga bertaubat kepada Allah ﷻ dan amal shalih, karena amal shalih ini juga bisa menghapuskan sebagian dari dosa.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى