Halaqah 02 ~ Muqaddimah Kitab Ta’dzimul ‘Ilmi

Halaqah 02 ~ Muqaddimah Kitab Ta’dzimul ‘Ilmi

📘 Kitab : Khulashah Ta’dzhimul Ilmi


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-2 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.

Masuklah sekarang beliau pada Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm tentunya dimulai dari muqaddimah yang ada di dalam Kitab Ta’dzhimul ‘Ilm, beliau mengatakan

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Jadi kitab Ta’dzhimul ‘Ilm juga dimulai dengan basmalah

الحمد لله، وأشهد ألَّ إله إلَّ الله، وأشهد أنَّ محمَّدًا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم، وعلىٰ آله وصحبه عدد من تعلَّم وعلَّم

Setelah membaca basmalah sebagaimana tadi beliau memuji Allah subhanahu wa taala dan bersyahadat dengan dua kalimat Syahadat dan mengucapkan shalawat dan salam untuk keluarga Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabat Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam

أمَّا بعدُ

adapun setelahnya

فإنَّ حظَّ العبد من العلم موقوفٌ علىٰ حظِّ قلبه من تعظيمه وإجلاله

Ini muqaddimah yang bagus yang hendaklah kita memahaminya, sesungguhnya kata beliau bagian seorang hamba terhadap ilmu (besar kecilnya ilmu yang bermanfaat yang dia miliki, banyak sedikitnya ilmu yang bermanfaat yang dia miliki) itu tergantung pada pengagungan dia terhadap ilmu itu sendiri

فمن ٱمتأ قلبه بتعظيم العلم وإجلاله

Maka barang siapa yang penuh hatinya ini dengan pengagungan terhadap ilmu, semakin berisi hatinya dengan pengagungan terhadap ilmu semakin mengagungkan ilmu,

صلُح أن يكون محاًّ له

maka hati tersebut pantas untuk menjadi tempat bagi ilmu itu sendiri

وبقدر نقصان هيبة العلم في القلب؛ ينقص حظُّ العبد منه

dan sesuai dengan semakin berkurang pengagungan seseorang terhadap ilmu maka akan semakin berkurang juga ilmu yang bermanfaat yang ada pada orang tersebut

حتىَّٰ يكونَ من القلوب قلبٌ ليس فيه شيءٌ من العلم

sehingga di sana ada hati-hati manusia yang tidak ada di dalamnya sedikit pun ilmu, karena pengagungan dia terhadap ilmu di dalam hatinya itu kosong, karena tidak ada pengagungan maka tidak ada sama sekali ilmu di dalam hatinya.

Ini bisa kita rasakan pada diri kita sendiri dan kita bisa melihat orang yang ada di sekitar kita, semakin dia mengagungkan ilmu maka ilmu semakin betah untuk tinggal di dalam hatinya, tapi semakin berkurang pengagungan dia terhadap ilmu maka akan semakin berkurang juga ilmu yang ada pada dirinya

فمن عظَّم العلم لاحت أنواره عليه، ووفَدَت رُسل فنونه إليه

Maka barangsiapa yang mengagungkan ilmu (ilmu yang bermanfaat) maka akan muncul cahaya-cahaya ilmu tersebut pada dirinya.

Barang siapa yang mengagungkan ilmu maka akan muncul cahaya-cahaya ilmu pada diri orang tersebut, al jaza min jinsil ‘amal (balasan sesuai dengan amalannya), dan kemudian akan berdatanganlah cabang-cabang dari ilmu tersebut kepadanya ketika dia mengagungkan ilmu tersebut di dalam hatinya. Maka akan dengan senang hati cabang-cabang dari ilmu itu mendatangi orang tersebut, bukan hanya pokok-pokok dari ilmu tapi juga cabang-cabangnya akan mendatangi orang tersebut karena dia mengagungkan ilmu.

ولم يكن لهمَّته غايةٌ إلا تلقِّيه، ولا لنفسه لذَّةٌ إلاَّ الفكرُ فيه

Kalau orang sudah mengagungkan ilmu maka tidak ada keinginan yang puncak bagi dirinya kecuali ingin mendapatkan ilmu tersebut, keinginan dia yang paling besar adalah mendapatkan ilmu tersebut sebagaimana para ulama mereka mendapatkan ilmu tersebut. Dan tidak ada di dalam dirinya kelezatan kecuali ketika dia memikirkan ilmu tersebut, kelezatan dia bukan pada tontonan bukan apa yang dia dengar tapi kelezatan dia adalah ketika dia memikirkan ilmu tersebut, dia merasakan kenikmatan tersebut tidak dirasakan oleh orang lain.

وكأنَّ أبا محمَّدٍ الدَّارميَّ الحافظ رَحِمَهُ الله لَمَحَ هٰذا المعنىٰ فَخَتَمَ كتاب العلم من سننه المسمَّاة ب”المسند الجامع” ببابٍ في إعظام العلم

Sepertinya (kata Syaikh) Abu Muhammad Ad-Darimi Al-Hafidz beliau mengisyaratkan pada makna ini, yaitu makna bahwasanya orang yang mengagungkan ilmu maka dia akan mendapatkan ilmu kalau dia tidak mengagungkan ilmu maka dia tidak akan mendapatkan ilmu.

Di dalam kitab beliau Al-Musnad atau dikenal dengan Sunan Ad-Darimi maka beliau menutup kitabnya dengan sebuah bab yang isinya adalah tentang pengagungan ilmu dan ini beliau taruh di akhir, sepertinya beliau ingin menunjukkan bahwasanya tidak mungkin mendapatkan ilmu kecuali orang yang mengagungkan ilmu, kemudian beliau mengatakan

وأعونُ شيءٍ علىٰ الوصول إلىٰ إعظام العلم وإجلاله: معرفةُ معاقد تعظيمه

Dan perkara yang paling membantu kita, setelah kita mengetahui bahwasanya ternyata rumus untuk mendapatkan ilmu kita harus punya pengagungan terhadap ilmu, itu sudah menjadi rumus, kalau kita punya pengagungan kita akan mendapatkan ilmu kalau kita tidak mengagungkan ilmu maka jangan berharap kita bisa mendapatkan ilmu tersebut.

Kata Syaikh untuk mendapatkan di dalam hati kita pengagungan yang besar terhadap ilmu maka hal yang sangat membantu supaya kita sampai kepada sikap mengagungkan terhadap ilmu itu adalah kita harus mengenal simpul-simpul dari pengagungan terhadap ilmu, karena dari mengenal itulah baru kita bisa mengamalkan, kalau kita tidak mengenal bagaimana kita bisa mengamalkan.

وهي الأصول الجامعة، المحقِّقَةُ لِعَظَمَة العلم في القلب

Yang dimaksud dengan simpul tadi itu adalah pokok-pokok yang menyeluruh, prinsip-prinsip dasar yang menyeluruh yang akan mewujudkan pengagungan terhadap ilmu di dalam hati kita, Syaikh ingin menyebutkan untuk kita supaya kita tahu kemudian kita bisa mengamalkan dan kita bisa mewujudkan pengagungan terhadap ilmu tersebut di dalam diri kita

فمن أخذ بها كان معظِّمًا للعلم مجِلًّ له

Maka barangsiapa yang mengambil simpul-simpul pengagungan terhadap ilmu tadi, dia ambil dia pahami dan dia praktekkan maka dia adalah orang yang mengagungkan ilmu

ومن ضيَّعها فلنفسه أضاع

Tapi barangsiapa yang menyia-nyiakan simpul-simpul tadi, mungkin dia belajar tapi dia tidak mengamalkan simpul-simpul tadi, dia dengarkan dan dia tinggalkan berarti dia telah menyia-nyiakan simpul-simpul tadi dia tidak mengamalkan dia tidak mempraktikkan dalam kehidupan dia sehari-hari atau dalam kehidupan dia dalam menuntut ilmu, maka orang tersebut pada hakikatnya dia telah menyia-nyiakan dirinya sendiri.

Karena ketika dia menyia-nyiakan simpul-simpul tadi akhirnya dia tidak mengagungkan ilmu, kalau dia tidak mengagungkan ilmu maka akhirnya dia tidak mendapatkan ilmu, dan orang yang tidak mendapatkan ilmu dia telah menyia-nyiakan dirinya sendiri, meridhoi dirinya dalam keadaan bodoh, ridha kalau dirinya dalam keadaan tidak tahu tentang agama Allah ﷻ maka dia telah menyia-nyiakan dirinya sendiri, karena rata-rata musibah itu sebabnya adalah karena kebodohan sebaliknya dengan ilmu seseorang berarti dia dikehendaki kebaikan oleh Allah ﷻ

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ

Barangsiapa yang Allah ﷻ kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikan dia paham tentang agamanya.

Kalau kita membiarkan diri kita dalam keadaan bodoh berarti kita telah menyia-nyiakan diri kita sendiri, kita dalam keadaan bodoh karena kita tidak mau mengagungkan ilmu sehingga ilmu pun tidak mau betah di dalam diri kita, kita pun dalam keadaan bodoh, makanya kita belajar mempelajari simpul-simpul pengagungan terhadap ilmu supaya kita mendapatkan ilmu

ولِهَواه أطاع

Dan dia telah mengikuti hawa nafsunya.

Simpul-simpul yang akan beliau sebutkan itu kebanyakan atau semuanya bertentangan dengan hawa nafsu, jadi kalau kita menyia-nyiakan simpul-simpul tadi berarti kita sebenarnya mengikuti hawa nafsu kita, karena apa yang beliau sebutkan berupa prinsip dan juga simpul dalam mengagungkan ilmu itu rata-rata bertentangan dengan hawa nafsu

فلا يلومنَّ – إن فتَر عنه – إلَّ نفسه

Maka janganlah dia mencela kalau sampai dia terputus dari ilmu kecuali dirinya, kalau terjadi musibah atau dia tidak mendapatkan ilmu, karena dia tidak mengikuti simpul-simpul tadi tidak mempraktekkan simpul-simpul tadi.

Seandainya dia suatu saat putus dari ilmu dan tidak istiqomah di atas ilmu maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri, nasihat sudah datang dari para ulama yang mereka sudah mendahului kita dalam sampainya mereka kepada ilmu.

Kemudian beliau mendatangkan permisalan

يداك أوْكَتَا وفوك نَفَخَ

Dua tanganmu itulah yang mengikat dan mulutmu yang meniup.

Ini adalah sebuah permisalan ketika ada seseorang yang dia ingin menyeberang sungai kemudian dia ingin menggunakan kirbah, sebuah tempat yang digunakan untuk menaruh air, zaman dulu terbuat dari kulit yang dihilangkan isinya yaitu dihilangkan airnya kemudian ditiup dan diikat sehingga isinya adalah udara berfungsi seperti ban kalau di zaman kita.

Ditiup kemudian diikat dengan tangannya kemudian dia pun menyeberangi sungai tersebut tapi dia mengikatnya tidak benar, mengikatnya tidak sungguh-sungguh. Akhirnya ketika dia menyeberang dia pun terseret tidak bisa mengambil faedah dari kirbah tadi, kemudian dikatakan

يداك أوْكَتَا وفوك نَفَخَ

kedua tanganmu yang mengikat dan mulutmu sendiri yang meniup, bukan tanganku yang mengikat dan bukan mulutku yang meniup tapi antum sendiri yang melakukan. Sehingga ini adalah permisalan bagi orang yang dia terkena bencana/musibah karena perbuatan dia sendiri

ومن لا يُكْرِمُ العلمَ لا يُكرِمُه العلمُ

Dan barang siapa yang tidak menghormati ilmu tidak memuliakan ilmu maka ilmu pun tidak akan memuliakan dia, balasan itu sesuai dengan amal, kalau kita mengagungkan ilmu maka Allah subhanahu wa ta’ala akan mengangkat derajat kita

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ

Allah ﷻ akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu, karena mereka mengagungkan ilmu sehingga Allah ﷻ pun mengangkat derajat mereka

إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ

Sesungguhnya Allah ﷻ mengangkat dengan Kitab ini (Al-Quran) beberapa kaum dan merendahkan kaum yang lain.

Sehingga kembali kepada diri kita masing-masing kalau kita ingin mendapatkan ilmu agama yang kita mengetahui tentang keutamaannya dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala masuk ke dalam surga

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

kalau kita ingin mendapatkan ilmu agama yang disitu kita termasuk orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah ﷻ dan diangkat derajatnya oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka kita harus menempuh dan mempraktekkan prinsip-prinsip yang merupakan bentuk pengagungan kita terhadap ilmu agama ini.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى