Halaqah 06 ~ Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6 | HSI NI.1

📘 Silsilah Ilmiyyah An-Nawaqidhul Islam

Halaqah yang ke-6, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengamalkan amalan yang kufur kemudian dihukumi sebagai seorang yang musyrik atau kafir, disana ada syarat-syarat diantaranya disebutkan oleh para ulama :

“Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh dan berakal.“

Apabila dia belum baligh atau anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia adalah ucapan kufur dan tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena yang mengucapkan adalah seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir.

رفع القلم عن ثلاثة

Diantaranya adalah dari anak kecil sampai dia dewasa, pena (pencatat) amal diangkat dari tiga orang diantaranya dari anak kecil sampai dia dewasa

و عن الصبي حتى يَحْتَلِمَ

Demikian pula berakal apabila ada seorang muslim yang gila atau tidak waras kemudian dia mengucapkan ucapan yang kufur maka tidak dianggap dia sebagai orang yang kafir, karena dia mengucapkan ucapan ini dalam keadaan dia tidak berakal.

Demikian pula orang yang mabuk misalnya dia mengucapkan ucapan yang kufur maka dia tidak dianggap sebagai orang yang kafir. Ucapan dia adalah ucapan yang kufur tetapi dia tidak dianggap sebagai orang yang kafir. Ini maksudnya.

Demikian pula diantara syaratnya adalah dia dalam keadaan memiliki kehendak memiliki pilihan dan bukan sedang dipaksa oleh orang lain, terkadang seseorang dipaksa untuk mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan perbuatan yang kufur “padahal didalam hatinya dia mengingkari dan tidak mau dan beriman kepada Allāh dan beriman kepada Rasul dan dia merasa yakin dengan seyakin yakinnya dengan Islam tetapi diancam akan dibunuh, akan disiksa, dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur. Apabila dia mengucapkan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa maka ini tidak mengeluarkan dia dari Islam.“

Ucapan dia adalah ucapan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir atau musyrik

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا

yang artinya :
“Barangsiapa yang kufur dengan Allah setelah keimanan dia

إلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ

kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ  dalam keadaan hatinya tenang dan  beriman”  (An-Nahl : 106)

Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu dipaksa oleh orang-orang musyrikin untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullah ﷺ dan saat itu beliau dalam keadaan disiksa (diadzab) sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang kufur padahal didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.

إلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ

Dan Rasulullah ﷺ bersabda

إِنَّ اللهَ تَـجَاوَزَ لِـيْ عَنْ أُمَّتِيْ الْـخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ

”Sesungguhnya Allah telah memaafkan dari umatku, kesalahan dan juga lupa dab apa yang mereka dipaksa untuk melakukan “

Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan-ucapan yang kufur akan tetapi dalam keadaan terpaksa.

Ini adalah diantara qa'idah-qa'idah yang disebutkan oleh para ulama. jadi mereka sangat berhati-hati sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini atau tidak meyakini kecuali dengan berdasarkan dalil yang jelas dari al-qur’an dan hadits Nabi ﷺ, apalagi didalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda :

من قال لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرُ, فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا

“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “wahai orang yang kafir”, maka sungguh kekafiran ini kembali kepada salah satu diantara keduanya “

Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik, masalah nifaq, seseorang hendaklah berhati-hati didalam masalah ini dan menghukumi dengan jelas bahwasanya ”si Fulan adalah kafir atau si fulan adalah musyrik

ini dilakukan oleh para ulama yang sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya syarat-syarat sebagai seorang Mufti.

Maka inilah ulama ulama yang berhak mengatakan ”si fulan adalah kafir, si fulan adalah musyrik.