Halaqah 27 ~ Bolehnya Menyandarkan Diri Kepada Salaf dan bergelar Salafiyyah Bag 3

Halaqah 27 ~ Bolehnya Menyandarkan Diri Kepada Salaf dan bergelar Salafiyyah Bag 3

📘 Kun Salafiyyan Alal Jaddah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Para Ikhwah, para Koordinator, Musyrifin dan juga Musyrifat, para Admin yang dimuliakan oleh Allāh ﷻ .

Ini adalah pertemuan yang ke-27 dari pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Alā Al-Jāddah.

Masih kita pada penukilan dari beberapa ulama yang menunjukkan tentang tidak ada masalah menisbahkan diri kepada Salaf dan bahwasanya itu bukan termasuk tazkiyah yang dilarang. Bukan termasuk bentuk menyucikan diri yang dilarang.

Di sini dinukil dari ucapan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Beliau mengatakan,

والشيخ العلامة صالح بن فوزان الفوزان كما في “الأجوبة المفيدة” (ص ١.٣)

Syaikh Shalih Al-Fauzan di dalam kitab beliau Al-Ajwibah Al-Mufidah halaman 103.

سئل: ما هي السلفية؟ وهل يجب سلوك منهجها والتمسك بها؟

“Apa yang dimaksud dengan Salafiyah?” Syaikh ditanya, “dan apakah wajib untuk menempuh manhaj Salafiyah dan berpegang teguh dengan manhaj Salaf?”

Apa kata Syaikh,

فقال: السلفية هي السير على منهج السلف من الصحابة والتابعين والقرون المفضلة في العقيدة والفهم والسلوك ويجب على المسلم سلوك هذا المنهج

Yang dimaksud dengan Salafiyah adalah berjalan di atas jalannya para Salaf, dari kalangan sahabat, para tabi’in dan juga orang-orang yang hidup di generasi yang utama, yaitu sahabat, para tabi’in dan juga para tabi’ut tabi’in. Di dalam masalah aqidah ikut mereka, di dalam masalah memahami dalil juga ikut mereka, di dalam masalah akhlak juga ikut mereka dan wajib bagi seorang muslim untuk menempuh manhaj ini.

Kata beliau wajib untuk menempuh manhaj ini. Menunjukkan tentang keharusan kita untuk mengikuti manhaj Salaf, dan ini bukan termasuk tazkiyah (menyucikan diri) yang dilarang di dalam agama. Memang hukumnya wajib untuk mengikuti mereka.

ومن هؤلاء أيضًا: الشيخ الفاضل على بن ناصر فقيهي في كتابه “الفتح المبين بالرد على نقد عبد الله الغماري لكتاب الأربعين”

Syaikh ‘Ali Nashir Faqihi di dalam kitab beliau “Al-Fath Al-Mubin Birraddi ‘ala Naqdi Abdillah Al-Ghumari li Kitabil Arba’in.”

Beliau mengatakan,

فهؤلاء الأفاضل من أهل العلم

Beliau juga mengatakan bahwasanya ini tidak masalah. Jadi menisbahkan diri kepada Salaf ini adalah perkara yang boleh dan tidak ada permasalahan di dalamnya. Kemudian Syaikh di sini mengatakan,

فهؤلاء الأفاضل من أهل العلم وغيرهم

Maka mereka para ulama yang mulia tadi dan selain mereka juga

لم يروا بأساً في إطلاق لقب “سلفي” أو “السلفية” أو “السلفيين”

Mereka tidak memandang adanya masalah. Hanya tidak dipermasalahkan ia menggunakan gelar Salafi atau As-Salafiyyah atau As-Salafiyyin kalau mereka adalah banyak. Itu tidak masalah yang demikian.

وأن المقصود بذلك هو من سار على منهاج السلف وطريقتهم

Dan maksud dari semua itu, apa yang dimaksud dengan Salafi, Salafiyyun, maksudnya adalah orang-orang yang menempuh manhaj Salaf dan menempuh jalan mereka.

وقد عدّ بعض الكتاب المحدثين ممن كتب في المذاهب الإسلامية “السلفيين اتباعاً لمن سبقهم من الأئمة” طائفة مميزة عرفت بهذا الاسم كمحمد أبي زهرة ومصطفى الشكعة ومحمد بن سعيد البوطي وغيرهم وعدوها طائفة مميزة عرفت بهذا الاسم وقد أشاروا إلى التطور التاريخي لمسيرة هذه الطائفة وأنها امتداد لمدرسة أحمد بن حنبل تجددت على عهد ابن تيمية، والإمام محمد بن عبد الوهاب وزعموا أن السلفيين هم الذين أطلقوا على أنفسهم هذا اللقب

Di sini Syaikh ingin menyebutkan tentang sebagian orang yang mereka tidak sepemahaman dengan kita dan mengatakan sesuatu yang lain dari apa yang tadi kita sebutkan. Ada sebagian kuttab الكتاب (sebagian penulis), المحدثين yang mereka menisbahkan dirinya kepada ahlil hadits, di antara orang-orang yang menulis di dalam madzhab-madzhab Islam atau kelompok-kelompok Islam. السلفيين – yang dimaksud dengan As-Salafiyyin adalah mengikuti orang-orang yang mendahului mereka di antara para الأئمة (para imam).

Siapa mereka?

طائفة مميزة عرفت بهذا الاسم

Yang dimaksud dengan Salafiyyin adalah kelompok tertentu saja, yang mereka istimewa yang dikenal dengan nama ini. Itu pendapat sebagian kuttab, sebagian penulis tadi. Contohnya di antara yang berpendapat demikian adalah Muhammad Abu Zahrah dan juga Mushthafa Asy-Syak’ah, ada juga Muhammad bin Sa’id Al-Buthi dan selain mereka.

Mereka menganggap bahwasanya Salafiyyin adalah kelompok tertentu yang dikenal dengan gelar ini. Kemudian mereka mengisyaratkan adanya perkembangan sejarah tentang perjalanan kelompok ini dan bahwasanya ini adalah perpanjangan dari madrasahnya Ahmad bin Hanbal. Kemudian diperbarui lagi di zaman Ibnu Taimiyah, kemudian diperbarui lagi di zaman Muhammad bin Abdul Wahab dan mereka menyangka bahwasanya Salafiyyin merekalah yang menggelari diri mereka dengan gelar ini.

Ini ucapan sebagian penulis tadi.

ومنهم من يعد المذهب السلفي مرحلة زمنية لا مذهب إسلامي كالدكتور محمد سعيد رمضان البوطي

Ada lagi di antara mereka, ada yang menganggap menghitung, menganggap bahwasanya madzhab Salafi ini adalah fase, waktu tertentu saja.
Itu adalah fase, masa saja, bukan madzhab islami, artinya sudah berlalu, seperti Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi.

وسواء صح أن دعاة العودة إلى مذهب السلف هم الذين أطلقوا على أنفسهم هذا اللقب أم أطلقة عليهم غيرهم ثم عرفوا به فإنه لم يعرف من الأئمة المتقدمين من أهل السنة أومن تبعهم على منهجهم إلى عصرنا الحاضر من أنكر عليهم ذلك او أعترض على إطلاق هذا اللقب علىهم

Syaikh mengatakan di sini, “Dan sama saja, apakah benar bahwa da’i-da’i yang mengajak kepada madzhab Salaf, mereka sendiri yang menggelari diri mereka dengan laqab ini, dengan gelar ini, atau selain mereka yang menggelari mereka dengan laqab ini kemudian mereka dikenal dengan laqab Salafiyyin.”

Maka kata Syaikh, “Tidak diketahui ada di antara ulama-ulama terdahulu, di antara ulama-ulama Ahlus Sunnah dan orang-orang yang mengikuti mereka di dalam manhaj sampai hari ini yang mereka mengingkari.”

Tidak ada di antara mereka yang mengingkari laqab ini, atau dia membantah dan tidak setuju dengan laqab ini.

وأقل ما يقال في جواز التلقب بذلك والانتساب إليه أنه اصطلاح ولامشاحة في الاصطلاح

Dan minimal dikatakan bahwasanya bergelar dengan Salafi atau Salafiyyin ini adalah boleh, dan dia adalah istilah saja dan tidak ada di sana pertentangan dalam penggunaan istilah.

Jadi maksudnya sama yaitu keinginan kita untuk kembali kepada Islam yang Murni yang telah dipahami oleh para Salaf kita.

ثم إن العبرة هي بالحقائق والمعاني وليست بالألفاظ

Kemudian Syaikh menyebutkan, bahwasanya yang dipakai di sini, yang dijadikan standar di sini yang kita anggap adalah hakikatnya dan maknanya, bukan pada ألفاظ nya saja. Jangan kita menolak atau kita konsen dengan lafadznya saja, ini boleh atau tidak. Tetapi kemudian kita melupakan hakikat.

Hakikatnya kita kembali kepada Islam yang murni itu. Kembali kepada sunnah Nabi ﷺ, dan tidak ada pertentangan di dalam masalah istilah. Ini hanya sekedar perbedaan penamaan dan yang dijadikan ukuran di sini adalah hakikatnya.

وقد تقدم من المعاني ما يدل على أن المقصود بذلك هو من سار على منهج السلف الصالح واتبع طريقتهم فلا يكون هناك أدني فرق بين التسمي بالسلفية أو بأهل السنة كما تقدم

Dan sudah berlalu, kata Syaikh, di antara makna-makna apa yang menunjukkan bahwa maksud Salafiyyin atau Salafi maka ini adalah orang yang menempuh manhaj Salaf dan mengikuti jalan mereka.

Maka tidak ada di sana perbedaan antara menamakan diri dengan Salafi atau Salafiyyin atau manhajnya adalah manhaj Salafiyyah atau menamakan diri dengan Ahlus Sunnah. Tidak ada bedanya. Dan sekali lagi ibrahnya adalah pada hakikat dari kalimat tersebut.

Mungkin itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.

Kesimpulannya:
Bahwasanya penggunaan gelar seseorang menamakan dirinya dengan Salafi, atau kalau orang banyak adalah Salafiyyun atau kalau ajaran Salafiyyah, maka ini tidak masalah.
Itu sama dengan kalimat Sunni atau Ahlus Sunnah dan hakikatnya intinya adalah menisbahkan diri kepada para Salaf yaitu para sahabat radhiyallāhu ta’ālā ‘anhum dan orang-orang yang ada di generasi yang utama, karena merekalah yang melaksanakan Islam dengan sebaik-baiknya dan semurni-murninya. Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى