Halaqah 65 ~ Siapa yang Tidak Menghindari Penafian dan Tasybih Maka akan Tergelincir

Halaqah 65 ~ Siapa yang Tidak Menghindari Penafian dan Tasybih Maka akan Tergelincir

📘 Kitab : Aqidah Ath-Thahawiyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Beliau mengatakan rahimahullāh,

وَمَنْ لَمْ يَتَوَقَّ النَّفْيَ وَالتَّشْبِيهَ زَلَّ

Dan barangsiapa yang tidak menjaga dirinya dari menafikan dan juga menyerupakan maka dia akan tergelincir.

Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya dari 2 perkara ini maka dia akan tergelincir apa yang pertama?

√ menjaga diri dari menafikan, yaitu menta’til datang dalil yang berisi tentang sifat Allāh kemudian dia mengingkari dan sudah berlalu bahwasanya ta’til disini bisa ta’til kulliun (seluruhnya dia ta’til) baik nama maupun sifat Allāh, atau terkadang namanya ditetapkan tapi dia ingkari sifat Allāh atau terkadang nama dia ditetapkan sebagian sifat dia tetapkan, tapi sebagian sifat yang lain dia ta’til/ingkari, maka ini juga masuk An-Nafia, ada ta’tilunkuliun ada ta’tilunjuziun dan ini semuanya bertentangan dengan Firman Allāh azza wa jalla

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ

Wahai orang² yang beriman, berimanlah kalian kepada Allāh dan juga RasulNya.

Al imam Syafi’i mengatakan,

آمَنْتُ باللهِ، وبما جاء عن اللهِ على مُرادِ اللهِ، وآمَنتُ برَسولِ اللهِ وبما جاء عن رَسولِ اللهِ على مُرادِ رَسولِ اللهِ

Demikian seharusnya seorang muslim bukan malah menafi yaitu mengingkari, menta’til.

Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya nafia maka dia akan zalla maka dia akan tergelincir masuk kedalam ta’til, masuk golongan muatillah, padahal Allah subhanahu wa ta’ala Dialah yang lebih tahu tentang DiriNya Rasulullāh ﷺ dialah yang lebih tahu tentang diri Allāh daripada kita bagaimana seseorang berani menafikan apa yang ditetapkan oleh Allāh dan juga RasulNya

وَالتَّشْبِيهَ

Dan Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya dari tasbih yaitu menyerupakan Allāh dengan makhluk maka dia juga tergelincir, karena ini bertentangan dengan firman Allāh

… لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ

Tidak ada yang menyerupakan Allāh sesuatu apapun, kalau dia menyerupakan Allāh berarti dia bertentangan dengan ayat ini dan juga firman Allāh,

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Firman Allah

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
فَلا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الأمْثَالَ

Dan ayat² yang lain, ayat² tasbih yang isinya adalah mensucikan Allāh dari seluruh kekurangan dan tasbih
yaitu menyerupakan Allāh dengan makhluk ini adalah mensifati Allāh dengan sifat kekurangan, karena makhluk tempat kekurangan, kalau kita mensifati atau menyerupakan Allāh dengan makhluk berarti kita mensifati Allāh dengan sifat kekurangan, ini adalah penghinaan terhadap Allāh sehingga beliau mengatakan -زَلَّ- dia akan tergelincir baik yang mengingkari maupun orang yang menyerupakan, baik ta’til maupun tasbih , an-nafii ini keterlaluan karena dia mengingkari, mengingkari dengan maksud untuk menyucikan Allāh tasbih juga keterlaluan karena dia menetapkan, dia menetapkan bagi Allāh sifat tapi kebablasan, keterlaluan karena dia menetapkan dan selanjutnya dia menyerupakan sifat tersebut dengan sifat makhluk . Ahlussunnah wal jamaah mereka berada diantara keduanyan

نافع تنجه بلا تعطيل و إثبات بلا تشبيه

Muatillah ingin mentanjih tapi akhirnya dia menta’til musabihat mereka ingin menishbat akhirnya mereka menyerupakan, ini kesesatan dan penyimpangan adapun ahlussunnah wal jamaah maka Alhamdulillah mereka mentanjih / mensucikan Allāh tanpa harus mereka menta’til kita katakan Allāh subhanahu wa ta’ala tidak memiliki sifat kekurangan sedikit dan seluruh sifat Allāh yang Allāh kabarkan kepada kita adalah sifat kesempurnaan kita menyucikan Allāh di sini dari seluruh sifat kekurangan Allāh subhanahu wa taala memiliki sifat rahmah dan itu adalah Rahmah yang sempurna, Allāh subhanahu wa ta’ala memiliki sifat ilmu dan itu adalah ilmu yang sempurna, Alhamdulillah kita menyucikan Allāh tanpa kita menta’til & kita meng isbat kita menetapkan tanpa kita mentasbih kita tetapkan karena Allāh subhanahu wa taala memiliki pendengaran Allāh memiliki penglihatan dan itu semua tidak serupa dengan penglihatan dan pendengaran makhluk,

… لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.

Jadi di sini beliau ingin membantah muatilah dan juga musabihat

ولم يصب التنزيه

Dan tidak mungkin dia akan sampai kepada penyucian yang sebenarnya.

Mensucikan Allah bukan dengan cara mentaatil seperti yang dilakukan oleh muatillah, mensucikan Allāh bukan dengan cara mentasbih karena orang-orang musabihat di antara alasan mereka loh kita kan harus menetapkan apa yang Allāh tetapkan kalau Allāh menetapkan dia beristiwa ya kita tetapkan istiwa dan yang kita tahu adalah istiwa makhluk berarti istiwa Allah sama dengan istiwa makhluk , ini baik muatillah maupun musabihat mereka tidak sampai kepada Tanzih yaitu mensucikan Allāh dengan sebenar-benar pensucian, cara untuk mentanjih disebutkan dalam firman Allāh

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.

Tidak ada yang serupa dengan Allāh sedikitpun dan Dia adalah Dzat yang Maha mendengar lagi Maha Melihat.

Menetapkan tanpa kita menyerupakan, menetapkan sifat dan kita meyakini bahwasanya sifat tersebut tidak sama dengan sifat makhluk sedikitpun itu Tanzih yang benar

فَإِنَّ رَبَّنَا – جَلَّ وَعَلَا – مَوْصُوفٌ بِصِفَاتِ الْوَحْدَانِيَّةِ

karena sesungguhnya Rabb kita jala wa ala disifati dengan sifat-sifat keEsaan yaitu Maha Esa dalam hal apa Maha Esa dalam rububiyah, Maha Esa dalam nama dan juga sifat Allāh, Maha Esa dalam uluhiyah sebagaimana telah berlalu di awal kita ini, maka Allāh subhanahu wa ta’ala Dialah yang Maha Esa disifati dengan sifat-sifat keEsaan termasuk diantaranya adalah di dalam masalah nama dan juga sifat Allāh, Allāh subhanahu wa ta’ala Maha Esa di dalam nama dan juga sifatnya tidak ada yang serupa dengan

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Tidak ada yang serupa dengan Allāh seorangpun

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ
مَنْعُوتٌ بِنُعُوتِ الْفَرْدَانِيَّةِ،

Allāh subhanahu wa ta’ala man’ut (maknanya hampir sama dengan mausuf) ada naab ada was , man’utun disifati bil Utin fardaniyah (dengan sifat-sifat fardaniyah) Al fardinayah maknanya hampir sama dengan wahdaniyah disifati dengan sifat² keEsaan ini menguatkan saja apa yang disebutkan sebelum jadi kalau Allah subhanahu wa taala disifati dengan sifat-sifat keEsaan maka tidak boleh menta’til dan juga tidak boleh mentasbih

لَيْسَ فِي مَعْنَاهُ أَحَدٌ مِنَ الْبَرِيَّةِ

yaitu tidak ada di antara makhlukNya yang bersifat dengan sifat-sifat Allāh

لَيْسَ فِي مَعْنَاهُ أَحَدٌ مِنَ الْبَرِيَّةِ

Tidak ada seorang bariyyah pun seorang makhluk yang serupa dengan Allāh subhanahu wa ta’ala ini jadi juga menguatkan pernyataan beliau sebelumnya, intinya di dalam ini dalam paragraf ini ingin menyampaikan kepada kita tentang wahdaniyatullah di dalam masalah namun ada juga sifatnya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى