Halaqah 52 ~ Al-Qur’an Adalah Kalamullah Secara Hakikat

Halaqah 52 ~ Al-Qur’an Adalah Kalamullah Secara Hakikat

📘 Kitab : Aqidah Ath-Thahawiyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Beliau mengatakan rahimahullāh,

وأيقنوا أنه كلام الله تعالى بالحقيقة،و ليس بمخلوق ككلام البرية

Dan mereka (Ahlussunnah wal jama’ah), karena disini Al Imam Abu Ja’far Ath thohawiy kita tahu sedang menceritakan kepada kita aqidah Ahlu Sunnah wal jama’ah.

Dan mereka meyakini (keyakinan lawan dari keragu²an) meyakini dengan seyakin-yakinnya tidak ada keraguan didalamnya,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا ..
[QS Al-Hujurat 15]

Mereka beriman kepada Allāh dan RasulNya, dan kemudian mereka tidak ada keraguan.

Tidak ada keraguan didalam keyakinan tersebut.

وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan mereka adalah orang² yang yakin dengan ayat² Kami,

أنه كلام الله تعالى بالحقيقة

Mereka meyakini bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalamullah

بالحقيقة

Secara hakiki,

Ini adalah penekanan karena mungkin ada diantara Ahlu bida’ yang mereka mengatakan kita meyakini bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalamullah tapi ini adalah majas, bukan itu yang dimaksud, itu adalah keyakinan Ahlu bida’, adapun kita meyakini bahwasanya itu adalah Kalamullah, Allāh yang pertama kali berbicara disampaikan kepada Malaikat Jibril disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ, tapi yg pertama kali berbicara adalah Allāh subhanahu wa ta’ala, Allāh berbicara, Allāh memilih sifat Kalam hakiki, Allāh berbicara sebagaimana yang Allāh kabarkan banyak didalam Al-Qur’an, Allāh berbicara dana Allāh mewahyukan dan kalimat hakikoh bukan berarti menyerupakan Allāh dengan makhluk secara hakiki kemudian dibayangkan bahwasanya ucapan Allāh sama dengan makhluk (Tidak) hakikoh sesuai dengan keanggunganNya, Allāh berbicara secara hakiki tapi bicaranya Allāh tidak sama dengan bicaranya makhluk, makhluk memiliki hakikat dan Allāh subhanahu wa ta’ala memiliki hakikat, makhluk ketika dia memiliki sifat dia memiliki hakikat, demikian Allāh subhanahu wa ta’ala memiliki sifat dan juga memiliki hakikat, masing² memiliki hakikat bukan berarti seseorang meyakini bahwasanya Allāh berbicara didalam Al-Qur’an bilhakikat/maksudnya sama dengan ucapan makhluk.

Ini adalah bantahan bagi Jam’iyyah dan Mua’tazilah yang mengatakan Al-Qur’an adalah Kalamullah tapi majas, disandarkan kepada Allāh secara majas, hakikatnya Allāh subhanahu wa ta’ala menciptakan ucapan (kata mereka) jadi mereka bukan Allāh berbicara tapi Allāh menciptakan ucapan disandarkan kepada Allāh/dikatakan kepada Allāh tapi itu adalah majas, hakikatnya bukan demikian, hakikatnya Allāh menciptakan ucapan diluar diriNya kemudian disandarkan itu kepada Allāh secara majas, dan kita tahu bahwasanya sesuatu yang disandarkan kepada Allāh ada dua jenis, terkadang disandarkan kepada Allāh berupa makna/berupa sifat, maka ini tentunya bukan makhluk seperti kalamullah ini adalah sifat Allāh, Al Kalam disini adalah sifat Allāh, disandarkan kepada Allāh subhanahu wa ta’ala, ini adalah idhofatu Asyifa Illa Mursi , kemudian disana ada idhofatu A’yan, disandarkan makhluk kepada Al Kholiq, seperti misalnya laqotallah, laqoh (unta) disandarkan kepada Allāh ini adalah bukan laqoh sifat bagi Allāh (bukan) tapi ini adalah penyandaran makhluk kepada Al Kholiq, atau baitullah ini juga penyandaran makhluk kepada Al Kholiq, Abdullāh, Masjidullah maka ini penyandaran makhluk kepada Al Kholiq.

Yang dimaksud dengan firman Allāh

حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ
فَإِنَّ قُرَيْشًا قَدْ مَنَعُونِي أَنْ أُبَلِّغَ كَلَامَ رَبِّي
۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ
[QS Al Baqarah 75]

Maka ini semua idhofatu Asyifa Illa Al Mau’su, penyandaran sifat kepada yang disifati.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى