Halaqah 16 ~ Simpul 13 – Berupaya Keras untuk Menghafal Ilmu, Bermudzakarah, dan Bertanya kepada Guru (1)

Halaqah 16 ~ Simpul 13 – Berupaya Keras untuk Menghafal Ilmu, Bermudzakarah, dan Bertanya kepada Guru (1)

📘 Kitab : Khulashah Ta’dzhimul Ilmi


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-16 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shālih Ibn Abdillāh Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullāhu ta’ala.

المعقد الثالث عشر

Simpul yang ke-13 di antara bentuk pengagungan kita terhadap ilmu adalah

بذل الجهد في تحفظ العلم، والمذاكرة به، والسؤال عنه

adalah kita mengeluarkan seluruh upaya mengerahkan seluruh tenaga untuk menjaga ilmu yaitu dengan cara menghafalnya, harus ada upaya untuk menghafal mungkin diulang-ulang di waktu pagi di waktu sore dimurajaah lagi, ada usaha kita untuk menjaganya.

Ini adalah termasuk pengagungan kita terhadap ilmu, kalau ada ilmu datang kemudian kita biarkan begitu saja berarti ini tidak menghormati tidak mengagungkan, kalau ada ilmu kita berusaha untuk menghafalnya, kita mendengar kemudian kita berusaha untuk menghafalnya kita tangkap dan kita berusaha untuk menghafalnya diulang dan dimurajaah maka ini bentuk pengagungan kita terhadap ilmu tersebut, tapi kalau datang dibiarkan begitu saja datang lagi dibiarkan begitu saja maka ini menunjukkan semakin sedikit pengagungan dia terhadap ilmu tersebut.

والمذاكرة به

Dan juga mudzakarah (saling mengingatkan).

Saling murajaah Antum dengan teman Antum sesama satu Syaikh sama-sama berguru kepada guru Fulan misalnya Antum mudzakarah, oh tadi syaikh menyebutkan demikian oh iya tadi kan beliau juga menyebutkan demikian maknanya apa itu oh beliau menyebutkan maknanya ini, oh tadi syaikh mengingatkan kita dalam permasalahan antum ingat tidak, ini namanya mudzakarah, teman antum menyebutkan sesuatu antum menyebutkan sesuatu dia menambah atau antum mengingatkan dan seterusnya.

والسؤال عنه

Dan mengeluarkan upaya juga dan usaha dan juga tenaga untuk bertanya.

Penganggungan kita terhadap ilmu ditunjukkan ketika kita tidak memahami sebuah perkara kemudian kita ingin tahu ingin mengetahui sesuatu yang masih samar bagi kita tadi, maka ini menunjukkan pengagungan kita terhadap ilmu.

Tapi kalau kita tidak tahu kemudian kita biarkan diri kita dalam keadaan tidak tahu dan tidak mau bertanya ini menunjukkan pengagungan terhadap ilmu yang ada dalam diri kita kurang, tapi kalau dia mengagungkan ilmu maka dia berusaha untuk bertanya.

إذ تلقِّيه عن الشُّيوخ لا ينفع بلا حفظٍ له

Karena ketika dia mencari ilmu dari gurunya menuntut ilmu dari guru-gurunya itu tidak akan bermanfaat kalau dia tidak menghafal.

Kalau dia tidak berusaha untuk menghafal maka apa yang dia dapatkan itu tidak akan bermanfaat akan hilang begitu saja, maka harus kita keluarkan tenaga kita untuk menghafal, dulu kita belajar ilmu umum saja kita semangat untuk menghafal kenapa ketika kita belajar agama kemudian kita bermalas-malasan dalam menghafal.

ومذاكرةٍ به

Tidak akan bermanfaat kecuali kalau kita mudzākarah, selain menghafal kita juga mudzākarah yaitu kita bersama orang lain dengannya kadang kita saling mengingatkan dan mengetahui kekurangan diri kita. Ketika kita bersama-sama mudzākarah dengan teman, oh iya ini faedah ini Ana Hampir lupa tidak Ana catat misal Alhamdulillah Antum mengingatkan.

Ini yang disebutkan oleh guru kita tadi dan ini dilakukan oleh para ulama sejak zaman dahulu, kadang ketika mereka berkumpul seperti ketika musim Haji misalnya mereka sama-sama berkumpul di Makkah sama-sama berkumpul di Arafah di hari yang sama, di situ mereka bertemu Imam Fulan ketemu Imam Fulan, yang mereka lakukan mudzākarah misalnya menyebutkan Antum hafal tidak hadits tentang masalah ini oh iya ana juga punya hadits ini dengan sanad ini, mereka saling mudzākarah.

Mudzākarah ini ketika masing-masing menghafal, kalau misalnya satunya hafal satunya tidak menghafal bagaimana bisa mudzākarah, mudzākarah itu kalau masing-masing punya perhatian yang A menghafal yang B juga menghafal maka di sana ada mudzākarah.

وسؤالٍ عنه

Demikian pula tidak bermanfaat kita belajar sama seorang guru kalau kita tidak mau bertanya ketika kita tidak tahu, kita duduk untuk menuntut ilmu kita ingin mencari kalau memang kita tidak tahu kita cari ilmunya, kalau pas kita tidak tahu kok kita tidak mau bertanya, berarti ada kekurangan dalam usaha dia menuntut ilmu.

تحقِّق في قلب طالب العلم تعظيمَه

Maka ini semuanya akan mewujudkan di dalam hati seorang penuntut ilmu pengagungan dia terhadap ilmu itu sendiri.

Jadi antum menghafal itu bagian dari pengagungan terhadap ilmu, antum mudzākarah termasuk bagian pengagungan terhadap ilmu, antum bertanya kepada guru antum tentang perkara yang antum tidak tahu itu termasuk bentuk pengagungan antum terhadap ilmu.

بكمال الالتفات إليه والاشتغال به

Karena ini menunjukkan antum benar-benar menoleh kepada ilmu tadi, ketika antum menghafal mudzākarah kemudian bertanya menunjukkan antum punya perhatian yang besar terhadap ilmu tadi

والاشتغال به

dan benar-benar antum menyibukkan diri dengan ilmu, konsen, berarti ini termasuk pengagungan terhadap ilmu.

فالحفظ خَلوةٌ بالنَّفس، والمذاكرة جلوسٌ إلىٰ القرين، والسُّؤال إقبالٌ علىٰ العالم

Ketika kita menghafal berarti kita sedang berkhalwah (menyendiri), kita menghafal kita ulang lagi kita dalam keadaan bersama ilmu tapi kita dalam keadaan sendiri, kemudian yang namanya mudzākarah bersama teman ini adalah duduk bersama teman sesama penuntut ilmu kepada guru tadi, yang kita lakukan bersama teman tersebut yang kita sebutkan juga ilmu, ketika kita sendiri kita sibuk dengan ilmu ketika kita bersama teman kita mudzākarah dan menyibukkan diri dengan ilmu.

Dan bertanya, ini kita menghadap kepada guru kita, jadi ketika dalam keadaan sendiri sibuk dengan ilmu ketika bersama teman sibuk dengan ilmu ketika ada guru di depan kita maka kita bertanya kepadanya, dalam berbagai keadaan dia menyibukkan dirinya dengan ilmu maka ini menunjukkan dia mengagungkan ilmu.

ولم يزلِ العلماء الأعلام يحضُّون علىٰ الحفظ ويأمرون به

Para ulama senantiasa dari zaman dulu sampai sekarang mereka menganjurkan dan memerintahkan untuk menghafal, kita disuruh untuk menghafal oleh guru-guru kita

احفظ فكل حافظ إمام

Hendaklah engkau menghafal karena setiap orang yang hafal itu dia akan menjadi pemimpin (imam), ini adalah nasihat para ulama kepada murid-muridnya untuk menghafal.

سمعت شيخنا ابن عثيمين يقول

Aku mendengar guru kami Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata

حفظنا قليا وقرأنا كثيرا، فانتفعنا بما حفظنا أكثر من انتفاعنا بما قرأنا

Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin beliau mengatakan kami menghafal sedikit dan banyak membaca jadi kalau dibandingkan apa yang kami hafal dengan apa yang kami baca itu banyak yang kami baca, itu maksudnya, maka kami pun mengambil manfaat apa yang kami ambil manfaatnya dari hafalan kami itu lebih banyak daripada apa yang kami baca.

Beliau mengatakan manfaat yang kami dapatkan dari menghafal (padahal itu sedikit) itu lebih banyak daripada manfaat yang kami dapatkan dari apa yang kami baca, karena ketika seseorang menghafal maka itu akan lebih melekat di dalam hatinya, kalau dia mendapatkan ilmu dengan cara menghafal itu akan lebih melekat pada hatinya.

Tapi kalau sekedar membaca dia mengambil manfaat tapi banyak lupa, dia membaca satu jilid misalnya sudah sampai halaman yang terakhir dia sudah lupa apa yang dia baca di awal beberapa hari setelah itu dia sudah lupa mungkin sebagian besar apa yang ada di dalam kitab tersebut, tapi ketika dia menghafal maka hari ini dia ingat dan seminggu lagi dia masih ingat sebulan lagi dia masih ingat.

Ini menunjukkan tentang keutamaan menghafal dan sudah berlalu disampaikan kita mulai menghafal kitab-kitab yang mukhtasar, kitab-kitab Matan yang ringkas yang di situ dikumpulkan pendapat-pendapat yang rajih di dalam satu cabang ilmu.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى