Halaqah 15 ~ Simpul 12 – Mencari Teman Dekat yang Shaleh dalam Menuntut Ilmu

Halaqah 15 ~ Simpul 12 – Mencari Teman Dekat yang Shaleh dalam Menuntut Ilmu

📘 Kitab : Khulashah Ta’dzhimul Ilmi


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-15 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shālih Ibn Abdillāh Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullāhu ta’ala.

المعقد الثاني عشر

Simpul yang ke-12 di antara 20 simpul yang dengannya kita bisa mewujudkan pengagungan terhadap ilmu adalah

انتخاب الصحبة الصالحة له

hendaklah kita memilih pertemanan yang baik untuk mendapatkan ilmu tadi

اتِّخاذ الزَّميل ضرورةٌ لازمةٌ في نفوس الخلق،

mengambil seorang teman itu sesuatu yang harus dalam diri-diri manusia, kita adalah manusia makhluk sosial tidak bisa kita hidup sendiri kita butuh teman

فيحتاج طالب العلم إلى معاشرة غيره من الطُّاَّب؛

Maka seorang penuntut ilmu itu sangat membutuhkan orang lain, dia butuh bersosial dan bermuamalah dengan orang lain, di antara sesama penuntut ilmu.

Dia membutuhkan teman dalam menuntut ilmu tersebut karena sebagaimana telah berlalu bahwasanya ilmu ini adalah berat, dia adalah suatu yang sangat mulia suatu yang sangat berat dan kita tahu bahwasanya untuk mencari ilmu ini bukan dengan berleha-leha kita harus bersungguh-sungguh, kalau kita sendiri maka ini sesuatu yang bisa menyebabkan seseorang mudah futur ketika dia menuntut ilmu dan dia tidak memiliki teman dalam menuntut ilmu.

Maka dia membutuhkan teman untuk menuntut ilmu, teman yang satu visi satu misi satu semangat yang dia juga berkeinginan untuk sampai kepada ilmu tadi sehingga ketika kita dalam keadaan lemah melihat teman tersebut dalam keadaan semangat kita pun ikut bersemangat, ketika kita dalam keadaan lemah dia menasehati kita menggandeng kita ayo terus kita melangkah supaya kita sampai kepada ilmu tadi, kita butuh dan memerlukan teman-teman yang seperti itu.

Maka termasuk pengagungan kita terhadap ilmu jangan kita sembarangan dalam mencari teman, kita harus mencari teman-teman yang memang satu tujuan satu semangat

لِتُعِينَه هٰذه المعاشرة علىٰ تحصيل العلم والاجتهاد في طلبه

Supaya pertemanan ini menolong dia membantu dia untuk mendapatkan ilmu dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Berarti sebaliknya kalau kita memilih sembarang teman kita mendekati teman-teman yang malas misalnya teman-teman yang tidak punya semangat untuk memahami tidak punya semangat untuk bertanya tidak punya semangat untuk menghafal maka ini berarti kurang pengagungan kita terhadap ilmu. Kalau kita memang benar-benar mengagungkan ilmu carilah teman-teman yang sama-sama mengagungkan ilmu sama-sama semangat dalam menuntut ilmu

والزَّمالة في العلم إن سَلِمت من الغوائل نافعةٌ في الوصول إلى المقصود

Dan pertemanan di dalam ilmu kalau selamat dari perkara-perkara yang merusaknya maka akan bermanfaat, jadi kalau kita benar dalam mencari teman bukan hanya sembarangan tapi kita pilih mana teman yang memang semangat dalam menuntut ilmu, kalau selamat pertemanan tersebut dari kerusakan itu akan bermanfaat bagi kita dalam menyampaikan kita kepada maksud yaitu yang akan membantu kita memudahkan kita untuk sampai kepada ilmu.

Berarti sebaliknya teman yang tidak baik maka ini yang akan menghalangi kita dari ilmu ini akan memperlambat kita dari ilmu dan menjadikan kita tidak sampai kepada cita-cita kita untuk menjadi seorang ahlul ilm

ولا يَحسُنُ بقاصد العا إلَّ ٱنتخاب صحبةٍ صالحةٍ تُعينه؛ فإنَّ للخليل في خليله أثرًا

Maka tidak sepantasnya bagi orang yang mengejar sesuatu yang tinggi cita-cita yang mulia, tidak pantas baginya kecuali mencari pertemanan-pertemanan yang shalehah yang akan membantu dia, karena kata beliau kekasih kepada kekasihnya itu memiliki pengaruh, atau seorang kekasih atau teman dekat orang yang sangat dia cintai maka ini memiliki pengaruh terhadap kekasihnya atau orang yang sangat dia cintai.

روى أبو داود والتِّرمذيُّ عن أبي هريرة أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: الرَّجل علىٰ دين خليله، فلينظرْ أحدكم من يُخالِل

Abu Daud dan juga Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwasanya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda Seseorang itu di atas agama khalilnya, khalil itu adalah bukan hanya sekedar teman tapi dia adalah teman yang sangat-sangat dekat teman yang sangat dia cintai.

Maka qaidah (rumusnya) seseorang agama dia ketaatan dia kualitas agama dia itu sama dengan kualitas agama orang yang sangat dia cintai (khalilnya) karena tidak mungkin dia sangat mencintai orang tersebut kecuali ada memang persamaan yang banyak diantara dua orang tadi, karena ada persamaan yang banyak diantara dua orang tadi maka akhirnya dia mencintai dan sangat mencintai sehingga

الرَّجل علىٰ دين خليله

Seseorang itu berada diatas agama khalilnya

فلينظرْ أحدكم من يُخالِل

Maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang dia jadikan teman dekat.

Masing-masing dari kita melihat siapa teman dekat Ana, siapa orang yang paling Ana cintai yang Ana kadang menyampaikan kepadanya sesuatu yang menjadi rahasia Ana siapa dia itulah Antum, kalau orang tersebut adalah orang yang shaleh orang yang semangat maka itulah Antum tapi kalau orang tersebut adalah orang yang jauh dari agama jauh dari ketaatan kepada Allāh ﷻ maka itulah kurang lebih diri kita

فلينظرْ أحدكم من يُخالِل

Maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang dia jadikan khalil.

Ini menunjukkan bahwasanya khalil (teman dekat) itu sangat berpengaruh kepada teman dekatnya, kalau kita memang ingin sampai kepada ilmu sampai kepada cita-cita kita yang tinggi untuk mendapatkan ilmu maka hendaklah kita mencari teman-teman yang shaleh

قال الرَّاغب الأصفهانيُّ: ليس إعداء الجليس لجليسه بمقاله وفعاله فقط، بل بالنَّظر إليه

Berkata Ar-Raghib Al-Ashfahaniy tidaklah penularan teman duduk kepada teman duduknya hanya dengan ucapan dan perbuatan saja, seseorang duduk bersama orang lain bisa tertular karena sebab ucapan temannya atau bisa tertular dengan sebab perbuatan temannya, kata Ar-Raghib bukan hanya ucapan dan juga perbuatan saja

بل بالنَّظر إليه

bahkan dengan hanya melihat saja itu bisa menular.

Teman duduknya belum berbicara dan belum bergerak dia hanya melihat tapi dia adalah teman duduk  yang baik misalnya, teman duduk yang shaleh dia belum berbicara belum bergerak apa-apa hanya sekedar dilihat itu sudah mempengaruhi kita, ini adalah orang yang shaleh Ana harus demikian dan demikian, sudah mempengaruhi kita padahal kita hanya sekedar melihat dia dan dia belum berbicara belum berbuat.

Sebaliknya orang yang rusak dan dia menjadi teman duduk kita sekedar kita melihat dia juga kita akan bisa terpengaruh dengan orang tersebut padahal dia belum berbicara padahal dia belum berperilaku, hanya sekedar kita melihat orang yang rusak tadi maka ini bisa mempengaruhi.

Kalau memang demikian keadaan teman duduk teman akrab maka disini perlu kita memperhatikan siapa teman akrab kita dalam menuntut ilmu, ingat sesuatu yang akan kita cari ini adalah suatu yang sangat mulia, benar-benar kita harus menyeleksi siapa teman yang bisa kita jadikan benar-benar seorang sahabat yang bersama-sama berjalan untuk mendapatkan ilmu.

وإنَّما يُختار للصُّحبة من يُعاشِر للفضيلة لا للمنفعة ولا للذَّة

Dan sesungguhnya dipilih untuk menjadi seorang teman orang yang kita bergaul dengannya karena keutamaannya.

Cara mencari teman yang baik adalah kita memilih diantara mereka seorang teman yang kita jadikan teman karena keutamaannya, misalnya keutamaannya dia semangat untuk menuntut ilmu dia memperhatikan ilmunya dia menghafal dia beradab dia terlihat orang yang mengagungkan ilmu berarti ini kita mengambil dia sebagai seorang teman karena keutamaan dia

لا للمنفعة ولا للذَّة

bukan karena manfaat, mengambil seseorang sebagai teman karena manfaatnya yaitu karena kita ingin mengambil manfaat dari dia karena dia adalah seorang yang kaya misalnya akhirnya kita menjadikan dia sebagai teman, ini berarti berteman karena kita ingin mengambil manfaat dari dia, ini jangan sampai demikian

ولا للذَّة

dan jangan sampai kita mengambil teman karena kita merasa nikmat ketika dekat dengan orang tersebut,  mungkin orangnya suka guyon misalnya kemudian kita akhirnya menjadikan dia sebagai teman. Seharusnya kita mencari teman karena keutamaan dia contohnya adalah dia adalah penuntut ilmu yang memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu

فإنَّ عقْد المعاشرة يُبرَم علىٰ هٰذه المطالب الثَّلاثة: الفضيلة، والمنفعة، واللَّذَّة

Karena pertemanan itu biasanya berdasarkan tiga perkara ini, ada pertemanan karena fadhilah (keutamaan) teman tersebut, ada pertemanan karena manfa’ah yaitu karena teman tersebut kita bisa ambil manfaat dari dia karena dia punya uang misalnya

واللَّذَّة

dan seseorang yang kita jadikan teman karena kita merasa nikmat ketika berteman dengan orang tersebut, yaitu karena dia suka menghibur misalnya.

Maka yang bermanfaat adalah kalau kita mengambil seseorang menjadi teman karena keutamaan yang dia miliki, adapun pertemanan yang berdasarkan manfaat dan juga kelezatan atau kenikmatan maka ini terputus dengan sebab berhentinya manfaat yang kita ambil dan dengan sebab kita sudah tidak bisa merasakan kenikmatan bersama dia.

Kemudian beliau mengatakan

ذكره شيخ شيوخنا محمدُ الخضرِ بنُ حسينٍ في رسائل الإصلاح

Disebutkan oleh guru dari guru-guru kami Muhammad Al-Khadhir Ibn Husein dalam Rasā’il Al-Ishlah, ini maksudnya adalah tentang masalah bahwasanya pertemanan ini terkadang karena keutamaan terkadang karena manfaat terkadang karena kenikmatan, ini disebutkan oleh guru dari guru-guru beliau

فانتخب صديق الفضيلة زميلً؛ فإنَّك تعْرَفُ به

Maka pilihlah seseorang menjadi teman bagimu karena keutamaan yang dia miliki maka engkau akan dikenal dengannya.

Yaitu ketika kita memilih seorang teman yang mulia dia memiliki fadhilah memiliki keutamaan maka kita ini akan dikenal baik meskipun kita mungkin tidak sebaik orang tersebut tapi karena kita adalah teman orang yang memiliki keutamaan tadi maka kita akan dikenal sebagai orang yang baik, karena ini adalah temannya si fulan dan si fulan adalah seorang penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh maka kita akan dikenal juga sebagai seorang penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh

و قال ابنُ مانعْ في إرشاد الطلاب – وهو يوصي طالب العلم

Dan berkata Ibnu Mani’ rahimahullāh didalam kitab beliau Irsyaduth Thullab dan beliau dalam keadaan memberikan wasiat kepada penuntut ilmu

ويَحْذَر كلَّ الحذر من مخالطة السُّفهاء

Hendaklah seorang penuntut ilmu waspada dan benar-benar waspada dari berteman dengan para sufaha’ (orang-orang yang yang mereka tidak menjaga dirinya, melakukan kemaksiatan melakukan perkara-perkara yang tidak bermanfaat)

وأهلِ المجون والوقاحة

dan orang-orang yang rusak

وسيِّئي السُّمعة

dan orang-orang yang jelek atau dikenal jelek oleh manusia / masyarakat

والأغبياء

dan orang-orang yang ghabi, kurang lebih maknanya adalah orang-orang yang tolol tidak bisa menjaga waktunya atau melakukan perkara-perkara yang sangat tidak bermanfaat melihat sesuatu yang tidak bermanfaat atau melakukan aktivitas-aktivitas yang sama sekali tidak ada manfaatnya

والبلَداء

ini hampir sama maknanya dengan al-aghbiya’

فإنَّ مخالطتهم سبَبُ الحرمانِ وشقاوةِ الإنسان

karena bercampur dengan mereka, kita tidak menjaga diri kita sebagai seorang penuntut ilmu tidak menjaga pergaulan kita dan kemudian kita menyamakan diri kita dengan mereka orang-orang yang memang tidak memperhatikan waktunya tidak memperhatikan kehormatan dirinya terjerumus dan bergelimang dengan kemaksiatan dikenal jelek oleh masyarakat, maka bercampur baur dengan mereka ini menjadi sebab kita tidak mendapatkan ilmu, karena kita menghinakan ilmu, dengan kita tidak menjaga pergaulan kita dengan orang lain ini berarti kita menghinakan ilmu yang kita bawa

وشقاوةِ الإنسان

dan ini menjadi kebinasaan dan kecelakaan tersendiri bagi seseorang.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى