Halaqah 09 ~ Simpul 06 – Menjaga Cabang Ilmu dan Mendahulukan yang Lebih Penting Di Antara yang Penting (2)

Halaqah 09 ~ Simpul 06 – Menjaga Cabang Ilmu dan Mendahulukan yang Lebih Penting Di Antara yang Penting (2)

📘 Kitab : Khulashah Ta’dzhimul Ilmi


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-9 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.

Beliau mengatakan hafidzahullahu ta’ala

وإنمَّا تنفع رعاية فنون العلم باعتماد أصلين

Dan sesungguhnya akan bermanfaat penjagaan kita terhadap cabang-cabang ilmu itu dengan berpegang dengan dua pokok, kita dinamakan menjaga cabang-cabang ilmu kalau kita berpegang dengan dua pokok

أحدهما

yang pertama adalah

تقديم الأهمِّ فالمهمِّ

kita mendahulukan yang paling penting kemudian yang penting

ممَّا يفتقر إليه المتعلِّم في القيام بوظائف العبوديَّة لله

diantara perkara-perkara yang dibutuhkan oleh seorang penuntut ilmu supaya dia bisa melaksanakan tugas ibadah dia untuk Allāh ﷻ, ini yang perlu diperhatikan. Karena tujuan kita menuntut ilmu adalah supaya kita bisa beribadah kepada Allāh ﷻ dengan baik yang merupakan tujuan dan hikmah kita diciptakan oleh Allāh ﷻ.

Maka Antum lihat ilmu apa yang kira-kira langsung kita butuhkan di dalam ibadah kita kepada Allāh subhanahu wa ta’ala, tentunya yang paling penting adalah ilmu tauhid, memahami tentang tauhid al-uluhiyah apa yang dimaksud dengan ibadah macam-macam dari ibadah dan apa yang dimaksud dengan kesyirikan macam-macam kesyirikan, maka ini perkara atau ilmu yang paling penting yaitu ilmu tauhid sebelum kita mempelajari ilmu Ushul fiqh bahasa Arab dan seterusnya maka kita harus dan wajib hukumnya untuk mempelajari ilmu yang paling penting yaitu ilmu tauhid karena ini jelas berkaitan dengan ibadah yang merupakan tujuan utama kita diciptakan oleh Allāh subhanahu wa ta’ala.

Kemudian juga kita mempelajari setelahnya tentang masalah tata cara shalat karena ini merupakan rukun Islam yang kedua yang setiap hari diwajibkan atas kita semuanya, dan di antara syarat shalat adalah berwudhu berarti kita harus mempelajari tentang tata cara bersuci yaitu berwudhu.

Tentunya sangat tidak mengagungkan ilmu sebelum dia belajar tauhid sebelum dia belajar shalat dia belum belajar wudhu, kemudian dia sibuk dengan menghafal al-waraqat misal ingin mempelajari ilmu Ushul fiqh, kemudian dia menghafalnya menyibukkan diri dengan Ushul fiqh padahal dia belum belajar tauhid belum belajar salat belum belajar wudhu, ini dia tidak mengagungkan ilmu itu sendiri.

Kemudian setelah itu dia mempelajari yang berkaitan dengan shalat dia, seperti misalnya mempelajari bagaimana membaca Al-fatihah yang benar karena Al-fatihah ini adalah rukun shalat belajar Al-fatihah, sebelum mempelajari atau membaca dengan benar surah An-nas Al-falaq maka dia mempelajari dengan benar bagaimana membaca Al-fatihah, kalau Al-fatihah sudah benar maka InsyaAllāh mudah untuk mempelajari surah-surah yang lain.

Juga mempelajari makna dari Al-fatihah, hanya tujuh ayat saja makna Bismillahirrahmanirrahim makna alhamdulillahi robbil ‘alamin secara singkat saja tidak perlu dia mempelajari Al-fatihah sampai berbulan-bulan, secara singkat mengetahui secara global apa yang terkandung di dalam Al-fatihah karena ini langsung berkaitan dengan ibadahnya setiap hari.

Demikian pula dzikir setelah shalat misal zikir pagi dan juga sore, jangan sampai seseorang belum hafal tentang dzikir setelah shalat kemudian dia ingin menghafal sebuah matan di dalam ilmu hadits menghafal Arba’in Nawawi sementara dia belum menghafal atau belum mengetahui tentang dzikir setelah shalat, dia harus dahulukan yang paling penting kemudian yang setelahnya.

Kemudian yg kedua

والآخر: أن يكون قصده في أوَّل طلبه تحصيلَ مختصرٍ في كلِّ فنٍّ

Hendaklah yang dia maksudkan (tujuan dia) ketika dia mulai mempelajari sebuah cabang ilmu adalah mencari ringkasan didalam setiap cabang ilmu tadi.

Kalau kita mau mempelajari ilmu agama dengan baik maka hendaklah kita mencari ringkasan dari masing-masing cabang ilmu tadi, ini termasuk

رعاية فنون العلم

kita ingin menjaga cabang-cabang ilmu, kita dahulukan yang paling penting kemudian yang penting kemudian kita berusaha untuk mencari ringkasan dari masing-masing ilmu. Antum ingin belajar tauhid cari ringkasan di dalam masalah tauhid, belajar ushulul tsalatsah belajar kitabut tauhid itu semuanya ringkasan di dalam masalah tauhid.

حتَّىٰ إذا ٱستكمل أنواع العلوم النافع؛ نظر إلىٰ ما وافق طبعه منها، وآنس من نفسه قدرةً عليه

Kemudian apabila dia sudah melengkapi seluruh ilmu-ilmu yang bermanfaat, dia sudah belajar ringkasan dari ushul fiqh sudah belajar tentang fiqih sudah belajar tentang nahwu dan sharaf, barulah dia melihat apa yang sesuai dengan tabi’at dia.

Ketika dia sudah mempelajari ilmu-ilmu tersebut maka dia akan mendapatkan dalam dirinya kecenderungan, Ana sepertinya lebih senang untuk mendalami masalah hadits silahkan, Ana lebih senang untuk mendalami masalah tafsir silakan setelah kita berusaha untuk melengkapi cabang-cabang ilmu tadi

وآنس من نفسه قدرةً عليه

dan dia mendapatkan di dalam dirinya kemampuan (untuk mempelajari ilmu tersebut), dia senang memang dengan ilmu tadi dan dia punya kemampuan untuk mendalami ilmu tersebut

فتبحَّر فيه

maka silakan dia mendalami ilmu tersebut

سواءٌ كان فنًّا واحدًا أم أكثر

sama saja apakah yang dia senangi itu adalah satu cabang ilmu atau lebih dari satu cabang.

Kadang seseorang mencintai dan tabiatnya senang dengan ilmu ini dan ilmu itu ada beberapa ilmu yang dia senangi, tapi sebagian yang lain dan ini banyak biasanya yang dia senangi satu saja maka silahkan dia menambah wawasannya dan mendalami ilmu tadi.

ومن طيَّار شعرِ الشَّناقطة قولُ أحدهم

Diantara syi’ir (sya’ir) orang-orang syanaqithah, dan sya’ir ini tidak diketahui siapa yang mengucapkan makanya dinamakan dengan طيَّار (sya’ir yang berterbangan) yang tidak diketahui siapa yang mengucapkan pertama kali sya’ir ini. Dia mengatakan

و إن تُرد تحصيلَ فنٍّ تَمِّمهْ
وعن سواه قبل الانتهاءِ مَهْ

kalau kamu ingin mendapatkan (menguasai) sebuah cabang ilmu maka sempurnakan dan sebelum selesai ilmu tadi jangan engkau mempelajari yang lain.

وفي ترادف العلوم المنعُ جا
إن توأمانِ ٱستبقا لن يخرجا

Jadi petunjuk beliau kalau kita mempelajari sebuah ilmu maka hendaklah kita selesaikan dulu, ini adalah cara sebagian ulama, mereka memiliki cara yaitu kalau memang kita ingin mempelajari tauhid misalnya kita pelajari dari awal sampai akhir dulu tentang tauhid, kita belajar tsalatsatul ushul kitabut tauhid kemudian qawa’idul arba kasyfus syubhat dan seterusnya sampai kita benar-benar menguasai ilmu tadi barulah kita berpindah ke ilmu yang lain.

Kalau belum menguasai jangan membaca cabang-cabang ilmu yang lain, jangan belajar fiqih dulu jangan belajar ini dulu tapi belajar tentang tauhid dulu, ini maksud beliau ini cara sebagian ulama. Beliau mengatakan demikian karena

وفي ترادف العلوم المنعُ جا

karena ketika ilmu itu sama-sama dipelajari maka ini dilarang (tidak boleh) ini menurut beliau, tidak boleh di sini maksudnya jangan sampai dipelajari sama-sama, karena sesungguhnya dua bayi kembar kalau mereka tidak mau mengalah (masing-masing ingin cepat keluar dari perut ibunya)

لن يخرجا

maka dua-duanya tidak akan keluar, kalau tidak ada salah satu di antara keduanya yang mengalah dan semuanya ingin segera keluar dari perut ibunya maka dua-duanya justru tidak akan keluar, ini dipermisalkan orang yang ingin mendapatkan ilmu ini dan ilmu itu dalam waktu yang sama justru malah dia tidak mendapatkan dua-duanya, tapi kalau dia mempelajari satu ilmu terlebih dahulu sampai selesai baru dia mempelajari ilmu yang lain maka dia akan mengambil manfaat.

Ini cara sebagian ulama dan di sana ada cara yang lain dan ini lebih mudah bagi seorang penuntut ilmu, itu yang dikatakan oleh Syaikh Shalih Al-Ushaimi pengarang kitab ini yaitu dengan cara kalau kita memang ingin mempelajari sebuah cabang ilmu, misalnya kita mempelajari tauhid kita mempelajari dasarnya, tidak harus kita menguasai seluruh dengan benar seluruh ilmu tauhid.

Mungkin cukup kita mempelajari tsalatsatul ushul kemudian kitabut tauhid kemudian setelah itu kita mempelajari tentang tata cara shalat tata cara wudhu, jangan sampai seseorang dua tahun atau tiga tahun dia mempelajari tentang tauhid sementara dia tidak tahu selama dua tahun tiga tahun tadi bagaimana cara wudhu yang benar bagaimana cara shalat yang benar. Kita mempelajari ilmu tauhid yang dasarnya kemudian setelah itu kita mempelajari tentang shalat tentang wudhu tentang dzikir pagi dan petang dan dzikir setelah shalat.

ومن عرف من نفسه قدرةً علىٰ الجمعِ جَمَعَ، وكانت حاله ٱستثناءً من العموم

Barang siapa yang mengetahui kemampuan didalam dirinya, dan masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda dia tahu bahwasanya dirinya memiliki kemampuan untuk menjama’ yaitu menguasai lebih dari satu ilmu maka silahkan dia menjama’ dan keadaan dia ini adalah pengecualian  dari umumnya manusia, karena umumnya manusia mereka tidak mampu untuk menjama’ lebih dari satu ilmu, biasanya kalau spesialis masalah hadits maka dia di hadits saja.

Kadang di hadits pun ada yang lebih spesial lagi, ada seorang guru yang dia memang spesialisnya masalah tentang ilmu jarh wa ta’dil yaitu tentang bagaimana kita menilai seorang rawi, ada sebagian mereka di dalam ilmu hadits tapi dalam masalah musthalah, ada di antara mereka yang lebih khusus lagi tentang hadits-hadits yang palsu, jarang di antara mereka yang menguasai lebih dari satu cabang.

Kalau misalnya ada seseorang yang bisa ini dan bisa itu maka ini sebuah pengecualian, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beliau termasuk orang yang diberikan oleh Allāh subhanahu wa ta’ala anugerah memiliki keahlian dalam banyak cabang ilmu agama. Baik itu adalah simpul yang keenam.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى