Halaqah 43 ~ Beriman bahwa Rasulullah ﷺ Pernah Melihat Allah ﷻ di dunia Bag 2

Halaqah 43 ~ Beriman bahwa Rasulullah ﷺ Pernah Melihat Allah ﷻ di dunia Bag 2

📘 Halaqah Silsilah Ushulus Sunnah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-43 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullāh.

Di sana ada pendapat bahwasanya Nabi ﷺ tidak pernah melihat Allāh ﷻ di dunia, Beliau ﷺ dan juga yang lain tidak pernah ada yang melihat Allāh ﷻ di dunia ini berdasarkan dalil-dalil yang umum diantaranya adalah ketika Allāh ﷻ menyebutkan tentang kisah Nabi Musa Alaihissalam

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِي وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكّٗا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقٗاۚ
[Al-A’raf:143]

Allāh ﷻ menceritakan tentang bagaimana Musa Alaihissalam ketika bertemu dengan Allāh ﷻ kemudian Allāh ﷻ berbicara dengan beliau kemudian ketika Nabi ﷺ Musa Alaihissalam mendengar kalamullāh maka beliau ingin melihat Allāh ﷻ

رَبِّ أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ

Wahai Rabb-ku tunjukkan diri-Mu Aku ingin melihat kepada-Mu, karena rindunya Beliau Alaihissalam kepada Allāh ﷻ ingin melihat Allāh ﷻ, tapi Allāh ﷻ mengatakan لَن تَرَىٰنِي engkau tidak akan melihat-Ku, maksudnya adalah engkau tidak akan melihat-Ku di dunia bukan berarti tidak melihat Allāh ﷻ selama-lamanya tapi maksudnya adalah tidak akan melihat Allāh ﷻ di dunia.

Karena demikianlah kalau kita menggabungkan ini dengan ayat yang lain, لَن di sini tidak akan melihat-Ku maksudnya adalah selama di dunia bukan berarti tidak mungkin melihat Allāh ﷻ di akhirat makanya para ulama menjelaskan ketika Allāh ﷻ mengatakan engkau tidak akan melihat-Ku kemudian

وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ

Akan tetapi lihatlah kepada gunung

فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ

kalau dia masih berada di tempatnya maka engkau akan melihat-Ku

Ketika Allāh ﷻ menampakan diri-Nya pada gunung maka gunung tersebut tiba-tiba hancur lebur dan Nabi Musa pun Alaihissalam pingsan, ini menunjukkan bahwasanya kalau gunung saja yang demikian kuatnya hancur lebur demikian keadaannya akibatnya ketika Allāh ﷻ memperlihatkan diri-Nya lalu bagaimana dengan manusia yang sangat lemah ini, sehingga kalau dia masih tetap maka engkau akan melihat-Ku tetapi ketika dia hancur maka menunjukkan bahwasanya engkau tidak akan melihat-Ku di dunia ini.

Tapi Allāh ﷻ akan memberikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman di dalam surga sehingga mereka bisa melihat Allāh ﷻ, ini dalil umum bahwasanya kita tidak akan melihat Allāh ﷻ di dunia ini.

Kemudian juga hadits yang tentang dajjal, sesungguhnya kalian tidak akan melihat Rabb kalian sampai kalian meninggal dunia, kita semuanya tidak akan melihat Allāh ﷻ sampai kita meninggal dunia.

Ditambah lagi di sana ada sebuah hadits dimana Nabi ﷺ ditanya oleh sebagian sahabat radhiallahu ta’ala Anhu

هل رأيت ربك؟

Apakah engkau pernah melihat Rabb-mu? Ini pertanyaan langsung pada inti permasalahan, yang bertanya adalah Abu Dzar dalam Shahih Muslim, jawaban Nabi ﷺ

نور أنى أراه

Ada cahaya bagaimana aku bisa melihatnya.

Yaitu di sana ada hijab yang berupa cahaya bagaimana aku bisa melihatnya, ada penutup (hijab) yang berupa cahaya bagaimana aku bisa melihat Allāh ﷻ, ini jawaban langsung pada permasalahan kita, Nabi ﷺ yang menjawabnya secara langsung bahwasanya Beliau ﷺ tidak melihat Allāh ﷻ

أنى أراه

Bagaimana aku bisa melihat-Nya, menunjukkan bahwasanya Beliau ﷺ tidak melihat Allāh ﷻ di dunia. Lalu bagaimana dengan ucapan Abdullah bin Abbas padahal beliau adalah seorang sahabat Nabi ﷺ, beliau mengatakan

رأى محمدٌ ربَّه

Muhammad melihat Rabb-nya.

Para ulama menjelaskan رأى di sini maksudnya adalah ru’yatu al-qalb maksudnya adalah melihat Allāh ﷻ dengan mata hatinya dan ini disebutkan dalam sebagian riwayat bahwasanya beliau mengatakan

رأى ربه بفؤاده

yaitu melihat Allāh ﷻ dengan hatinya, maka ini menunjukkan dengan jelas maksud dari ucapan Abdullah bin Abbas yang dibawakan oleh Al-Imam Ahmad ibn Hanbal bahwasanya maksudnya adalah melihat Allāh ﷻ dengan hatinya bukan dengan matanya, ini untuk menjama’ riwayat.

Dan kalau memang misalnya tidak bisa dijama’ maka tentunya ucapan Nabi ﷺ ini menjadi hakim, kalau memang di sana ada ijtihad ada perbedaan pendapat diantara para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum maka ucapan Nabi ﷺ tentunya lebih didahulukan daripada ucapan siapapun.

Oleh karena itu ‘Ā’isyah radhiyallahu ta’ala anha ketika beliau mendengar adanya orang yang mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ telah melihat Rabb-nya, beliau mengatakan

من حدثك أن محمدا رأى ربه فقد كذب

Barang siapa yang menceritakan kepadamu bahwasanya Muhammad ﷺ telah melihat Allāh ﷻ ketika di mi’rajkan maka sungguh dia telah salah.

Ini keterangan yang jelas dari Ummul mu’minin ‘Ā’isyah radhiyallahu ta’ala anha yang menunjukkan bahwasanya Nabi ﷺ tidak pernah melihat Allāh ﷻ di dunia.

Jadi kesimpulannya baik Nabi ﷺ maupun orang-orang yang beriman, kalau Nabi ﷺ tidak melihat Allāh ﷻ di dunia lalu bagaimana dengan yang lain, Nabi ﷺ dan juga orang-orang beriman tidak melihat Allāh ﷻ di dunia tapi mereka akan melihat Allāh ﷻ di hari kiamat.

Ini adalah keyakinan Ahlussunnah Wal Jamaah dengan perincian yang kita sebutkan bahwasanya untuk melihat Allāh ﷻ di akhirat maka semuanya sepakat, tapi tentang permasalahan kalau selain Nabi ﷺ maka semuanya sepakat bahwasanya tidak ada diantara mereka yang melihat Allāh ﷻ di dunia, adapun Nabi ﷺ ada perselisihan diantara ulama ahlussunnah apakah beliau melihat Allāh ﷻ di dunia atau tidak melihat, dan yang lebih kuat wallahu a’lam bahwasanya Nabi ﷺ tidak melihat Allāh ﷻ di dunia.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى