Halaqah 37 ~ Al-Qur’an adalah Kalamullah Bukan Makhluk Bag 5

Halaqah 37 ~ Al-Qur’an adalah Kalamullah Bukan Makhluk Bag 5

📘 Halaqah Silsilah Ushulus Sunnah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-37 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullāh.

Beliau mengingatkan tentang hukum berdebat dengan orang-orang yang meyakini bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk

وإيَّاكَ ومُنَاظَرَةُ مَنْ أَحْدَثَ فِيهِ

Dan hati-hati kamu dengan perdebatan dengan orang-orang yang mengucapkan ucapan ini, perhatikan maknanya مَنْ أَحْدَثَ فِيهِ maksudnya adalah orang yang mengada-ngadakan di dalam masalah Al-Qur’an adalah kalamullāh ini yaitu ahlul bidah, mereka mengiḥdats (membuat bid’ah) di dalam masalah Al-Qur’an adalah kalamullāh, ini maksud ucapan beliau مَنْ أَحْدَثَ فِيهِ orang yang membuat perkara yang baru di dalam masalah Al-Qur’an adalah kalamullāh, seperti orang-orang mu’tazilah yang mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk.

Mereka mengatakan bahwasanya Allāh ﷻ menciptakan ucapan di pohon kemudian pohon itulah yang berbicara kepada Musa, ini keyakinan orang-orang mu’tazilah mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk, ini yang menjadi fitnah besar-besaran di zaman Al-Imam Ahmad ibn Hanbal dan beliau diuji oleh Allāh ﷻ karena sebab bid’ah khalqil qur’an di zaman beliau, ini sudah kita sampaikan ketika kita membahas tentang biografi dari Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullāh.

Maka beliau mengingatkan hati-hati berdebat dengan mereka, beliau mengingatkan artinya jangan sampai kalian berdebat dengan mereka karena masalah berdebat sebagaimana telah berlalu ini tidak semua orang bisa, Al Imam Ahmad bin Hambal berdebat karena memang beliau diundang dalam keadaan beliau terpaksa dibawa di hadapan khalifah yang di situ sudah disediakan tokoh mereka (mu’tazilah) dan beliau memiliki kemampuan untuk mendebat mereka, tapi yang lain belum tentu memiliki kemampuan.

Maka hati-hati jangan engkau mendebat orang-orang yang memiliki keyakinan Al-Qur’an adalah makhluk, katakan kepada mereka kalau mereka menawarkan kami ingin berbicara kami ingin berdebat, atau dengan bahasa halusnya mereka kita ingin juga menginginkan kebenaran kita juga ingin mendengar ucapanmu supaya orang Islam mereka tahu, ini sekedar tipu daya dari mereka supaya kita mau duduk bersama mereka dan mereka mengungkapkan syubhat- syubhat mereka dan kotoran-kotoran mereka.

Katakan kepada mereka bahwasanya kita berada di atas keyakinan di dalam agama, kita tidak memiliki keraguan bahwasanya Al-Qur’an adalah kalamullāh dan kalamullāh bukan makhluk, kami yakin seyakin-yakinnya tidak ada keraguan setitikpun sehingga tidak perlu kami dengan debat yang engkau tawarkan.

Sebagian ulama ahlussunnah didatangi oleh mereka dan mengatakan izinkan aku untuk membacakan kepadamu satu ayat kemudian ditolak dan ulama tersebut mengatakan aku tidak mau mendengar darimu meskipun hanya setengah ayat atau satu huruf, karena mereka tahu bahwasanya ahlul bida kerjanya adalah mendatangkan syubhat / kotoran yang bisa merusak hati manusia.

Kalau itu adalah keadaan para ulama lalu bagaimana dengan kita, jangan kita bermudah-mudahan dalam berdebat, mungkin ada diantara jamaah kita di dalam masjid yang sukanya debat, melihat kita sudah ngaji kemudian dia juga membaca dan dia juga mendengar dari ustadz-ustadz mereka yang memang senang berdebat, membaca bagaimana cara mendebat seorang Salafi misalnya, dia datangkan syubhat-syubhatnya coba tanyakan ke dia demikian dan demikian, ini perkara yang harus kita waspadai.

Jangan kita mudah terpancing, kita adalah orang yang berada di atas keyakinan di dalam agama kita, kita bukan orang yang ragu-ragu, kalau mau mendebat debatlah orang-orang yang ragu-ragu yang masih meragukan tentang akidahnya, adapun orang yang sudah kuat keyakinannya dan juga akidahnya maka kita tidak memerlukan lagi tentang perdebatan tersebut.

وَمَنْ قَالَ بِاللَّفْظِ وَغَيْرِهِ

Dan juga berhati-hati dalam mendebat orang-orang yang berpendapat بِاللَّفْظِ, perhatikan maknanya di sini supaya kita tidak salah dalam memahami ucapan Al Imam Ahmad bin Hambal disini, ini masih diathafkan ke ucapan beliau sebelumnya مَنْ أَحْدَثَ فِيهِ orang yang membuat sesuatu yang baru di dalam masalah keyakinan Al-Qur’an adalah kalamullāh.

Hati-hati dengan orang yang قَالَ بِاللَّفْظِ yaitu mengatakan bahwasanya ucapanku terhadap Al-Qur’an pelafalanku terhadap Al-Qur’an ini adalah makhluk, ini kurang lebih makna ucapan lafdzhi bil qur’an, hati-hati dengan orang yang mengatakan demikian karena ucapan ini memiliki kemungkinan benar dan kemungkinan salah.

Karena lafdzhi bil qur’an ini ada dua makna, makna yang pertama yaitu apa yang aku ucapkan dan yang kedua maknanya ucapanku, ini beda, apa yang aku ucapkan berarti al-malfudz, apa yang aku ucapkan adalah kalamullāh dan kalamullāh bukan makhluk, kalau maksud dia adalah apa yang aku ucapkan yaitu Al-Qur’an adalah makhluk maka dia salah, karena kalau itu bermakna malfudz berarti itu adalah Al-Qur’an.

Tapi terkadang lafdzhi maksudnya adalah ucapanku, yaitu aku melafadzkan aku menggerakkan bibirku suaraku dan seterusnya maka itu adalah makhluk, kalau maksudnya adalah itu benar kalau maksudnya adalah ucapanku yaitu aku menggerakkan bibirku suaraku maka itu adalah makhluk.

Maka beliau berhati-hati jangan sampai kita lengah terhadap orang yang jenisnya seperti ini, ada sebagian orang ingin mengelabui kita ingin menipu kita dengan halus, kalau bukan orang yang berilmu maka mungkin tidak memahami apa yang mereka maksud, dan barangsiapa yang mengucapkan dan berpendapat dan mengatakan lafdzhi bil qur’an makhluk maka ini hati-hati jangan kita mendebat mereka

وَغَيْرِهِ

Dan yang lain, semua penyimpangan dan semua ahli bid’ah kita hati-hati jangan kita bermudah-mudahan mendebat mereka.

Kemudian juga beliau menyebutkan contoh penyimpangan yang lain

وَمَنْ وَقَفَ فِيهِ

Dan barangsiapa yang berdiri di dalamnya, berdiri (berhenti) di dalamnya, maksudnya

فَقَالَ: لا أَدْرِي، مَخْلُوقٌ أَوْ لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ

Dia mengatakan saya tidak tahu apakah Al-Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk, ini berarti wuquf (berhenti) dia tidak maju tidak mundur tidak mengatakan makhluk tidak mengatakan bukan makhluk, kemudian dia mengatakan

وإنمَا هُوَ كَلامُ اللهِ

Dan sesungguhnya dia adalah kalamullāh.

Jadi orang ini mengatakan Al-Qur’an adalah kalamullāh tapi saya tidak tahu apakah itu makhluk atau bukan makhluk, perhatikan ucapan beliau jangan sampai kita salah dalam memahami, tawaquf maksudnya adalah dia mengatakan Al-Qur’an adalah kalamullāh tapi dia mengatakan saya tidak tahu dia itu makhluk atau bukan makhluk

فَهَذَا صَاحِبُ بِدْعَةٍ

Maka orang yang demikian adalah orang yang memiliki bid’ah, karena tidak pernah diucapkan oleh para sahabat tidak pernah diyakini oleh para salaf, semuanya mereka mengatakan Al-Qur’an adalah kalamullāh dan kalamullāh adalah sifat Allāh ﷻ dan sifat Allāh ﷻ bukan makhluk. Sehingga orang yang tawaquf dalam masalah Al-Qur’an ini adalah makhluk atau bukan makhluk ini adalah orang yang memiliki bid’ah sama kedudukannya

مِثْلَ مَنْ قَالَ:هُوَ مَخْلُوقٌ

Perhatikan ungkapan beliau ini, orang yang mengatakan saya tidak tahu apakah Al-Qur’an makhluk atau bukan makhluk itu seperti orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk sama-sama shahibu bid’ah, orang yang mengatakan Al-Qur’an makhluk shahibu bid’ah dan orang yang mengatakan saya tidak tahu apakah dia makhluk atau bukan makhluk ini juga shahibu bid’atin, hati-hati kita dengan orang yang demikian.

Kemudian beliau mengatakan

وإِنَّمَا هُوَ كَلامُ اللهِ وَلَيْسَ بِمَخْلُوقٍ

Meyakinkan kembali menguatkan kembali yang benar sesungguhnya dia adalah kalamullāh ucapan Allāh ﷻ dan bukan makhluk seperti yang beliau ucapkan di awal

والقُرآنُ كَلامُ اللهِ ولَيْسَ بِمَخْلُوقٍ

kemudian diakhiri dengan ucapan beliau

وإِنَّمَا هُوَ كَلامُ اللهِ وَلَيْسَ بِمَخْلُوقٍ

Ini adalah keyakinan Ahlussunnah Wal Jamaah berdasarkan dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur’an dan juga sunnah Nabi ﷺ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى