Halaqah 20 ~ Menjauhi Pertengkaran Atau Perdebatan (Bag.4)

Halaqah 20 ~ Menjauhi Pertengkaran Atau Perdebatan (Bag.4)

📘 Halaqah Silsilah Ushulus Sunnah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Dari dahulu hingga sekarang sangat sedikit kita dapatkan para ulama Ahlu Sunnah yang kita tahu tentang keilmuan mereka dan pemahaman mereka yang dalam agama ini tapi kita dapatkan mereka bukan orang yang banyak untuk berdebat dengan ahlu bid’ah sekalipun.

Sangat sedikit kita dapatkan dalam Sirah mereka berdebat kalau disana terpenuhi syarat karena disana ada Syarat² maka merekapun kalau terpenuhi syaratnya mereka mendebat Ahlu bid’ah, seperti yang dilakukan oleh Al Imam Ahmad bin Hambal (penulis kitab ini) beliau rahimahullah kita tahu dan sudah berlalu mendebat Ahlu bid’ah mendebat Mu’tajilah karena disana terpenuhi syarat² diantaranya orang yang mendebat diantara Ahlu Sunnah tersebut memang dia adalah orang yang diberikan oleh Allāh ﷻ kemampuan, bukan hanya sekedar ilmu yang kuat berdasarkan Al Qur’an dan hadits tetapi punya kemampuan untuk mendatangkan dalil/hujjah dalam waktu yang cepat/segera istihdhor yaitu memiliki kekuatan untuk mendatangkan karena ada sebagian memiliki ilmu dan kekuatan tetapi tidak diberikan oleh Allāh untuk segera didalam mendatangkan hujjah padahal yang namanya munadhoroh/perdebatan maka disana diperlukan kecepatan didalam mendatangkan hujjah dalam mematahkan hujjah.

Demikian pula diantara syaratnya seorang yang ingin melakukan debat dengan ahlu bid’ah misalnya maka diharuskan dia bisa mengontrol dirinya artinya bukan orang yang mudah marah karena dalam perdebatan apalagi dengan ahlu bid’ah mereka biasa curang biasa mengucapkan ucapan yang mungkin tidak biasa kita dengar, kalau seseorang tidak bisa mengontrol maka dikhawatirkan dia akan terbawa akhirnya dia marah dan mengucapkan ucapan/perbuatan yang tidak terkontrol padahal yang namanya perdebatan ini perlu pikiran yang jernih sehingga maksud dari perdebatan tadi tidak terwujud.

Diantara syaratnya Ahlu bid’ah tadi tujuan dia terlihat dari ucapan/tingkah lakunya tujuannya ingin mencari kebenaran terkadang kita tahu seorang ahlu bid’ah dia diatas penyimpangan/kesesatan tetapi dari ucapannya terlihat ingin mencari kebenaran dia ingin terbebas dari belenggu subhat yang ada didalam hatinya maka orang yang demikian berhak untuk ditolong dan diberikan hujjah untuk supaya dia bisa menghilangkan yang ada didalam hatinya, tapi ada diantara Ahlu bid’ah yg memang dari wajahnya terlihat bukan orang yang menginginkan kebenaran terlihat kesombongannya, keangkuhannya bukan orang yang menginginkan kebenaran seandainya dia mendengar ayat, hadits, ucapan salaf tidak akan digubris. Memang tujuan dari awal sebelum mendatangi majelis² tadi adalah hanya ingin menampakkan/mendebat saja tidak ingin kebenaran maka yang demikian kita Jangan terbawa, kalau memang terpenuhi syarat²nya dan disana ada mashlahat yang besar atau seseorang dalam keadaan terpaksa seperti yang dilakukan oleh para ulama Ahlu Sunnah wal jama’ah, banyak diantara mereka berdebat karena terpaksa, berdebat tapi terpaksa didatangkan didepannya seorang Raja/Khalifah kemudian disana ada ahlu bid’ah dan diperintahkan oleh Raja tadi untuk berdebat dihadapannya maka banyak diantara perdebatan mereka yang sebenarnya dalam keadaan terpaksa asalnya mereka tidak mau berdebat dengan ahlu bid’ah.

Dari Mujahid beliau mengatakan dikatakan kepada Abdullah ibnu Umar

إن نجدة الحروري – وهو على رأس أهل البدع – يقول كذا وكذا، فجعل لا يسمع منه؛ كراهية أن يقع في قلبه منه شيء

Mujahid menceritakan bahwasanya pernah dikatakan kepada Ibnu Umar bahwasanya Najdah (seorang Khawarij beliau adalah pimpinan Khawarij) dia mengatakan demikian dan demikian yaitu menyebutkan syubhatnya maka terlihat Abdullah ibnu Umar ketika ada orang lain yang menyebutkan subhat seorang khawarij beliau tidak mau mendengarkan syubhat tadi.

Ketika ada orang yang ingin menyebutkan penyimpangan beliau tidak ingin mendengarnya karena beliau benci atau tidak mau seandainya subhat yang kotor tadi penyimpangan yang rancu tadi itu akan masuk kedalam hatinya, beliau berusaha untuk menjaga hatinya supaya tidak terjangkit penyakit syahwat dan syubhat tidak ingin terkotori dengan pemikiran² yang kotor penyimpangan² dalam masalah aqidah maka ketika ada orang yang ingin menceritakan saja tentang syubhat orang khawarij maka beliau tidak mau mendengarnya karena benci atau tidak mau subhat tadi masuk kedalam hatinya.

Padahal siapa Abdullah ibnu Umar?

Dia adalah seorang ulama, putra dari Umar bin Khattab radiallahu taala anhu namun beliau adalah seorang yang sangat berusaha untuk menjaga hatinya dari berbagai penyakit termasuk diantaranya adalah penyakit syubhat. Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita memberikan kesempatan orang lain untuk mengotori hati kita dengan syubhat dengan menjawab tantangan mereka didalam berdebat? Kemudian kita kepanasan atau kita asatidzah kita untuk menjawab tantangan² mereka, ini bukan termasuk pemahaman didalam agama. Ini termasuk hal yang merusak hati seseorang.

Didalam ucapan beliau yang lain Abdullah ibnu Umar mengatakan,

«إياكم وأصحاب الرأي، فإنهم أعداء السنن، أعيتهم الأحاديث أن يحفظوها فقالوا بالرأي، فضلوا وأضلوا

Abdullah ibnu Umar mengatakan hati² kalian dengan orang² yang mengikuti ra’yu bukan mengikuti dalil mengikuti akalnya saja yaitu orang² yang senang berdebat yang sudah terbiasa mempelajari ilmu Kalam , mantiq, filsafat yang disana mereka diajarkan untuk berdebat

فإنهم أعداء السنن،

Karena mereka ini adalah musuh² Sunnah.

Mereka tidak mampu untuk menyibukkan diri dengan hadits. Kita lihat bahwasanya mereka ini bukan orang² yang punya perhatian yang besar terhadap hadits² Nabi ﷺ (dengan shahih Bukhari, Muslim dengan kitab² hadits yang lain) mereka bukan orang yang memiliki perhatian yang besar terhadap hadits² Nabi ﷺ, berbeda dengan ahlu Sunnah wal jama’ah. Akhirnya merekapun berbicara dengan akalnya karena hadits mereka tidak menguasai akhirnya berbicara dengan akalnya dengan ilmu kalam nya,

فضلوا وأضلوا

Akhirnya merekapun sesat dan menyesatkan.

Ini beberapa ayat, hadits Atsar dari para salaf yang menunjukkan tentang bagaimana Ahlu Sunnah wal jama’ah mereka meninggalkan perdebatan dengan ahlu bid’ah.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى