Hakikat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah | Halaqah 199

Halaqah 199 ~ Hakikat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-199 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, beliau mengatakan,

وَفِيهِمُ الصِّدِّيقُونَ، وَالشُّهَدَاءُ

Karena ini adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jamā’ah, kembali beliau menjelaskan tentang siapa dan hakikat dari Ahlus Sunnah wal Jamā’ah.

Jadi mereka adalah orang-orang yang mutanāasiqun (مُتَنَاسِق) mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan Islām yang murni yang dibawa oleh Nabi ﷺ.

وَفِيهِمُ الصِّدِّيقُونَ

Dan ada di antara mereka orang-orang shiddiq yaitu orang-orang yang kuat tasdiqnya kepada Allāh ﷻ dan juga Rasul-Nya, sehingga mereka dinamakan dengan Ash-Shiddiq.

Kuatnya tasdiq mereka membuahkan amalan dan ucapan dan kalau aqidahnya benar, bersumber dari keyakinan yang benar maka akan memunculkan ucapan yang benar dan perbuatan yang benar. Sehingga orang-orang yang Shiddiq ucapannya benar dan perbuatannya adalah perbuatan yang benar.

وَالشُّهَدَاءُ

Dan ada di antara Ahlus Sunnah wal Jamā’ah yang mereka adalah syuhada yaitu orang yang meninggal di jalan Allāh ﷻ. Dan ini banyak.

Ahlus Sunnah wal Jamā’ah juga demikian ketika (memang) pada waktunya disyari’atkan untuk berjihad Antum akan melihat Ahlus Sunnah wal Jamā’ah mereka adalah orang yang paling berani dalam berjihad Fīsabilillāh.

Jadi ada di antara Ahlus Sunnah wal Jamā’ah yang mereka adalah syuhada, dan ada di antara mereka yang termasuk golongan orang-orang yang shalih yaitu shalih dengan apa? Shalih dengan agama ini. Dia menjadi baik orangnya dengan sebab agama ini, itulah yang dimaksud dengan shalih.

Berarti kalau seseorang beribadah misalnya tidak menggunakan cara Nabi ﷺ, maka tidak dinamakan dengan amal yang shalih, dan orang yang melakukannya tidak dinamakan sebagai orang yang shalih. Jadi amalannya bukan amalan yang shalih dan orang yang melakukannya bukan orang yang shalih.

Orang shalih adalah orang yang ikhlas dan mengikuti Sunnah Nabi ﷺ, kembali kepada Ahlus Sunnah wal Jamā’ah.

وَمِنْهُمْ: أَعْلَامُ الْهُدَى وَمَصَابِيحُ الدُّجَى؛ أُولُوا الْمَنَاقِبِ الْمَأْثُورَةِ، وَالْفَضَائِلِ الْمَذْكُورَةِ

Dan di antara mereka ada A’lāmul Hudā (أَعْلَامُ الْهُدَى).

A’lām (أَعْلَامُ) adalah sebuah tanda yang tinggi.

Ada di antara mereka yang A’lāmul Hudā (أَعْلَامُ الْهُدَى) karena tingginya ilmu mereka sehingga mereka menjadi penerang, menjadi tanda (petunjuk).

وَمَصَابِيحُ الدُّجَى

Dan mereka adalah pelita-pelita di waktu malam hari.

Karena mereka (الصِّدِّيقُونَ، وَالشُّهَدَاءُ dan juga orang-orang yang shalih) masuk di dalamnya adalah para ulama, maka orang lain ini, mereka mengambil petunjuk dari apa yang mereka lakukan.

Ustadz Fulan beliau membolehkan atau ustadz Fulan beliau tidak membolehkan, ini adalah petunjuk bagi orang lain dan itu adalah pelita di malam hari atau pelita di saat gelap gulita.

Bukan hanya ulama saja, para الصَّالِحُونَ, para الشُّهَدَاءُ dan الصِّدِّيقُونَ, mereka termasuk orang-orang yang memberikan perhiasan dan keindahan tersendiri sebagaimana bintang-bintang di langit termasuk di antara hikmahnya adalah keindahan bagi langit, maka Ash-Shiddiqun, Asy-Syuhada dan Ash-Shālihūn mereka juga perhiasan bagi bumi ini. Tanpa mereka maka bumi ini menjadi tidak indah, kalau tidak ada orang shalih, tidak ada ulama tidak ada syuhada.

Jadi mereka adalah pelita bagi kegelapan.

أُولُوا الْمَنَاقِبِ الْمَأْثُورَةِ

Mereka adalah orang-orang yang memiliki keutamaan-keutamaan yang banyak.

وَالْفَضَائِلِ الْمَذْكُورَةِ

Dan keutamaan-keutamaan yang disebutkan.

Seperti misalnya Imam Asy-Syafi’i, Imam Mālik, Imama Ahmad, mereka mempunyai manāqib (مَنَاقِب) biografi-biografi yang dinukil dari mereka, ada di antaranya yang memakai sanad sampai Imam Asy-Syafi’i atau memakai sanad sampai Imam Ahmad.

وَالْفَضَائِلِ الْمَذْكُورَةِ

Orang-orang yang mereka memiliki keutamaan yang disebutkan.

Jadi kalau kita membaca misalnya biografi Imam Asy-Syafi’i maka kita akan dapatkan di sana keutamaan-keutamaan beliau. Dan juga para sahabat, kita juga akan mengetahui keutamaan-keutamaan beliau.

وَفِيهِمُ: الْأَبْدَالُ

Dan ada di antara mereka yang merupakan abdāl (أَبْدَالُ).

Abdāl (أَبْدَالُ) adalah jamak dari badal (بَدَل) artinya adalah yang menggantikan.

Apa yang dimaksud dengan Abdāl (أَبْدَالُ) di sini? Karena ada sebagian aliran mengartikan Abdāl (أَبْدَالُ) di sini adalah seperti Abdāl (أَبْدَالُ) di dalam istilah mereka yaitu kurang lebih wali atau wali yang memiliki tugas tertentu.

Apakah makna Abdāl (أَبْدَالُ) di sini sama dengan yang dimaknai oleh sebagian orang-orang shufi? Tidak! Abdāl (أَبْدَالُ) di sini, yang menggantikan maksudnya adalah para ulama yang ketika dia meninggal dunia akan digantikan dengan yang lain.

Setiap kali ulama meninggal maka akan digantikan oleh yang lain. Sehingga mereka dinamakan dengan Abdāl (أَبْدَالُ) yaitu yang mengganti, karena dia mengganti yang lain sebelum dia mengganti orang lain.

Jadi para ulama demikian mereka, ketika ada satu orang yang meninggal dunia maka digantikan dengan yang lainnya sehingga dinamakan dengan Abdāl (أَبْدَالُ).

Misalnya meninggal Imam Mālik ada Imam Asy-Syafi’i, meninggal Imam Asy-Syafi’i ada Imam Ahmad, meninggal Imam Ahmad ada Imam Bukhāri dan Imam Muslim.

وَفِيهِمُ أَئِمَّةُ

Dan ada di antara mereka yang merupakan imam-imam.

Bukan hanya sekedar ulama tetapi mereka adalah imamnya, didahulukan daripada yang lain. Seperti Imam yang empat (Imam Abu Hanifah, Imam Mālik, Imam Asy-Syafi’i dan juga Imam Ahmad) maka mereka adalah aimah (أَئِمَّةُ).

الَّذِينَ أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى هِدَايَتِهِمْ وَدِرَايَتِهِمْ

Yang kaum muslimin mereka sepakat bahwasanya mereka adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan kita (kaum muslimin) sepakat bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berilmu.

Jadi dari sisi ibadahnya, hidayahnya, mereka ini diakui oleh kaum muslimin dan dari sisi keilmuan mereka juga diakui oleh kaum muslimin. Maka ini adalah aimah (أَئِمَّةُ).

Imam Asy-Syafi’i, siapa yang tidak kenal Imam Asy-Syafi’i? Maka kaum muslimin semuanya sepakat bahwa beliau (Imam Asy-Syafi’i) adalah orang yang mendapatkan hidayah dan beliau adalah orang yang berilmu, ibadahnya baik dan ilmunya juga bagus.

Ini adalah imam-imam kita yaitu imam-imam Ahlus Sunnah wal Jamā’ah, mereka bukan hanya pintar dalam hal menghapal dan keilmuan saja, tetapi mereka memiliki pengamalan yang luar biasa.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى