Do'a Kedua Orang Tua

Bab 17 | DO'A KEDUA ORANG TUA


Hadits ke 32.  Mu'adz bin Fudhalah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Hisyam mengabarkan kepada kami dari Yahya -- ia adalah Ibnu Abi Katsir~:


عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ‏:‏ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ :‏ ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ، لاَ شَكَّ فِيهِنَّ‏:‏ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا‏


Dari Abu Ja'far bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata, "Nabi ﷺ bersabda, 'Tiga do'a yang terkabul yang tidak diragukan padanya, yaitu do'a orang yang dizhalimi, do'a orang yang bepergian dan do'a orang tua untuk keburukan anaknya, "


{Hasan lighairihi. HR. Abu Dawud: kitab ash-Shalah, bab ad-Du'a bi Zhahril Ghaib (1536), at-Tirmidzi: kitab al-Birr wash Shilah, bab Ma Ja'a fi Da'watil Walidain (1905), Ibnu Majah: kitab ad-Du'a, bab Da'watul Walid (3862). Ini diperkuat oleh hadits 'Uqbah bin 'Amir yang diriwayatkan oleh Ahmad (4/ 154). Lihat ash-Shahihah (596).}


Kandungan Hadits:

  1. Do'a orang yang dizhalimi tidak akan ditolak, baik dia muslim atau kafir.
  2. Do'a musafir mustajab karena ia berdo'a kepada Allah dengan hati yang luluh.
  3. Hak kedua orang tua terhadap anak merupakan hak hamba yang paling utama untuk dipenuhi. Keduanya berhak mendapatkan pelayanan dan penjagaan dari sang anak. Hendaknya sang anak berlaku sopan dan bertutur kata lembut kepada keduanya sehingga mereka mendo'akan kebaikan bagi anak mereka yang akan dikabulkan oleh Allah ﷻ





Hadits ke 33.  'Ayyasy bin al-Walid mengabarkan kepada kami, ia berkata, 'Abdul A'la mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ishaq mengabarkan kepada kami dari Yazid bin 'Abdillah bin Qusaith, dari Muhammad bin Syurahbil -saudara Bani 'Abdid Daar-:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ ﷺ يَقُولُ‏:‏ مَا تَكَلَّمَ مَوْلُودٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدٍ إِلاَّ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ﷺ، وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، قِيلَ‏:‏ يَا نَبِيَّ اللهِ، وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ‏؟‏ قَالَ‏:‏ فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِبًا فِي صَوْمَعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِيَ بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلِ صَوْمَعَتِهِ، وَكَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةِ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِي، فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًا فَقَالَتْ‏:‏ يَا جُرَيْجُ، وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ وَهُوَ يُصَلِّي‏:‏ أُمِّي وَصَلاَتِي‏؟‏ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ‏:‏ أُمِّي وَصَلاَتِي‏؟‏ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّالِثَةَ، فَقَالَ‏:‏ أُمِّي وَصَلاَتِي‏؟‏ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ، فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ‏:‏ لاَ أَمَاتَكَ اللّٰهِ يَا جُرَيْجُ حَتّٰى تَنْظُرَ فِي وَجْهِ الْمُومِسَاتِ، ثُمَّ انْصَرَفَتْ‏.‏ فَأُتِيَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ، فَقَالَ‏:‏ مِمَّنْ‏؟‏ قَالَتْ‏:‏ مِنْ جُرَيْجٍ، قَالَ‏:‏ أَصَاحِبُ الصَّوْمَعَةِ‏؟‏ قَالَتْ‏:‏ نَعَمْ، قَالَ‏:‏ اهْدِمُوا صَوْمَعَتَهُ، وَأْتُونِي بِهِ، فَضَرَبُوا صَوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوسِ حَتَّى وَقَعَتْ‏.‏ فَجَعَلُوا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُومِسَاتِ، فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ، فَقَالَ الْمَلِكُ‏:‏ مَا تَزْعُمُ هٰذِهِ‏؟‏ قَالَ‏:‏ مَا تَزْعُمُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ تَزْعُمُ أَنَّ وَلَدَهَا مِنْكَ، قَالَ‏:‏ أَنْتِ تَزْعُمِينَ‏؟‏ قَالَتْ‏:‏ نَعَمْ، قَالَ‏:‏ أَيْنَ هٰذَا الصَّغِيرُ‏؟‏ قَالُوا‏:‏ هٰذَا هُوَ فِي حِجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ‏:‏ مَنْ أَبُوكَ‏؟‏ قَالَ‏:‏ رَاعِي الْبَقَرِ‏.‏ قَالَ الْمَلِكُ‏:‏ أَنَجْعَلُ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ‏؟‏ قَالَ‏:‏ لاَ، قَالَ‏:‏ مِنْ فِضَّةٍ‏؟‏ قَالَ‏:‏ لاَ، قَالَ‏:‏ فَمَا نَجْعَلُهَا‏؟‏ قَالَ‏:‏ رُدُّوهَا كَمَا كَانَتْ، قَالَ‏:‏ فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ‏؟‏ قَالَ‏:‏ أَمْرًا عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِي دَعْوَةُ أُمِّي، ثُمَّ أَخْبَرَهُمْ‏


Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, 'Tidak ada bayi yang berbicara dalam buaian kecuali 'Isa putera Maryam dan Juraij.' Lalu ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, siapa itu Juraij?' Beliau menjawab, 'Juraij adalah seorang rahib yang senantiasa berada di rumah peribadahannya. Lalu ada seorang penggembala yang menggembala sapinya mondar-mandir di bawah tempat peribadahannya. Dan ada juga seorang wanita dari suatu desa berulang kali menemui penggembala itu. Suatu hari datanglah ibu Juraij dan memanggilnya, 'Wahai Juraij.' Juraij ketika itu sedang shalat. Dia lalu bertanya dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?' Rupanya ia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kedua kalinya. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, Ibuku atau shalatku?' Rupanya ia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk ketiga kalinya, Juraij bertanya lagi dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?' Rupanya ia (masih tetap) mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan itu, ibunya berkata, 'Semoga Allah tidak mematikanmu wahai Juraij hingga wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur. Lalu ibunya pun pergi. Kemudian wanita tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan sudah melahirkan. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, Siapa ayah dari anak ini?' 'Juraij, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, 'Apa dia penghuni tempat peribadahannya itu?' 'Benar, jawab wanita itu. Raja berkata, 'Hancurkan rumah peribadahannya dan bawa dia kemari." Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadahannya dengan kapak hingga rata dan mengikat tangannya pada lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan, Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya, Juraij tersenyum di mana mereka melihat Juraij berada di antara manusia. Raja lalu bertanya kepadanya, 'Bagaimana pengakuan wanita ini menurutmu?' Juraij balik bertanya. Apa pengakuannya?' Raja berkata, 'Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungannya denganmu. Juraij bertanya, 'Apakah engkau telah berkata begitu?" 'Benar,' jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, 'Di mana bayi itu?" Orang-orang lalu menjawab, '(Itu) di pangkuan (ibu)nya." Juralj lalu menemuinya dan bertanya kepada bayi itu, 'Siapa ayahmu?' Bayi itu menjawab, 'Penggembala sapi.' Raja lalu bertanya (kepada Juraij), 'Apakah kami bangunkan rumah ibadahmu dari emas?' Juraij menjawab, 'Tidak.' 'Atau dari perak?' tanya raja. 'Tidak, jawab Juraij. 'Lalu dari apa kami bangun kembali rumah ibadahmu?' tanya raja. Juraij menjawab, 'Bangunlah seperti semula.' Raja lalu bertanya, 'Lalu mengapa tadi engkau tersenyum?' 'Untuk sesuatu yang sudah aku ketahui."jawab Juraij. 'Do'a ibuku menimpa diriku.' Lalu Juraij memberitahu mereka." 


{HR. Al-Bukhari: kitab Ahaditsul Anbiya, bab Qaulullah: "Wadzkur fil Kitabi Maryam" (3436) dan Muslim: kitab al-Birr wash Shilah, bab Taqdim Birril Walidain 'alat tathawwu' bish Shalati wa Ghairiha (7-8).}


Kandungan Hadits:

  1. Keagungan berbakti kepada orang tua, penegasan keutamaan hak ibu terhadap anak dan penjelasan bahwa do'anya merupakan do'a yang mustajab.
  2. Penetapan adanya karamah wali dan hal ini merupakan madzhab Ahlus Sunnah, berbeda dengan madzhab mu'tazilah. 
  3. Anjuran agar berwudhu' dan melaksanakan shalat ketika hendak meminta suatu perkara yang penting kepada Allah.
  4. Wudhu telah dikenal dalam syari'at ummat terdahulu, dan dalam riwayat al-Bukhari terdapat lafazh, "Fatawadhdhaa wa shalla (lalu ia berwudhu kemudian melaksanakan shalat)."