Ahlus Sunnah Memerintahkan kepada Akhlak yang Mulia | Halaqah 197

Halaqah 197 ~ Ahlus Sunnah Memerintahkan kepada Akhlak yang Mulia

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-197 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, beliau mengatakan,

وَيَأْمُرُونَ بِمَعَالِي الْأَخْلَاقِ، وَيَنْهَوْنَ عَنْ سِفْسَافِهَا

Dan mereka yaitu Ahlus Sunnah juga memerintahkan untuk melakukan akhlak-akhlak yang mulia.

Hampir sama dengan Makārimul Akhlaq (مكارمِ الأخلاق) atau Ma’āli Al-Akhlaq (مَعَالِي الْأَخْلَاقِ).

Contoh di antara akhlak yang mulia yang tinggi adalah keberanian, lawan dari kepengecutan, kedermawanan lawan dari kebakhilan, kejujuran lawan dari kebohongan, amanah yaitu menjaga amanat lawan dari khianah.

Maka Ahlus Sunnah wal Jamā’ah memerintahkan kepada Ma’ālil-Akhlaq (مَعَالِي الْأَخْلَاقِ) akhlak-akhlak yang tinggi.

وَيَنْهَوْنَ عَنْ سِفْسَافِهَا

Dan mereka Ahlus Sunnah melarang dari akhlak-akhlak yang jelek.

Safsāfihā (سفْسَافِهَا) ini artinya adalah Radii’ (رديء) atau haqqir (حَقَّر) sesuatu yang jelek jamaknya adalah safāsif سفاسف.

Jadi Ahlus Sunnah mengajak kepada secara umum akhlak-akhlak yang mulia dan mereka melarang dari akhlak-akhlak yang jelek.

Kemudian beliau mengatakan,

وَكُلُّ مَا يَقُولُونَهُ أَوْ يَفْعَلُونَهُ مِنْ هَذَا أَوْ غَيْرِهِ

Dan seluruh apa yang mereka ucapkan dan yang mereka kerjakan baik yang tertulis dan sudah beliau sebutkan di awal أَوْ غَيْرِهِ atau yang lain, berarti menunjukkan.

Beliau tidak menyebutkan semuanya, di sana ada akhlak-akhlak yang mulia yang tidak beliau sebutkan di sini, makanya beliau mengatakan أَوْ غَيْرِهِ atau selainnya.

فَإِنَّمَا هُمْ فِيهِ مُتَّبِعُونَ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ

Maka mereka di dalam masalah ini mengikuti Al-Qur’ān dan juga Sunnah.

Misalnya ketika birrul walidain, menyambung tali silaturahim, bertetangga, mencintai orang miskin, maka mereka mengikuti syari’at bukan hanya sekedar, “Ah, inikan baik”, berarti kita praktikkan. Tidak !

Mereka di dalam semua itu, ketika mereka berakhlak kepada orang lain maka mereka mengikuti Al-Qur’ān dan juga Sunnah, artinya bukan mengikuti hawa nafsunya atau mengikuti perasaannya.

Perasaan dia menggelora ingin membantu saudaranya yang ada di Palestina, ini perasaan dia āthifah (عَاطِفة) tapi dia menggunakan cara yang tidak benar yaitu seseorang misalnya keluar dari negaranya menuju Palestina dengan tujuan untuk memerangi orang Yahudi misalnya. Tapi dia dalam keadaan sendirian, maka ini bukan cara yang benar.

Dia hanya memakai perasaan saja padahal Ahlus Sunnah wal Jamā’ah dalam melaksanakan akhlak-akhlak yang baik tadi mereka مُتَّبِعُونَ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ mereka mengikuti Al-Qur’ān dan Sunnah.

Contoh misalnya sebagian orang di mana-mana, maksudnya dia bertetangga dia sudah kenal Sunnah bertetangga dengan tetangga yang belum kenal Sunnah, kemudian ternyata meskipun dia sudah mengaji dan sudah kenal Sunnah masih dia mengikuti acara-acara yang digelar oleh tetangga-tetangga mereka berupa acara-acara yang bid’ah dan yang semisalnya.

Kemudian ada sebagian mereka نسأل الله السَّلاَمَة العافية tetap melakukan acara-acara tersebut kemudian dia mengatakan, “Ini kan tidak enak kalau tidak hadir atau ini adalah untuk hablum minnās”, dengan kata-kata yang seakan-akan itu adalah membolehkan.

Ahlus Sunnah wal Jamā’ah bukan dengan cara seperti ini, Ahlus Sunnah wal Jamā’ah ketika mereka berakhlak kepada orang lain tetangga dan kaum muslimin yang lain mereka tetap مُتَّبِعُونَ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ mereka berusaha untuk mengikuti Al-Qur’ān dan juga Sunnah, bukan mengikuti perasaan saja.

وَطَرِيقَتُهُمْ هِيَ دِينُ الْإِسْلَامِ؛ الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ

Cara mereka yaitu cara mereka dalam beragama adalah agama Islām jadi jalan mereka adalah agama Islām itu sendiri. Jalan yang menyampaikan mereka kepada Allāh ﷻ adalah agama Islām itu sendiri.

الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ بِهِ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Di mana Allāh ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ dengannya.

Ini adalah jalan Ahlus Sunnah.

Jadi jalan mereka sebenarnya adalah Islām itu sendiri, Islām yang murni yang dibawa oleh Rasūlullāh ﷺ. Itulah yang kita jalankan, makanya setiap bid’ah dan tambahan di dalam agama itu kita tidak mau. Karena ini bukan jalannya Nabi Muhammad ﷺ.

Jalan yang paling benar dan itulah yang diridhai oleh Allāh ﷻ adalah jalannya Rasūlullāh ﷺ.

Sehingga beliau mengatakan,

وَطَرِيقَتُهُمْ هِيَ دِينُ الْإِسْلَامِ

Cara mereka adalah agama Islām itu sendiri.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى