Nama dan Nasab Keilmuan Penulis Kitab | Silsilah Ushulus Sunnah

Halaqah 01 ~ Nama dan Nasab Keilmuan Penulis Kitab

📘 Halaqah Silsilah Ushulus Sunnah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Sebelum kita masuk kedalam penjelasan dari kitab Ushulu Sunnah ini, maka pada pertemuan yang pertama insyaAllāh kita akan mengenal lebih dekat dengan penulis kitab ini.

Poin yang pertama adalah biografi dari Al Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah.

Nasab beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Asy Syaibani.
Hanbal ini adalah kakek beliau, disingkat Ahmad bin Hanbal, bapaknya adalah Muhammad.

Beliau adalah seorang Imam didalam masalah fiqh sekaligus didalam masalah hadits, oleh karenanya beliau salah satu diantara Imam yang empat, banyak yg menisbatkan mazhabnya kepada Imam yang empat yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i & juga Imam Ahmad bin Hanbal & sekaligus beliau adalah seorang muahdits (ahli Hadits) sampai 1jt hadits Nabi ﷺ , juga memiliki pemahaman yang dalam didalam Hadits² tsb, beliau adalah seorang faqih & muhadits, dan ini sesuatu yg jarang, ada sebagian seseorang dia condong kepada fiqh tetapi dari ilmu haditsnya dia kurang & ada sebagian seseorang dia condong didalam Ilmu hadits tetapi dari sisi fiqh nya kurang, karena asalnya memang demikian kemampuan manusia dia fokus pada 1 perkara, tetapi terkadang Allāh ﷻ memberikan kemampuan sebagian orang sehingga dia bisa mampu untuk menguasai lebih dari 1 ilmu, fiqh dia termasuk yang dikedepankan dari sisi hadits dia juga menjadi rujukan bagi orang.

Ini adalah keutamaan yang Allāh berikan bagi siapa yang Allāh kehendaki.

Kunyah beliau adalah Abu Abdillah dilahirkan di Baghdad & tumbuh berkembang disana (beliau Baghdadi), dilahirkan 164 H (14 tahun setelah dilahirkannya Imam Syafi’i).

Tentang masalah keilmuan beliau (Al Imam Ahmad bin Hanbal) beliau memulai menyibukan diri dengan ilmu ketika beliau berumur 16 tahun, sebagaimana disebutkan oleh beberapa yang menulis tentang biografi. Ketika berumur 16 tahun (kalau sekarang 1 SMA) beliau baru menyibukan dirinya dengan ilmu agama, mulai mendatangkan Masyaikh/guru²nya. Beliau rahimahullah sebagaimana para thulabul ilm yang lain (kebiasaan para penuntut ilmu dari dahulu) setelah belajar dari para guru yang ada didaerahnya melakukan perjalanan untuk menurut ilmu agama, belajar hadits & juga belajar untuk memahami hadits² tersebut & beliau bukan berasal dari keluarga yang mampu, karena para penuntut ilmu ada yang berasal dari keluarga yang mampu & ada diantara mereka yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, tetapi beliau punya tekad yg kuat & keinginan yang tinggi, sehingga beliau pernah berjalan kaki dari negeri beliau sampai ke Yaman (karena kalau naik kendaraan tidak ada) yang bisa beliau lakukan adalah berjalan kaki & setelah sampai di yaman beliau tinggal disana selama 2 tahun mencari hadits² Nabi ﷺ , beliau mendatangi majlis² tahdis (para muhadis yg ada di Yaman, seperti Abdurrozak yang memiliki kitab Musanaf, ash shan’anii beliau tinggal disana selama 2 tahun.

Terlihat dari jasad beliau (fisik) & kesehatan beliau secara umum bahwasanya beliau telah capai sekali didalam menuntut ilmu saat itu, sehingga beliau sampai ke Mekkah (setelah dari Yaman) ada yang mengatakan

أجهدت نفسك يا أبا عبد الله

Engkau telah mencapaikan dirimu sendiri

Mereka melihat dari fisik beliau, 2 tahun di Yaman terlihat fisik beliau sudah berubah.

Maka beliau rahimahullah mengatakan,

ما أهون المشقة فيما استفدنا عن عبد الرزاق

Betapa ringan nya kesusahan tersebut kalau dibandingkan dari faedah yang diambil dari Abdurrozak.

Jadi perjalanan beliau yang panjang berjalan kaki menuju Yaman & kesusahan beliau selama 2 tahun di Yaman tidak ada apa²nya dan sangat ringan bagi beliau dibandingkan dari faedah yg diambil dari guru beliau Abdurrozzaq.

Ini menunjukkan bagaimana mereka sudah merasakan nikmatinnya mendengar hadits² Nabi ﷺ itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi para salaf, jangankan ratusan ribu hadits yang mereka dengar , 1 hadits saja oleh para salaf kalau memang itu dari Nabi ﷺ maka mereka rela untuk melakukan perjalanan yang panjang demi untuk mendapatkan & mendengar hadits Nabi ﷺ , sebagaimana dilakukan oleh para Shahabat radiallahu taala anhum seperti zabir Ibnu Abdillah dan yang lainnya yang melakukan safar dari Madinah ke Syam, perjalan selama 1bulan hanya untuk mendengar 1 hadits dari Nabi ﷺ , beliau tau ada salah seorang Shahabat yang meriwayatkan hadits ini maka dia melakukan perjalanan yang panjang untuk mendengar langsung hadits tadi dari Shahabat yang mendengar Nabi ﷺ .

Karena prinsip mereka mungkin saja ketika dia mendengar hadits tadi itulah yang menjadikan perubahan pada hidupnya , mungkin disana ada beberapa hadits tetapi ada 1 hadits yg kita mendengar saat hati kita ini dalam keadaan terbuka /lapang sehingga masuk kedalam hati kita & menjadikan hidup kita berubah (karena 1hadits yang kita dengar), sehingga para salaf dahulu semangat mereka untuk melakukan perjalanan panjang demi untuk mendapatkan meskipun hanya 1hadist tetapi itu sudah sesuatu yang sangat berharga di mata para salaf radiallahu anhu , lalu bagaimana mereka bisa dalam satu majlis bisa mendengar dari gurunya 1000-2000 -puluhan ribu hadits Nabi ﷺ , mereka merasakan nikmat yang luar biasa sehingga rasa capai perjalanan berbulan² itu hilang setelah mereka mendengar hadits² Nabi ﷺ dan ini dirasakan oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal dan juga para Imam/ulama yang lain, banyak diantara mereka karena mereka merasakan nikmatinnya yang tadi, sehingga terkadang mereka menunda waktu makannya kendati sudah membeli segala sesuatu untuk dimasak tetapi terkadang mereka sudah nikmat menyibukan dirinya (terkadang dia tidak sempat untuk memasaknya) ada diantara mereka sampai makan ikannya dalam keadaan mentah karena tidak sempat untuk masak karena sudah ada Dars yang lain & mereka merasa nikmat dengan pelajaran² tersebut yaitu tentunya derajat yang tinggi yang sampai kepadanya ulama & juga para Imam kita & para ulama di zaman sekarang juga telah dinukil dari mereka kisah² yang menunjukkan bagaimana mereka menikmati ilmu, seperti Syaikh Sya’di rahimahullah ketika beliau dalam keadaan sakit & dilarang oleh dokter untuk membaca , maka dia mengatakan bukankah orang sakit itu biasanya diberikan sesuatu yang menjadikan senang/nikmat & kenikmatannya adalah ketika beliau membaca buku² ini.

Al Imam Ahmad bin Hanbal selain dari Abdurrozak beliau juga mengambil ilmu dari para Imam yang lain seperti
Yahya bin Main
Ishak bin rohuyah
Al Imam Asy Syafi’i

Dan beliau sempat diundang oleh sebagian untuk pergi ke Mesir melakukan perjalan kesana namun saat itu beliau tidak mampu.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى