Halaqah 160 ~ Aqidah Ahlu Sunah terhadap Ahlu Bait Bag 04

Halaqah 160 ~ Aqidah Ahlu Sunah terhadap Ahlu Bait Bag 04

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-160 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Kalau kita sudah mengetahui tentang kewajiban mencintai para keluarga Nabi ﷺ lalu apakah hak mereka yang harus kita tunaikan kepada mereka, tentunya yang pertama adalah hak untuk dicintai dan dihormati kemudian juga yang kedua adalah mengucapkan shalawat untuk mereka sehingga dalam shalawat ibrahimiyah kita mengatakan

اللَّهُّم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمد كما صلَّيْتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

على آل محمد


shalawat untuk keluarga Nabi Muhammad ﷺ.

Kemudian yang ketiga adalah memberikan hak harta bagi mereka, Allāh ﷻ telah menjadikan bagi Ahlul Bait bagi keluarga Nabi ﷺ hak harta diantaranya adalah dari ghonimah ternyata mereka mendapat bagian dari ghonimah, kalau memang di sana ada ghonimah maka hak para Ahlul Bait harus diberikan kepada keluarga Nabi ﷺ

وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا غَنِمْتُم مِّن شَىْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُۥ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ
[Al-Anfal Ayat 41]

li dzil qurba maksudnya adalah Ahlul Bait, karena Allāh ﷻ mengatakan

مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ
[Al-Hasyr Ayat 7]

fi’ yang dimaksud adalah apa yang diambil dari orang kafir pihak dengan benar tapi tanpa peperangan, kalau ghanimah adalah dengan peperangan, ternyata Allāh ﷻ juga menjadikan di sana hak bagi Ahlul Bait.

Kemudian juga yang perlu kita pahami di sini bagaimana sikap kita terhadap seorang Ahlul Bait yang ternyata dia menyimpang bukan sebagai ahlussunnah, mungkin dia adalah Ahlul Bait tapi ahlul bida, pertama kita berikan hak harta kalau memang di sana ada ghanimah ada fi’ maka kita tetap berikan hak harta kepada mereka, penyimpangan mereka mungkin melakukan bid’ah atau sebagai ahlul bida ini tidak menghalangi untuk diberikan haknya.

Kemudian yang kedua mencintai mereka sesuai dengan kadar ketaatan mereka kepada Allāh ﷻ dan membenci mereka sesuai dengan kadar kemaksiatan mereka kepada Allāh ﷻ, karena mereka melakukan kemaksiatan melakukan bid’ah maka kita membenci mereka sesuai dengan kadar kebid’ahan mereka sesuai dengan kadar kebatilan mereka, tetap mengucapkan sholawat untuk mereka.

Kemudian juga tidak boleh kita ghuluw (berlebihan) terhadap Ahlul Bait, kita hormati mereka tapi tidak boleh kita berlebihan kemudian seseorang meyakini bahwasanya mereka adalah ma’sum atau mereka mengetahui ilmu yang ghaib seperti yang dilakukan oleh sebagian orang. Kemudian setelahnya di sini beliau mengatakan

وَيَتَبَرَّؤُونَ مِنْ طَرِيقَةِ الرَّوَافِضِ الَّذِينَ يُبْغِضُونَ الصَّحَابَةَ وَيَسُبُّونَهُمْ. وَطَرِيقَةِ النَّوَاصِبِ الَّذِينَ يُؤْذُونَ أَهْلَ الْبَيْتِ بِقَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ

Dan ahlussunnah mereka berlepas diri dari tata cara orang rafidhah yang mereka membenci para sahabat dan mencela para sahabat, kita menghormati para sahabat dan membersihkan lisan kita dan hati kita, kita berlepas diri dari cara orang-orang rafidhah yang mereka membenci para sahabat dan mencela para sahabat

يُبْغِضُونَ

dengan hati mereka

وَيَسُبُّونَهُمْ

dan mencela dengan lisan mereka, dan mereka berlepas diri dari tata cara orang-orang nawāshib jamak dari nāshib yaitu orang-orang yang mencela keluarga Nabi ﷺ

الَّذِينَ يُؤْذُونَ أَهْلَ الْبَيْتِ

mereka menyakiti keluarga Nabi ﷺ, padahal harusnya kewajiban mereka adalah menghormati tapi mereka mencela Hasan mencela Husein menyakiti hati para keluarga Nabi ﷺ

بِقَوْلٍ

baik dengan ucapan, mencela dan juga menghina

أَوْ عَمَلٍ

atau dengan perbuatan mereka, memukul apalagi membunuh mengusir.

Ahlus sunnah mereka berlepas diri dari dua cara ini, tapi mereka adalah orang yang berjalan di atas rel mencintai para sahabat dan tidak mencela mereka dan mereka menghormati ahlul bait dengan ucapan maupun perbuatan, jadi mereka menjamak antara mencintai para sahabat dan ahlul bait, dan ini yang dilakukan oleh Abu Bakr radhiyallahu ta’ala ‘anhu dilakukan oleh Umar, mereka mencintai Ahlul Bait sehingga Abu Bakr disebutkan bahwasanya beliau mengatakan

ارْقُبُوا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَرَابَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِي


Beliau mengatakan hendaklah kalian menjaga Muhammad di dalam keluarganya, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh keluarga Nabi ﷺ lebih aku cintai untuk aku sambung daripada keluargaku sendiri, sampai demikian Abu Bakr mengatakan beliau menyambung persaudaraan dengan keluarga Nabi ﷺ itu lebih dia senangi daripada menyambung keluarganya sendiri karena kecintaan beliau yang luar biasa kepada Rasulullāh ﷺ dan semangat beliau melaksanakan wasiat Nabi ﷺ.

Umar mengatakan kepada Abbas paman Nabi ﷺ

وَاللهِ لَإِسْلاَمُكَ يَوْمَ أَسْلَمْتَ كَانَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ إِسْلاَمِ اْلخَطَّابِ – يَعْنِي وَالِدَهُ – لَوْ أَسْلَمَ

Beliau mengatakan kepada Abbas demi Allāh ﷻ islammu wahai Abbas ketika engkau masuk islam itu lebih saya senangi lebih saya cintai daripada islamnya Khattab (bapaknya Umar) seandainya dia masuk Islam, seandainya bapakku masuk Islam maka islammu wahai Abbas ketika engkau masuk islam itu lebih saya senangi, maksudnya adalah saya lebih berbahagia dan lebih gembira karena engkau adalah paman Rasulullāh ﷺ.

Ini menunjukkan bagaimana ahlussunnah bisa menjamak di antara keduanya, rafidhah mereka mengagungkan ahlul bait dan mereka mengkafirkan para sahabat, orang-orang nawāshib mereka menyakiti dan tidak menghormati Ahlul Bait, dua-duanya berlebihan, adapun ahlussunnah maka mereka menghormati ahlul bait dan mencintai para sahabat Nabi ﷺ dan tidak ghuluw terhadap mereka.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى