Halaqah 152 ~ Aqidah Ahlu Sunah terhadap Khulafaur Ar Rasyidin Bag 02

Halaqah 152 ~ Aqidah Ahlu Sunah terhadap Khulafaur Ar Rasyidin Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-152 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Masih pada pembahasan tentang aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah tentang para sahabat khususnya para Khulafa Ar-Rāsyidun yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan juga Ali radhiyallāhu ta’ala ‘anhum jami’an. Di dalam Shahih Bukhari berkata Muhammad Al-Hanafiyah dan beliau adalah anak dari Ali Bin Abi Thalib

قُلْتُ لِأَبِي

Aku berkata kepada bapakku (Ali Bin Abi Thalib)

أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullāh ﷺ?, ini langsung pada permasalahan, apa jawaban dari Ali Bin Abi Thalib dan silahkan orang yang mengagungkan beliau dan meyakini bahwasanya beliau lebih afdhal daripada Abu Bakar Ash-Shiddiq mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhu sendiri

قَالَ أَبُو بَكْرٍ

Beliau mengatakan dan beliau adalah orang yang jujur dan tidak takut dengan celaan orang yang mencela apa yang memang itu adalah benar dan beliau yakini beliau sampaikan, beliau bukan orang munafik yang menampakkan keimanan tapi menyembunyikan kekufuran atau menampakkan persetujuan sementara di dalam hatinya beliau mengingkari beliau bukan model orang yang pengecut tapi beliau adalah seorang yang dikenal dengan keberaniannya dan tidak takut celaan orang yang mencela apabila itu memang dalam kebenaran, beliau mengatakan Abu Bakar, yaitu orang yang paling afdhal setelah Rasulullāh ﷺ adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, ini ucapan Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhu sendiri

قُلْتُ

kemudian Muhammad Ibnul Hanafiyyah beliau mengatakan

ثُمَّ مَنْ

Kemudian setelah itu siapa, siapa setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallāhu ta’ala ‘anhu

قَالَ ثُمَّ عُمَرُ

Beliau mengatakan kemudian Umar, berarti setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Umar radhiyallāhu ta’ala ‘anhu dengan keterangan dari Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhu, seorang Khulafaur Rasyidin yang kita diperintahkan untuk mengikuti sunnah mereka diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan beliau menjelaskan orang yang paling afdhal setelah Rasulullāh ﷺ adalah Abu Bakar kemudian setelah itu Umar.

Bagaimana setelah mendengarkan keterangan dari Ali Bin Abi Thalib ada sebagian orang yang masih berkeyakinan bahwa Ali Bin Abi Thalib lebih afdhal, kalau dia mengatakan demikian berarti dia telah mendustakan Ali Bin Abi Thalib berarti ini bukan mengagungkan lagi tapi menghinakan Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhu, kalau memang benar mereka mengagumi beliau maka silahkan mengambil ucapan beliau dan meyakini apa yang beliau yakini. Kemudian Muhammad Ibnul Hanafiyyah mengatakan

وخَشِيتُ أنْ يَقُولَ: عُثْمَانُ

dan aku takut kalau Beliau mengatakan setelah itu Utsman

قُلتُ: ثُمَّ أنْتَ؟

kemudian aku mengatakan kemudian setelah itu engkau wahai bapakku?, karena memang di sana nanti akan kita sebutkan ada khilaf tentang siapa yang lebih afdhal Utsman atau Ali radhiyallāhu ta’ala ‘anhu, tapi untuk Abu Bakar dan Umar maka semuanya sepakat Abu Bakar dan Umar ini lebih afdhal daripada Ali radhiyallāhu ta’ala ‘anhu, Ahlussunnah Wal Jama’ah sepakat dan satu pendapat satu ucapan bahwasanya yang paling afdhal adalah Abu Bakar kemudian Umar, ini sudah mutawatir

قُلتُ: ثُمَّ أنْتَ؟

kemudian engkau wahai bapakku, yaitu setelah Abu Bakar adalah engkau, karena memang ada pendapat di dalam Ahlussunnah Wal Jama’ah yang mengatakan Abu Bakar, Umar kemudian Ali kemudian Utsman

قَالَ: ما أنَا إلَّا رَجُلٌ مِنَ المُسْلِمِينَ

kemudian Ali Bin Abi Thalib mengatakan Tidaklah aku kecuali seseorang di antara kaum muslimin, ini menunjukkan tentang tawadhunya Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhu, mengatakan bahwasanya aku hanyalah seorang muslim diantara kaum muslimin.

Kemudian beliau mengatakan

وَيُثَلِّثُونَ بِعُثْمَانَ، وَيُرَبِّعُونَ بِعَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ؛ كَمَا دَلَّتْ عَلَيْهِ الآثَارُ، وَكَمَا أَجْمَعَ الصَّحَابَةُ عَلَى تَقْدِيمِ عُثْمَانُ فِي الْبَيْعَةِ

Kemudian mereka mengatakan bahwasanya yang paling afdhal yang ketiga adalah Utsman kemudian menjadikan Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhu ini yang ke empat, berarti urutan afdholiyah mereka sesuai dengan urutan kekhilafahan mereka sebagaimana yang menjadi khalifah pertama adalah Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali maka demikian pula di dalam masalah afdholiyah urutannya adalah Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali.

Diantara atsar yang menunjukkan ini adalah ucapan Ishaq Ibnu Rohuya (satu angkatan dengan imam Ahmad ibn Hanbal) beliau mengatakan

لم يكن بعد رسول الله – صلى الله عليه وسلم – على الأرض أفضل من أبي بكر، ولم يكن بعده أفضل من عمر، ولم يكن بعد عمر أفضل من عثمان، ولم يكن على الأرض بعد عثمان خير ولا أفضل من علي رضي الله عنهم. جامع ابن عبد البر: 2/1172

ini Ishaq Ibn Rohuya menyebutkan tentang aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah beliau mengatakan bahwasanya tidak ada setelah Rasulullāh ﷺ di atas bumi ini yang lebih afdhal daripada Abu Bakar dan tidak ada setelah Abu Bakar yang lebih afdhal daripada Umar dan tidak ada setelah Umar yang lebih afdhal daripada Utsman dan tidak ada setelah Utsman di atas bumi ini yang lebih baik dan lebih afdhal daripada Ali bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhum, ini menunjukkan tentang bagaimana keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah pada masalah urutan keafdhalan diantara empat Khulafa Ar-Rasyidin ini.

وَكَمَا أَجْمَعَ الصَّحَابَةُ عَلَى تَقْدِيمِ عُثْمَانُ فِي الْبَيْعَةِ

Demikian pula (selain atsar-atsar) ijma’ para sahabat radhiyallāhu ta’ala ‘anhum ketika mereka mendahulukan Utsman di dalam masalah baiat, ini menunjukkan bahwa Utsman radhiyallāhu ta’ala ‘anhu ini lebih afdhal daripada Ali Bin Abi Thalib radhiyallāhu ta’ala ‘anhum jami’an.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى