Halaqah 138 ~ Perkara Besar Kedua yang Mungkin Muncul di setelah Beriman Bahwa Segala Sesuatu sudah Ditakdirkan

Halaqah 138 ~ Beriman Kepada Takdir - Perkara Besar Kedua yang Mungkin Muncul di setelah Beriman Bahwa Segala Sesuatu sudah Ditakdirkan

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-138 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau ingin menjelaskan kepada kita tentang tiga perkara yang besar yang mungkin muncul di dalam diri sebagian orang, perkara yang kedua

وَهُوَ سُبْحَانَهُ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ وَالْمُحْسِنِينَ وَالْمُقْسِطِينَ، وَيَرْضَى عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ، وَلا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ، وَلاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ، وَلاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ، وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهُ الْكُفْرَ، وَلاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ

semuanya Allāh ﷻ yang takdirkan, Allāh ﷻ mengetahui sebelum terjadinya Allāh ﷻ menulis segala sesuatu Allāh ﷻ yang menghendaki segala sesuatu dan Allāh ﷻ yang menciptakan segala sesuatu baik ketaqwaan maupun kebalikan dari ketaqwaan baik keimanan maupun kekufuran semuanya Allāh ﷻ yang menciptakan baik ketaatan maupun kefasiqan itu semuanya adalah ditakdirkan oleh Allāh ﷻ diciptakan oleh Allāh ﷻ tapi Allāh ﷻ mencintai ketaqwaan dan orang-orang yang bertakwa dan Allāh ﷻ membenci kefajiran dan juga orang-orang yang fajir, disana ada mahabbah dan disana ada kebencian.

Allāh ﷻ menciptakan semuanya tapi ada diantaranya yang Allāh ﷻ cintai dan ada diantaranya yang Allāh ﷻ benci, tidak semua yang Allāh ﷻ ciptakan kemudian dicintai Allāh ﷻ, Allāh ﷻ menciptakan kemaksiatan tapi Allāh ﷻ mengabarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya Allāh ﷻ tidak ridha dengan kekufuran, dan Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang bertakwa dan Allāh ﷻ tidak memberikan hidayah kepada orang-orang yang kafir kepada orang-orang yang dzhalim, Allāh ﷻ tidak mencintai kekafiran ini harus kita pahami, semuanya ditakdirkan oleh Allāh ﷻ tapi ingat ada diantaranya yang dicintai oleh Allāh ﷻ sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan oleh Allāh ﷻ dan disana ada yang dibenci oleh Allāh ﷻ.

وَهُوَ سُبْحَانَهُ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

Dan Allāh ﷻ Dia-lah yang mencintai orang-orang yang bertakwa, berarti kalau memang Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang bertakwa maka kita sebagai seorang hamba Allāh ﷻ berusaha untuk mendapatkan kecintaan tadi, berusaha untuk bersifat dengan sifat orang-orang yang bertakwa yang mereka menjalankan perintah ikhlas karena Allāh ﷻ berdasarkan dalil meninggalkan larangan ikhlas karena Allāh ﷻ berdasarkan dalil, kita lakukan karena Allāh ﷻ mengabarkan bahwa Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang bertakwa

وَالْمُحْسِنِينَ

dan Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang muhsinin

وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  ١٩٥
[Al-Baqarah]

Hendaklah kalian berbuat ihsan sesungguhnya Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang berbuat ihsan, ihsan dengan dua makna, makna yang pertama merasa diawasi oleh Allāh ﷻ atau ihsan dengan makna berbuat baik kepada orang lain, kalau Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang berbuat ihsan kita berusaha untuk memasukkan diri kita dalam golongan orang-orang yang muhsinin merasa diawasi oleh Allāh ﷻ dimanapun kita berada

وَالْمُقْسِطِينَ

dan Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang adil

وَأَقۡسِطُوٓاْۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٩
[Al-Hujurat]

Dan hendaklah kalian berbuat adil sesungguhnya Allāh ﷻ mencintai orang-orang yang berbuat adil, kalau dia memiliki bawahan baik kekuasaan yang paling tinggi sebagai kepala negara ataupun yang dibawahnya yang ada di bawahnya sampai kekuasaan yang paling rendah di dalam keluarga dalam rumah maka dia berusaha berbuat adil ketika dia menjadi seorang kepala keluarga. Jadi jangan berdalil bahwasanya ini adalah takdir Allāh ﷻ, saya berbuat dholim adalah takdir Allāh ﷻ kemudian dia tidak berusaha untuk adil.

وَيَرْضَى عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّ

Dan Allāh ﷻ ridha kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, Allāh ﷻ ridha kepada para sahabat Allāh ﷻ ridha kepada orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik

… وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ…
[At-Taubah:100]

Allāh ﷻ ridha kepada orang-orang yang bertauhid sebagaimana dalam hadits

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثً

Allāh ﷻ meridhoi untuk kalian tiga perkara, diantaranya adalah

أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Allāh ﷻ ridha kalau kalian menyembah Allāh ﷻ dan tidak menyekutukan Allāh ﷻ dengan sesuatu apapun

وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا

Dan Allāh ﷻ ridha apabila kalian berpegang teguh dengan tali Allāh ﷻ dan kalian tidak berpecah belah, kita cari apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allāh ﷻ supaya Allāh ﷻ cinta kepada kita dan supaya Allāh ﷻ ridha dengan kita karena kita ingin ridha Allāh ﷻ dan tidak marah kepada kita

وَلا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Dan Allāh ﷻ tidak mencintai orang-orang yang kafir, Allāh ﷻ yang menciptakan kekufuran tapi Allāh ﷻ tidak mencintai orang-orang yang kafir, tidak semua apa yang diciptakan oleh Allāh ﷻ dan terjadi di permukaan bumi kemudian dia di cintai oleh Allāh ﷻ, Allāh ﷻ yang menciptakan kekufuran dan juga kekafiran tapi Allāh ﷻ tidak mencintai orang-orang yang kafir karena Allāh ﷻ tidak mencintai kekufuran, yang Allāh ﷻ cintai adalah keimanan dan juga amal shaleh

وَلاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

dan Allāh ﷻ tidak ridha dengan kaum yang fasiq

وَلاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ

dan Allāh ﷻ tidak memerintahkan kita untuk mengucapkan ucapan yang keji atau melakukan perbuatan yang keji yang jorok yang tidak sopan atau ucapan yang tidak senonoh perbuatan yang tidak senonoh, Allāh ﷻ tidak memerintahkan yang demikian, Allāh ﷻ mengatakan

…قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ…
[Al-A’raf:28]

Katakanlah sesungguhnya Allāh ﷻ tidak memerintahkan untuk kekejian (baik berupa ucapan maupun perbuatan), Allāh ﷻ tidak memerintahkan perbuatan yang tidak senonoh atau ucapan yang tidak senonoh makan jangan sampai berdalil dengan takdir atas bolehnya mengucapkan ucapan yang jorok atau perbuatan yang tidak senonoh, Allāh ﷻ tidak memerintahkan yang demikian Allāh ﷻ mengharamkan yang demikian, yang menyuruh untuk berbuat yang tidak senonoh dan mengucapkan ucapan yang kotor ini adalah syaithan

إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ  ١٦٩
[Al-Baqarah]

Dia itu memerintahkan kalian untuk berbuat jelek ucapan yang tidak senonoh dan untuk berkata atas nama Allāh ﷻ tanpa ilmu.

وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهُ الْكُفْرَ

Dan Allāh ﷻ tidak ridha kekufuran untuk hamba-hambanya, sebagaimana dalam ayat

…وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَۖ…
[Az-Zumar:7]

menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ tidak ridha dengan kekufuran, sehingga jangan sampai berdalil dengan takdir atas kekufuran seseorang

وَلاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ

dan Allāh ﷻ tidak mencintai kerusakan, sebagaimana Firman Allāh ﷻ

وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ  ٢٠٥
[Al-Baqarah]

dan Allāh ﷻ tidak mencintai kerusakan, kerusakan dengan dosa dan juga maksiat, menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ tidak mencintai perkara-perkara tersebut.

Berarti disini kalau memang kita benar-benar ingin kebaikan dan ingin sempurna keimanan kita semuanya harus kita imani apa yang ada di dalam Al-Qur’an, jangan kita memilih-milih sesuai dengan hawa nafsu kita, kalau seseorang benar-benar beriman dan meyakini bahwa ayat dengan ayat yang lain dalil dengan dalil yang lain tidak mungkin saling bertentangan satu dengan yang lain sebagaimana Allāh ﷻ mengatakan

وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ  ٩٦
[Ash-Shaffat]

Dan Nabi ﷺ mengatakan

إن الله خلق كل صانع وصنعته

semuanya kita imani, kita juga beriman

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ

ini semuanya kita imani, semuanya diciptakan oleh Allāh ﷻ tapi tidak semua yang diciptakan oleh Allāh ﷻ berarti itu di cintai oleh Allāh ﷻ, itu perkara yang kedua.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى