Halaqah 85 ~ Dalil yang Menunjukkan Bahwa Di antara Kalam Allah ﷻ ialah Al Qur’an Bag 02

Halaqah 85 ~ Dalil yang Menunjukkan Bahwa Di antara Kalam Allah ﷻ ialah Al Qur’an Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-85 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Ayat ayat yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah termasuk Kalāmullāh. Beliau mengatakan mendatangkan Firman Allāh ﷻ

وَقَوْلُه

Dan juga Firman Allāh ﷻ

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ

Dan ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari kitab Robb mu, tidak ada yang merubah bagi kalimat-kalimat Allāh ﷻ.

Sebelumnya Allāh ﷻ mengatakan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab Robb mu (Al-Qur’an), ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu yang ada di dalam Al-Qur’an, kemudian Allāh ﷻ mengatakan setelahnya tidak ada yang bisa merubah kalimat-kalimat Allāh ﷻ, berarti kalimat-kalimat Allāh ﷻ di sini maksudnya Al-Qur’an dan kalimat-kalimat Allāh ﷻ maknanya adalah Kalāmullāh sebagaimana dalam Firman Allāh ﷻ tadi

وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ

maksudnya adalah kalāmu rabbika, jadi

لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ

maksudnya adalah tidak ada yang merubah Kalāmullāh, berarti di sini Kitābullāh yaitu Al-Qur’an adalah Kalāmullāh. Kemudian

وَقَوْلُهُ: إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

Sesungguhnya Al-Qur’an ini menceritakan kepada Bani Israil sebagian besar apa yang mereka perselisihkan.

Al-Qur’an ini menceritakan kepada Bani Israil menunjukkan kepada mereka sebagian besar apa yang mereka saling berselisih di dalamnya, termasuk di antaranya adalah tentang Nabi ‘Isa ‘alaihissalam apakah dia disalib atau tidak, mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang apakah Nabi ‘Isa ini inilah yang disalib atau bukan maka Al-Qur’an menceritakan kepada mereka tentang sebagian besar apa yang mereka perselisihkan.

Syahidnya di sini يَقُصّ (menceritakan) dan yang namanya cerita itu berupa ucapan, yang namanya qhashas itu berupa ucapan ini menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an ini adalah kalam dan dia adalah Kalāmullāh.

Ini adalah ayat-ayat yang dibawakan oleh beliau rahimahullah yang menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalāmullāh, dan kalau dia Kalāmullāh maka dia bukan makhluk karena kalam ini adalah sifat dan sifat Allāh ﷻ ini bukan makhluk berbeda dengan orang-orang mu’tazilah yang mereka mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalāmullāh tapi mereka mengatakan bahwasanya Kalāmullāh adalah makhluk hingga mereka mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. Adapun ahlus-sunnah maka mereka mengatakan Al-Qur’an adalah Kalāmullāh dan Firman Allāh ﷻ ini bukan makhluk.

Dan telah terjadi fitnah yang besar di zaman Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah tentang masalah ucapan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk, dan saat itu raja yang ada di zaman beliau yaitu Ma’mun di sekitar beliu banyak orang-orang mu’tazilah, ulama-ulama mu’tazilah yang mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk sehingga mempengaruhi dan mengharuskan bahkan memaksa semua rakyat baik orang awamnya maupun ulamanya untuk mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk. Sehingga saat itu banyak yang dipaksa dan para ulama sunnah ada diantara mereka yang terpaksa mereka mengucapkan karena ini sudah sampai kepada pemaksaan dan Allāh ﷻ mengatakan

إِلَّا مَنۡ أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ

kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan tenang dengan keimanan. Ada diantara mereka yang terpaksa mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.

Dan ada di antara mereka ulama ahlussunnah yang mereka melakukan tauriyah yaitu mengucapkan sesuatu seakan-akan sesuai dengan kehendak mereka tapi dia memiliki maksud yang lain, seperti dilakukan oleh sebagian dia mengatakan saya bersaksi bahwasanya Al-Qur’an, Taurat, Injil dan juga Zabur semuanya ini adalah makhluk dan dia menunjukkan jarinya, maksudnya adalah semua ini (jari-jarinya) adalah makhluk, ini namanya tauriyah, jadi dia seakan akan menyetujui apa yang mereka inginkan tapi dia memaksudkan maksud yang lain, maksudnya adalah jari-jari yang dia tunjukkan ini adalah makhluk.

Dan ada sebagian ulama yang mereka memilih untuk bersabar, diantaranya adalah Al-Imam Ahmad bin Hanbal dan juga Muhammad ﷺ  bin Nuh rahimahumallāh mereka memilih untuk bersabar, dicambuk disiksa dan seterusnya dan mereka memilih untuk bersabar dengan ijtihad mereka berdua dan mereka memandang orang seperti mereka karena mereka dilihat oleh orang banyak, diikuti oleh orang banyak sehingga khawatir kalau sampai mengucapkan ucapan yang salah dan mengikuti mereka meskipun dalam keadaan terpaksa banyak manusia yang nanti akan mengikuti ucapan mereka.

Sehingga mereka memilih untuk bersabar dan Allāh ﷻ menggantikan kesabaran mereka dengan diangkat derajat mereka dan beliau adalah imam diantara imam-imam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan akhirnya Allāh ﷻ mengangkat bala’ dan memberikan hidayah kepada khalifah setelahnya yang akhirnya dia mendukung sunnah dan mendukung para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, adapun ulama-ulama mu’tazilah maka lama-kelamaan mereka hancur tidak ada yang mengikuti ucapan mereka dan dibenci oleh manusia.

Maka terjadi fitnah yang besar di zaman Al-Imam Ahmad bin Hanbal tentang masalah khalqul qur’an dan Ahlus Sunnah mereka mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah Kalāmullāh ghairu makhluq, Al-Qur’an adalah Kalāmullāh bukan makhluq. Diantara dalil yang menunjukkan bahwa dia bukan makhluk adalah Firman Allāh ﷻ

أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ

Ketahuilah bahwasanya milik Allāh ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ (penciptaan dan perintah), disini Allāh ﷻ membedakan antara ٱلۡخَلۡقُ dengan ٱلۡأَمۡرُ, al-amr disini termasuk diantaranya adalah Al-Qur’an, berarti Allāh ﷻ membedakan antara ٱلۡخَلۡقُ dengan ٱلۡأَمۡرُ menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an ini bukan makhluk, karena و disini konsekuensinya adalah menunjukkan perbedaan, perbedaan antara kata sebelum و dengan setelah و.

Demikian pula sabda Nabi ﷺ

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allāh ﷻ, dan kalimat-kalimat Allāh ﷻ adalah Kalāmullāh dan kita tahu bahwasanya berlindung (isti’adzah) dengan makhluk tidak boleh, ketika Nabi ﷺ mensyariatkan berarti menunjukkan bahwasanya Kalāmullāh ini bukan makhluk karena seandainya Kalāmullāh adalah makhluk berarti di sini ada kesyirikan padahal kesyirikan ini tidak diajarkan oleh Nabi ﷺ, menunjukkan bahwasanya Kalāmullāh adalah sifat Allāh ﷻ dan bukan makhluk.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى