Halaqah 64 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Memaafkan Bagi Allāh ﷻ – Dalil Pertama Bag 02

Halaqah 64 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Memaafkan Bagi Allāh ﷻ – Dalil Pertama Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-64 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Firman Allāh ﷻ

فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

Sesungguhnya Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Memaafkan dan Dia-lah Yang Maha Mampu.

Kalau kalian memaafkan kejelekan keburukan yang dilakukan oleh orang lain ketahuilah bahwasanya Allāh ﷻ itu Maha Pemaaf, عَفُوًّا adalah Maha Memaafkan, memaafkan maksudnya adalah memaafkan sehingga Dia tidak mengadzab orang-orang yang berbuat dosa kepada-Nya atau berbuat kesalahan kepada-Nya, dimaafkan oleh Allāh ﷻ padahal dia telah melakukan sebuah dosa kepada Allāh ﷻ maka ini dinamakan dengan عَفُوّ, Dzat Yang Maha Memaafkan.

Allāh ﷻ adalah Dzat Yang Maha Memaafkan, banyak dosa-dosa yang kita lakukan kepada Allāh ﷻ tapi kebanyakan dimaafkan oleh Allāh ﷻ, Allāh ﷻ tidak mengadzab kita dengan sebab dosa tadi, Allāh ﷻ mengatakan

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ

Dan apa yang menimpa kalian berupa musibah itu adalah karena sebab dosa kalian

وَيَعۡفُواْ عَن كَثِير

Dan Allāh ﷻ itu banyak memaafkan.

Kalau dihitung semuanya dosa-dosa kita, dosa yang akhirnya dengan sebabnya Allāh ﷻ menurunkan musibah dibandingkan dengan dosa yang kita lakukan dan di maafkan oleh Allāh ﷻ maka banyak dosa yang dimaafkan oleh Allāh, وَيَعۡفُواْ عَن كَثِير Allāh ﷻ banyak memaafkan. Sehingga Dia-lah yang memiliki nama العَفُوّ yang Maha Memaafkan, banyak dosa-dosa yang kita lakukan yang Allāh ﷻ tidak memberikan kepada kita musibah dengan sebab dosa yang kita lakukan.

Kalau demikian kenapa kita tidak memaafkan orang lain, Allāh ﷻ Robb kita Dia-lah yang memiliki sifat العَفْو, sifat-Nya adalah العَفْو nama Allāh ﷻ adalah العَفُوّ. Kalau kalian memaafkan sebuah kejelekan sesungguhnya Allāh ﷻ Dia-lah Dzat Yang Maha Memaafkan.

Kalau kita hitung berapa banyak dosa yang sudah kita lakukan kepada Allāh ﷻ dan Allāh ﷻ memaafkan dan berapa banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita, anak kepada kita, istri kepada kita, tetangga kepada kita coba dihitung mana yang lebih banyak dosa yang kita lakukan kepada Allāh ﷻ atau kesalahan mereka kepada kita, jawabannya adalah dosa yang kita lakukan kepada Allāh ﷻ. Apakah Allāh ﷻ memaafkan? Allāh ﷻ banyak memaafkan, lalu kenapa kita tidak memaafkan mereka-mereka yang sedikit mereka berbuat kesalahan kepada kita, dan itu lumrah mereka sebagai seorang anak, mereka sebagai seorang istri, mereka adalah tetangga, adalah teman kita yang namanya manusia terkadang mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati atau melakukan perbuatan yang menyakitkan hati dan mereka menyadari itu adalah kesalahan. Maka seorang muslim berusaha menjadi orang yang suka memaafkan kepada orang lain sebagaimana Allāh ﷻ banyak memaafkan kesalahan kita.

Dari sini Allāh ﷻ mengatakan قَدِيرًا dan Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mampu Maha Berkuasa. Kenapa di sini disebutkan nama Allāh قَدِيرًا setelah عَفُوًّا, ini adalah sebuah kesempurnaan, Allāh ﷻ Maha Memaafkan ini menunjukkan kesempurnaan karena sifat memaafkan adalah sifat yang baik termasuk kesempurnaan, manusia yang suka memaafkan lebih sempurna daripada manusia yang tidak suka memaafkan. Kemudian Al-Qudrah yang terkandung dalam nama Allāh ﷻ Al-Qadir ini juga merupakan sifat kesempurnaan, qudroh itu kekuasaan kemampuan ini adalah sifat kesempurnaan.

Kalau digabungkan maka ini menimbulkan atau memunculkan kesempurnaan yang lain, Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Memaafkan dan di waktu yang sama Allāh ﷻ yaitu Qadir Yang Maha Mampu, artinya kalau Allāh ﷻ mau menurunkan adzab maka Allāh ﷻ Qodir, Allāh ﷻ Maha Mampu untuk menyiksa dan untuk mengadzab atas setiap dosa yang kita, Allāh ﷻ Maha Mampu lakukan yang demikian. Tapi Allāh ﷻ tidak melakukannya Allāh ﷻ memaafkan maka ini sebuah kesempurnaan, Dzat yang mampu untuk mengadzab kemudian dia memaafkan ini adalah kesempurnaan tersendiri.

Ada sebagian orang dia memaafkan karena memang dia tidak mampu untuk membalas, dalam keadaan sendiri sementara yang mendzholimi dia orang banyak, dia mengatakan saya memaafkan kalian dan kalau dilihat memang dia orang yang tidak mampu untuk membalas tidak ada pilihan lain kecuali dia memaafkan ini berarti memaafkan karena memang dia dalam keadaan lemah. Tapi Allāh ﷻ Dia-lah Dzat Yang Maha Memaafkan padahal dia mampu untuk menyiksa padahal dia mampu untuk membalas dosa tadi dengan siksaan.

Maka seorang hamba yang dia memiliki sifat ini, anak yang berbuat kesalahan kepadanya dia mampu untuk membalas, dia mampu untuk menghukum tapi dia memaafkan maka ini adalah sifat yang sangat baik dari seseorang disertai dengan nasehat disertai dengan peringatan tapi dia memaafkan dia lupakan dan dia memaafkan, maka ini pengaruh juga terhadap tarbiyah (pendidikan) anak karena dia akan tertanam di dalam dirinya juga sifat memaafkan dan akhirnya ketika dia kelak menjadi orang tua dia pun akan menjadi orang yang memaafkan dan bertanggung jawab berusaha untuk mentarbiyah anaknya dengan sifat yang sempurna ini, tapi ini perlu kesungguhan perlu latihan perlu kesabaran dan terus berulang-ulang bekerjasama di antara kita untuk menanamkan pada diri kita sifat memaafkan.

فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

Berarti disini kita menetapkan nama Al-Afuw bagi Allāh ﷻ dan nama Al-Qadir, Al- Afuw mengandung sifat Al-Afwu dan Al-Qodir ini terkandung di dalamnya sifat Al-Qudroh. Perbedaan antara Al-Afuw dengan Al-Ghofur, Al-Afuw artinya adalah memaafkan sehingga tidak mengadzabnya adapun Al-Ghofur ada yang mengatakan dari kata al-ghofr yang artinya adalah menutupi, ditutupi oleh Allāh ﷻ, adapun Al-Afuw maka tidak diadzab sehingga sebagian ada yang mengatakan bahwasanya nama Allāh ﷻ Al-Afuw ini lebih dalam dari pada nama Allāh ﷻ Al-Ghofur.

Dan semuanya nama Allāh ﷻ adalah Asmaul Husna disitu disebutkan sebagian ulama tentang perbedaannya Al-Ghofur berasal dari kata al-ghofr yang artinya adalah menutupi dosa sehingga tidak dilihat oleh orang lain, karena seseorang tentunya malu ketika melakukan dosa dilihat oleh orang lain dan Allāh ﷻ Dia-lah Al-Ghofur yang Maha Menutupi dosa, banyak dosa-dosa kita yang ditutupi oleh Allāh ﷻ, tidak dilihat oleh orang lain padahal kalau Allāh ﷻ mau Allāh ﷻ bisa membongkar dosa tadi, tapi Allāh ﷻ Ghofur Dia-lah yang menutupi dosa.

Dan kita disyariatkan untuk banyak memohon maghfirah kepada Allāh ﷻ, mengatakan رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي didalam sholat kita dan diantara dzikir diantara dua sujud

رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْزُقْنِي، وَارْفَعْنِي

dalam sujud dan rukuk kita juga demikian

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ

Minta kepada Allāh ﷻ ditutupi dosanya dan kita berharap orang yang ditutupi dosanya di dunia maka ini menjadi ciri bahwasanya Allāh ﷻ akan menutupi dosanya di akhirat sehingga tidak diperlihatkan dihadapan manusia yang lain dan diampuni oleh Allāh ﷻ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى