Halaqah 105 ~ Kaidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah Dalam Masalah Sifat Allah ﷻ ialah Berada di Pertengahan

Halaqah 105 ~ Kaidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah Dalam Masalah Sifat Allah ﷻ ialah Berada di Pertengahan

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-105 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Setelah beliau rahimahullāh menyebutkan tentang bagaimana keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah di dalam masalah nama dan juga sifat Allāh ﷻ dan mereka bersandarkan kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih, menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allāh ﷻ dan juga Rasul-Nya tanpa mentahrif menta’thil mentakyif mentamtsil, setelah itu beliau menyebutkan sebuah pernyataan dan juga kaidah bahwasanya mereka yaitu Ahlussunnah Wal Jama’ah di dalam masalah sifat Allāh ﷻ mereka berada di pertengahan.

بَلْ هُمُ الْوَسَطُ فِي فِرَقِ الأُمَّةِ

Bahkan mereka (Ahlussunnah Wal Jama’ah) adalah al-wasath (yang adil, yang paling baik yang berada di pertengahan, tidak menyia-nyiakan juga tidak berlebihan) di dalam aliran-aliran ummah (umat islam).

Firaq adalah jamak jadi firqoh karena Nabi ﷺ telah mengabarkan tentang adanya perpecahan umat dan bahwasanya mereka akan berpecah belah menjadi aliran-aliran sebagaimana dalam hadits Beliau ﷺ mengatakan

افترقت اليهود على إحدى وسبعين ملة وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين ملة

Kemudian Beliau ﷺ mengatakan

ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة

dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan, berarti umat ini akan menjadi firaq (aliran-aliran) dan al-ummah artinya adalah umat Islam umatnya Rasulullāh ﷺ dan firaq dinisbahkan kepada ummat menunjukkan bahwasanya mereka statusnya adalah seorang muslim, aliran-aliran umat ini mereka masih berstatus sebagai Muslim dan itulah yang diyakini oleh  Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwasanya aliran-aliran tersebut adalah muslim, mereka bukan keluar dari agama Islam karena Nabi ﷺ mengatakan أمتي, Beliau ﷺ masih menamakan mereka sebagai umat Beliau ﷺ sehingga ucapan Nabi ﷺ

كلهم في النار

Semuanya masuk neraka itu bukan karena mereka keluar dari agama Islam tapi karena mereka melakukan bid’ah di dalam agama yaitu bid’ah di dalam masalah aqidah dan nanti akan disebutkan tentang keyakinan-keyakinan mereka

بَلْ هُمُ الْوَسَطُ فِي فِرَقِ الأُمَّةِ

Mereka ini (Ahlussunnah Wal Jama’ah) adalah orang-orang yang berada dipertengahan, dia adalah firqotun nājiah (firqoh yang selamat, firqoh yang mendapatkan petunjuk bukan firqoh yang sesat, firqohnya Rasulullāh ﷺ kelompoknya Rasulullāh ﷺ) maka mereka kalau dibandingkan dengan aliran-aliran tersebut yang jumlahnya ada 72 golongan kita mendapatkan bahwasanya Ahlussunnah Wal Jama’ah itu berada di pertengahan, sebagaimana jalan yang lurus ini adalah jalan yang pertengahan bukan di kanan dan bukan di kiri dia berada dipertengahan sebagaimana Allāh ﷻ menyebutkan di dalam Al-Qur’an dan mensifati jalan-Nya dengan sawā as-sabil, sawā artinya adalah pertengahan.

Dan bagaimana Nabi ﷺ dalam hadits Beliau ﷺ menggaris sebuah garis kemudian Beliau ﷺ menggaris dengan garis yang banyak di sebelah kanan dan juga kirinya, jalan Allāh ﷻ adalah di pertengahan sehingga akidah mereka yaitu aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah kalau kita camkan maka kita dapatkan berada dipertengahan di antara aliran-aliran tersebut, tidak berlebihan dan juga tidak mengurang-ngurangi tapi di pertengahan.

Kemudian beliau mengatakan

كَمَا أَنَّ الأُمَّةَ هِيَ الْوَسَطُ فِي الأُمَمِ

Wasathiyahnya (pertengahannya) ahlussunnah di antara aliran-aliran ini seperti umat ini (umat Islam) dia adalah pertengahan diantara umat-umat yang lain, ahlussunnah di antara aliran-aliran dalam Islam itu seperti aqidah kaum muslimin dibandingkan dengan (di tengah-tengah) aqidah umat-umat yang lain yaitu umat-umat sebelum kita orang-orang Yahudi dan orang Nasrani, maka umat Islam kalau kita lihat aqidahnya maka dia adalah pertengahan di antara Yahudi dan juga Nasrani.

Contoh misalnya keyakinan tentang Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, orang Yahudi meyakini bahwasanya Nabi ‘Isa adalah anak zina, seorang wanita tidak punya suami hamil berarti dia adalah anak dari sebuah perzinahan, belum habis mereka menuduh ‘Isa adalah anak zina dan Maryam adalah pezina, mereka berusaha untuk menyakiti dan juga untuk membunuh Nabi ﷺ ‘Isa ‘alaihissalam, dan mereka adalah kaum yang suka membunuh nabi-nabi Allāh ﷻ tanpa haq sebagaimana Allāh ﷻ sebutkan beberapa kali dalam Al-Qur’an, maka ini menunjukkan tentang bagaimana sikap yang kasar sikap yang tidak baik dan kekufuran kepada para Nabi dan juga para Rasul.

Adapun orang-orang Nashara kebalikan dari orang Yahudi mereka berlebihan terhadap Nabi ‘Isa karena Nabi ‘Isa dilahirkan oleh Maryam dan tanpa bapak padahal Maryam ini adalah wanita yang sholihah berarti bapak dia bukan manusia, kemudian mereka meyakini bahwanya dia adalah anak Allāh ﷻ, kalau dia anak Allāh ﷻ berarti dia adalah Tuhan juga yang patut diberikan peribadatan kepadanya, demikian terjatuh orang-orang nashara di dalam ghuluw (berlebihan) terhadap Nabi ‘Isa ‘alaihissalam sampai mengatakan bahwasanya beliau seorang ilāh (yang disembah) sehingga Allāh ﷻ kelak di hari kiamat akan bertanya kepada ‘Isa

ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ

karena disana ada orang-orang nashara yang mereka berlebih-lebihan terhadap Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.

Adapun keyakinan umat Islam berada di pertengahan, mereka meyakini bahwasanya Nabi ‘Isa ‘alaihissalam adalah ‘abdullāh (hamba Allāh ﷻ) bukan ilāh dan bukan anak Allāh ﷻ tapi dia adalah ‘abdullāh sama dengan kita seorang hamba di antara hamba-hamba Allāh ﷻ, kemudian keyakinan umat Islam bahwasanya beliau adalah Rasulullāh seorang utusan Allāh ﷻ yang dipilih oleh Allāh ﷻ diantara hamba-hamba-Nya untuk menyampaikan wahyu dan juga risalah Allāh ﷻ kepada Bani Israil, beliau adalah hamba Allāh ﷻ juga rasul-Nya.

Ucapan kaum muslimin beliau adalah hamba Allāh ﷻ bantahan kepada orang Nasrani, kita tidak seperti mereka berlebihan tapi kita mengatakan beliau adalah hamba Allāh ﷻ beliau abdun bukan ma’bud beliau ‘ābid bukan ma’bud, dan orang Islam mengatakan beliau adalah Rasulullāh berarti orang yang terpilih, nasabnya adalah nasab yang baik, terhormat harus dihormati, adapun orang-orang yahudi menghinakan ‘Isa dengan sehina-hinanya. Maka kaum muslimin meyakini beliau adalah Rasulullāh berarti beliau adalah termasuk manusia terbaik bahkan beliau termasuk Ulul Azmi yang disebutkan oleh Allāh ﷻ

فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ

yang disebutkan oleh Allāh ﷻ dalam Firman-Nya

شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحٗا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ
[Asy-Syura:13]

dan penyebutan nama Nabi ‘Isa ‘alaihissalam di dalam Al-Qur’an banyak, beliau adalah orang yang mulia ketika Allāh ﷻ mengabarkan kepada Maryam

وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ

beliau adalah orang yang memiliki kedudukan di dunia dan juga di akhirat, bukan orang yang hina seperti ucapan orang-orang Yahudi.

Lihat bagaimana Allāh ﷻ memberikan taufiq kepada kaum muslimin, mereka dalam keadaan mereka tersesat ada yang mengatakan itu adalah anak Allāh ﷻ dan ada yang mengatakan itu adalah anak zina, tapi Allāh ﷻ memberikan taufiq kepada kaum muslimin diberikan kepada kita hakikat yang sebenarnya siapakah Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, beliau adalah hamba Allāh ﷻ dan beliau adalah Rasulullāh, Allāh ﷻ memberikan mukjizat kepada beliau sesuai dengan kehendaknya dan mukjizat tadi bukan berarti dia adalah Tuhan tetapi Allāh ﷻ memberikan mukjizat kepada beliau.

Ahlussunnah Wal Jama’ah berada di antara pertengahan, diantara pertengahan umat Islam adalah pertengahan di dalam masalah ilmu dan juga amal, orang-orang Yahudi mereka adalah orang-orang yang turun kepada mereka kitab dan diutus kepada mereka rasul yang banyak sehingga mereka harusnya adalah ulama (orang-orang yang berilmu) namun banyak diantara ilmu yang mereka ketahui tidak mereka amalkan, ilmu hanya sekedar ilmu mendengar hanya sekedar mendengar

سَمِعۡنَا وَعَصَيۡنَا

mereka mendengar tapi mereka bermaksiat sehingga Allāh ﷻ memurkai mereka, mereka adalah yang disebutkan Allāh ﷻ dalam surat Al-Fatihah

ٱلۡمَغۡضُوب عَلَيۡهِمۡ

orang-orang yang dimurkai.

Kemudian orang-orang nashara mereka adalah orang yang semangat beramal semangat beribadah tapi sayang semangat ibadah mereka tidak didasari oleh ilmu sehingga mereka banyak membuat perkara yang baru di dalam agama mereka, misalnya rohbaniyyah yaitu seseorang tidak boleh nikah demi untuk menyempurnakan ibadah mereka, sebagaimana Firman Allāh ﷻ

وَرَهۡبَانِيَّةً ٱبۡتَدَعُوهَا مَا كَتَبۡنَٰهَا عَلَيۡهِمۡ
[Al-Hadid:27]

dan rohbaniyyah yang mereka ada-adakan sendiri, dan lihat semangat mereka dalam beribadah sampai mereka membuat patung di tempat ibadah mereka ingin mendekatkan diri kepada Allāh ﷻ dengan cara bertawasul dengan ‘Isa dengan Maryam, tujuan mereka adalah ingin beribadah ingin membersihkan diri mereka, semangat mereka dalam beramal tapi tanpa ilmu, melakukan amal ibadah bukan berdasarkan syariat yang diajarkan oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam tapi membuat sendiri sehingga Allāh ﷻ mensifati mereka dengan

ٱلضَّآلِّينَ

orang-orang yang sesat, karena mereka bersemangat tapi tidak punya ilmu, seperti orang yang semangat berjalan tapi dia tidak tahu arah, sesat.

Adapun orang-orang Yahudi maka mereka adalah orang-orang yang dimurkai, dia sudah tau jalannya itu adalah jalan yang benar tapi dia tidak mengamalkan, dia tidak mengikuti, maka orang Yahudi dimurkai oleh Allāh ﷻ dan orang-orang Nasrani mereka adalah orang-orang yang sesat.

Umat Islam berada di pertengahan yaitu menggabungkan antara ilmu dan juga amalan, di dalam Islam ilmu memiliki keutamaan yang besar dan di dalam Islam tuntutan dari ilmu adalah beramal, sehingga banyak disebutkan dalam Al-Qur’an iman dengan amal shaleh

وَٱلۡعَصۡرِ ١
إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ

disebutkan iman dan juga amal shalih, tidak mungkin seseorang percaya dan beriman kecuali dia harus memiliki ilmunya, mengilmui menyadari, berarti di dalam iman ini ada kandungan ilmu, di dalam Islam ilmu dan amal ini harus senantiasa ada dan beriringan dan inilah jalan yang lurus yaitu yang menggabungkan antara ilmu dan amal, kita mengatakan dalam shalat kita

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ

Tunjukilah kami Ya Allāh ﷻ jalan yang lurus

غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalannya orang-orang yang sesat.

Berarti jalan yang lurus bukan jalan Yahudi dan juga bukan jalan Nasrani, Yahudi ilmu tanpa amal nashara amal tanpa ilmu, berarti jalan yang lurus ilmu dan juga amalan, ini umat Islam yang sebenarnya mereka harus mengumpulkan antara ilmu dan juga amalan. Maka Ahlussunnah Wal Jama’ah mereka al-wasath mereka berada di pertengahan antara aliran-aliran yang ada dalam umat ini.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى