Halaqah 52 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Wajah Bagi Allah ﷻ Bag 02

Halaqah 52 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Wajah Bagi Allah ﷻ Bag 02

div style="text-align: left;">

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-52 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Allāh ﷻ mengatakan

ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ

Yang memiliki الْجَلالِ وَالإِكْرَام. Dzuu disini adalah yang memiliki dan Dia adalah sifat bagi wajah, berarti wajah Allāh ﷻ sifatnya ذُو الْجَلال Dia memiliki keagungan berbeda dengan wajah-wajah makhluk وَالإِكْرَام dan Dia memiliki kemuliaan, inilah wajah Allāh ﷻ memiliki keagungan dan Dia memiliki kemuliaan. Dari sini para ulama menjelaskan salah orang yang mengatakan bahwasanya wajah di sini adalah hanya sekedar kalimat tambahan, ada yang mengatakan ini adalah kalimat tambahan saja fungsinya adalah sebagai silah katanya untuk nyambung saja, takdirnya وَيَبْقَى رَبّك jadi yang dimaksud dengan wajah Allāh ﷻ disini adalah Dzat Allāh ﷻ, mereka adalah orang-orang yang ingin mentakwil sifat wajah bagi Allāh ﷻ mengatakan bahwasanya wajah di sini adalah kalimat tambahan maksudnya adalah untuk silah yaitu untuk menyambung saja. Para ulama menjelaskan tidak mungkin dia sebagai silah sebagai penyambung, karena dia di sini sampai di sifati secara tersendiri disifati dengan

ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ

Sesuatu yang kedudukannya hanya sebagai silah sebagai penyambung tidak mungkin di sifati seperti ini, tapi ketika disifati oleh Allāh ﷻ wajah dengan الْجَلالِ وَالإِكْرَام menunjukkan bahwasanya sifat wajah ini adalah sifat yang hakiki bagi Allāh ﷻ dan tidak boleh mentakwil sifat wajah ini dengan Dzat atau mentakwilnya dengan mengatakan maknanya adalah tsawab karena ketika mereka misalnya membaca firman Allāh ﷻ

وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّهِۚ
وَٱلَّذِينَ صَبَرُواْ ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ


Mencari wajah Allāh ﷻ, dan tidaklah mereka menginfakkan kecuali untuk mencari wajah Allāh ﷻ dan orang-orang yang bersabar untuk mencari wajah Allāh ﷻ, mereka mengatakan maksudnya adalah mencari pahala dari Allāh ﷻ. Disini mereka terjerumus kedalam mentakwil padahal yang dimaksud dengan mencari wajah Allāh ﷻ hakiki yaitu kita ingin melihat wajah Allāh ﷻ, dimana kita melihat wajah Allāh ﷻ di jannah di dalam surga, berarti mereka tidaklah berinfaq kecuali ingin melihat wajah Allāh ﷻ di dalam surga, ingin masuk surganya Allāh ﷻ berarti mereka ikhlas dalam berinfaq ingin melihat wajah Allāh ﷻ, rindu dengan melihat wajah Allāh ﷻ, dan orang-orang yang bersabar untuk mencari wajah Robb mereka, maksudnya adalah ingin melihat wajah Allāh ﷻ didalam surga, dan kita tahu bahwasanya melihat wajah Allāh ﷻ ini adalah kenikmatan yang paling besar, lebih nikmat daripada kenikmatan surga, inilah yang mereka cari.

Ini juga termasuk sebuah kebatilan mentakwil kemudian menafikan sifat wajah bagi Allāh ﷻ dan mengatakan maksud dari wajah Allāh ﷻ disini adalah pahala atau maksud dari wajah Allāh ﷻ disini adalah Dzat atau mengatakan bahwasanya maksud dari wajah Allāh ﷻ disini adalah arah, terkadang memang digunakan kata wajah ini dan maknanya adalah arah tapi tidak semuanya demikian, ada yang sebagian memang menunjukkan tentang wajah Allāh ﷻ secara hakiki bukan maksudnya adalah arah. Di sana ada sebuah ayat di dalam Al-Quran yang disebutkan wajah Allāh ﷻ dan ditafsirkan oleh sebagian salaf maksudnya adalah kiblah, kiblatullah atau jihatullah yaitu firman Allāh ﷻ

وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ

Bagi Allāh ﷻ barat dan juga timur tempat tenggelamnya matahari dan tempat terbitnya matahari semua adalah milik Allāh ﷻ barat dan timur semua adalah milik Allāh ﷻ

فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّه

Kemana saja kalian menghadap maka di sana ada arah Allāh ﷻ, yaitu ketika seseorang misalnya tidak mengetahui arah kiblat kemudian dia shalat sesuai dengan kemampuan dia, tidak mengetahui dan tidak ada yang ditanya dan tidak ada petunjuk maka dia bertamu kepada Allāh ﷻ sesuai dengan kemampuan, kemana saja dia beribadah maka di sana ada arah Allāh ﷻ, yang dimaksud dengan wajhullah disini adalah jihatullah, sehingga sebagian salaf seperti Imam Syafii dan juga yang lain ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwasanya ini adalah jihatullah dan kita katakan bahwasanya فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّه di sini bukan berkaitan dengan sifat, tadi sudah kita katakan bahwasanya disandarkan kepada Allāh ﷻ ada dua, terkadang makhluk disandarkan kepada Allāh ﷻ dan di sana ada sifat yang disandarkan kepada Allāh ﷻ. Kalau

ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّه
كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ


maka ini adalah sekali lagi penyandaran sifat terhadap maushuf, adapun فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّه Allāhu a’lam disini adalah penyandaran makhluk terhadap Al-Khaliq, Allāhu a’lam. Maka ini bukan ayat tentang sifat dan ini yang dirajihkan oleh sebagian ulama bahwasanya asalnya memang adalah ayat yang tidak berkaitan dengan sifat sehingga sebagian salaf menafsirkannya dengan kiblah atau dengan jihah dan tidak dikatakan bahwasanya mereka mentakwil karena memang ini bukan ayat yang berkaitan dengan sifat Allāh ﷻ.

Kemudian Allāh ﷻ di dalam ayat yang lain mensifati Dzatnya dengan ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ

تَبَٰرَكَ ٱسۡمُ رَبِّكَ ذِي ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٧٨

تَبَٰرَكَ yaitu yang berbarokah nama Robb mu ذِي ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَام yang memiliki keagungan dan juga kemuliaaan.
Disini yang disifati adalah Dzat Allāh ﷻ, jadi Wajah Allāh ﷻ disifati dengan ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ dan Dzat Allāh ﷻ juga disifati dengan الْجَلالِ وَالإِكْرَام. Ada yang mengatakan memiliki keagungan, yang dimaksud dengan jalal itu adalah puncak dari keagungan, itu dinamakan dengan jalal, adapun َالإِكْرَام adalah memuliakan, ada yang mengartikan Allāh ﷻ Dia-lah yang yukrim al-anbiya’, memuliakan para nabi memuliakan orang-orang yang beriman, dan ada yang mengatakan Allāh ﷻ Dia-lah yang َالإِكْرَام maksudnya Dia-lah Allāh ﷻ yang dimuliakan diagungkan oleh hamba-hamba-Nya dan dua makna ini adalah makna yang benar tidak saling menafikan satu dengan yang lain, maka Allāh ﷻ Dia-lah yang yukrim al-anbiya’ memuliakan para nabi dan memuliakan para orang-orang yang sholeh dan Dia-lah Allāh ﷻ yang di agungkan oleh para hamba-hamba-Nya.

Di sana ada hadits yang menunjukkan tentang beda antara wajah dengan Dzat, doa yang kita baca ketika kita masuk kedalam mesjid, sahabat yaitu Abdullah Bin Amar Bin Ash beliau mengatakan

عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا دخل المسجد قال: أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ

Dahulu Nabi apabila masuk kedalam mesjid beliau mengatakan aku berlindung kepada Allāh ﷻ yang Maha Besar dan berlindung dengan Wajah-Nya yang Mulia. Para ulama menjelaskan disini disebutkan tentang berlindung kepada Allāh ﷻ yang Maha Besar dan Wajah-Nya yang Maha Mulia, disebutkan Dzat Allāh ﷻ dan disebutkan Wajah Allāh ﷻ dan و asalnya menunjukkan tentang perbedaan antara Dzat dengan sifat Wajah, sehingga mentakwil Wajah Allāh ﷻ dengan Dzat disini adalah takwil yang tidak dibenarkan.

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan dikutip beliau di sini

وَقَوْلُهُ

dan juga firman Allāh ﷻ

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَه

Segala sesuatu binasa kecuali Wajah-Nya, كُلُّ disini sama dengan كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allāh ﷻ dalam surat Ar-Rahman

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَه

Segala sesuatu binasa kecuali wajah Allāh ﷻ, sehingga kewajiban kita adalah menetapkan sifat wajah Allāh ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya, tidak boleh kita menolaknya atau mentakwilnya atau mengatakan bahwasanya Allāh ﷻ itu memiliki sifat wajah dan saya tidak tahu makna wajah, ini juga salah, menolak dan mengatakan Allāh ﷻ tidak punya wajah, salah, mengatakan wajah Allāh ﷻ di sini maknanya adalah pahala atau maknanya adalah Dzat, ini juga salah, mengatakan Ana beriman bahwasanya Allāh ﷻ punya wajah tapi apa makna wajah Ana tidak tahu yang penting Ana beriman Allāh ﷻ punya wajah, ini juga salah, karena Allāh ﷻ menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab yang mubin bahasa Arab yang jelas dipahami oleh orang-orang Arab apa makna wajah dan tidak ada kelaziman kalau kita menetapkan wajah bagi Allāh ﷻ berarti kita menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk, tidak ada keladziman kita tetapkan Allāh ﷻ memiliki wajah dan wajah Allāh ﷻ tidak sama dengan wajah yang dimiliki oleh makhluk-Nya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى