Halaqah 51 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Wajah Bagi Allah ﷻ

Halaqah 51 – Dalil Yang Menunjukkan Sifat Wajah Bagi Allah ﷻ

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-51 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mendatangkan sifat khobariyah yang lain yaitu sifat wajah, maka Al-Qur’an menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat wajah sesuai dengan keagungan-Nya sesuai dengan kesempurnaan-Nya, tidak sama dengan wajah yang dimiliki oleh makhluk karena Allāh ﷻ memberikan kita wajah dan memberikan hewan wajah, memberikan jin wajah. Allāh ﷻ mengatakan

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ mensifati para hamba-hamba-Nya bahwasanya mereka memiliki wajah

وَوُجُوهٞ يَوۡمَئِذِۢ بَاسِرَةٞ ٢٤

dan Allāh ﷻ mengatakan

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ

Makhluk memiliki sifat wajah dan Allāh ﷻ juga memiliki sifat wajah sebagaimana dalam Al-Qur’an, dan ini banyak di dalam Al-Qur’an Allāh ﷻ mensifati diri-Nya dengan wajah, diantaranya adalah apa yang disebutkan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah didalam Al-Aqidah Al-Wasithiyah ini. Ayat yang pertama yang beliau sebutkan

وَقَوْلُهُ

dan juga Firman Allāh ﷻ

وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ

Dan akan kekal wajah Robbmu yang memiliki kebesaran dan juga memiliki kemuliaan.

Di dalam ayat ini Allāh ﷻ mengabarkan kepada kita bahwasanya wajah Allāh ﷻ akan kekal dan tidak akan musnah, وَيَبْقَى Al-Baqaa artinya adalah seterusnya ada kekal selamanya, pertama menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat wajah karena di sini di sebutkan وَجْهُ رَبِّك wajah Robbmu, dan ini adalah mudhof-mudhof ilahi, dan mudhof-mudhof ilahi yang berkaitan dengan diri Allāh ﷻ ada dua macam, yang pertama adalah idhafatu al-makhluq ila khaliqihi, penyandaran makhluk kepada yang menciptakan contoh misalnya Baitullaah dan juga Naaqatullah, rumah Allāh ﷻ dan unta Allāh ﷻ, disini mudhof-mudhof ilahi. Ini termasuk penyandaran makhluk kepada Al-Khalq karena Al-Ka’bah ini adalah Baitullaah dan dia adalah makhluk Allāh ﷻ, Naaqah artinya adalah unta dan dia adalah makhluk Allāh ﷻ dan semua kita adalah makhluk Allāh ﷻ, baik untanya Nabi Saleh atau pun unta yang lain mereka adalah untanya Allāh ﷻ. Kenapa di sini di sandarkan kepada Allāh ﷻ, para ulama menjelaskan di antara faedah penyandaran disini adalah tasyrif yaitu memuliakan, menunjukkan tentang kemuliaan Baitullah dan kemuliaan untanya Nabi Shaleh ‘alaihissalam.

Kemudian jenis yang kedua adalah idhafatu ash-shifah ila al-maushuf, penyandaran sifat kepada yang disifati, contohnya seperti ‘izzatullah, kalimatillah maka di sini penyandaran sifat terhadap yang disifati, berarti ‘izzah dan juga kalimat ini adalah sifat Allāh ﷻ. Contoh yang lain adalah وَجْهُ رَبِّك wajah Robbmu, maka ini adalah penyadaran sifat terhadap al-maushuf menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat wajah sesuai dengan keagungan-Nya.

Kemudian وَيَبْقَى dan akan kekal Wajah Robb, berarti wajah Allāh ﷻ di sini di sifati dengan Al-Baqaa (kekekalan). Para ulama menjelaskan kekekalan wajah Allāh ﷻ menunjukkan atau mengandung kekekalan Dzat Allāh ﷻ, jangan dipahami bahwasanya yang kekal hanyalah wajah Allāh ﷻ sementara sifat-sifat Allāh ﷻ yang lain yang tidak kekal tapi ini dipahami oleh orang Arab menunjukkan bahwasanya Dzat Allāh ﷻ Dia-lah yang kekal, yaitu tetapnya dan kekalnya wajah Allāh ﷻ menunjukkan tentang kekalnya Dzat Allāh ﷻ dan ini bukan takwil, kita tetap menetapkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki wajah, kita menetapkan dan meyakini bahwasanya Allāh ﷻ memiliki wajah sebagaimana yang Allāh ﷻ kabarkan disini dan ini menunjukkan bahwasanya Dzat Allāh ﷻ Dia-lah yang kekal, adapun yang lain yaitu makhluk maka mereka akan binasa. Allāh ﷻ mengatakan sebelumnya

كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦

Sesungguhnya apa yang ada di atasnya, yaitu di atas bumi ini maka akan فَان yaitu akan fana, akan binasa, semua yang ada di atasnya akan binasa. Dan yang dimaksud dengan كُلُّ di sini semuanya, para ulama menjelaskan bahwasanya kata كُلُّ di dalam bahasa Arab dalam setiap keadaan itu berbeda-beda pengertiannya dilihat keadaannya, terkadang makna كُلُّ adalah seluruhnya tidak terkecuali dan terkadang makna كُلُّ disini semuanya maksudnya adalah semuanya yang memiliki sifat tertentu, contoh misalnya Allāh ﷻ menceritakan tentang ratu Bilqis dan mengatakan

وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيۡءٍۖ

Dan dia, yaitu ratu tersebut, diberikan segala sesuatu, apa yang kita pahami segala sesuatu disini, yang dimaksud adalah diberikan segala sesuatu yang umumnya dimiliki oleh seorang raja, mungkin diberikan istana, diberikan pakaian yang indah, diberikan tunggangan yang luar biasa, diberikan pasukan dan seterusnya, itu maksudnya yaitu segala sesuatu yang merupakan fasilitas seorang raja, jadi maksudnya bukan diberikan segala sesuatu kemudian Bilqis menguasai segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi, tidak dipahami demikian oleh orang-orang Arab, buktinya dia tidak memiliki kerajaan Sulaiman, dia tidak memiliki langit, dia tidak memiliki negara atau negeri-negeri yang lain berarti kata كُلُّ disini sebagaimana yang kita katakan sesuai dengan keadaan kita bisa memahami makna كُلُّ.

Kemudian juga firman Allāh ﷻ

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيۡءِۢ بِأَمۡرِ رَبِّهَا فَأَصۡبَحُواْ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا مَسَٰكِنُهُمۡۚ

Ketika Allāh ﷻ menceritakan tentang angin yang Allāh ﷻ gunakan untuk melenyapkan kaum ‘Add

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيۡءِۢ بِأَمۡرِ رَبِّهَا

Angin tersebut melenyapkan membinasakan segala sesuatu dengan perintah Allāh ﷻ. Allāh ﷻ mengatakan كُلَّ شَيۡء segala sesuatu, apakah segala sesuatu saat itu hancur dengan sebab angin tadi, kita katakan tidak, langit tidak hancur matahari tidak hancur bulan tidak hancur bahkan yang dekat dengan mereka yaitu tempat tinggal mereka tidak hancur, yang binasa orang-orangnya

فَأَصۡبَحُواْ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا مَسَٰكِنُهُم

maka jadilah mereka tidak kelihatan kecuali tempat tinggal tempat tinggal mereka, berarti tempat tinggal mereka tidak hancur, lalu apa yang dimaksud dengan كُلَّ شَيۡء disini menghancurkan segala sesuatu, segala sesuatu yang Allāh ﷻ perintahkan untuk dihancurkan oleh angin tadi.

كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَان

Semua yang ada di atasnya maka ini akan binasa, para ulama menjelaskan bahwasanya كُلُّ disini bahwasanya bukan semuanya akan hancur termasuk surga dan juga neraka, maksudnya adalah yaitu akan binasa setiap yang Allāh ﷻ tetapkan kebinasaan atasnya itu maksudnya, akan binasa setiap yang Allāh ﷻ sudah tetapkan Allāh ﷻ tulis bahwasanya dia akan binasa, sehingga keluar dari sini Arsy Allāh ﷻ kemudian juga kursi-Nya Allāh ﷻ kemudian surga dan juga neraka, jadi itu yang dimaksud dengan firman Allāh ﷻ

كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَان

Apa yang ada di atasnya semuanya akan binasa, yaitu yang Allāh ﷻ tetapkan kepadanya kebinasaan. Adapun yang tidak Allāh ﷻ tetapkan baginya kebinasaan maka dia akan kekal seperti surga dan juga neraka kekal dengan kehendak Allāh ﷻ, kalau Allāh ﷻ menghendaki surga hancur maka dia akan hancur, kalau Allāh ﷻ menghendaki neraka hancur maka dia akan hancur, tapi Allāh ﷻ menciptakan surga dan neraka untuk di kekalkan oleh Allāh ﷻ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى