Halaqah 59 ~ Pembahasan Dalil Kelima Hadits Dari Sahabat Abdillah Bin Amr Radhiyallohu ‘Anhu Bag 03

Halaqah 59 ~ Pembahasan Dalil Kelima Hadits Dari Sahabat Abdillah Bin Amr Radhiyallohu ‘Anhu Bag 03

📘 Bab 07 – Wajibnya Masuk Ke Dalam Islam Secara Total Dan Meninggalkan Selainnya

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-59 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.

وَسَتْفَتِرقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً

Umatku akan terpecah-belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.

Dan sungguh umat Islam ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan.

Firqoh sama dengan millah, jalan, aliran. Sebagaimana orang-orang Bani Israil juga berpecah-belah, maka umat ini akan berpecah belah. Dan ini menunjukkan tentang kenabian Shallallâhu Alaihi Wasallam, mengabarkan sesuatu yang belum terjadi. Karena sesuatu yang ghoib, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dialah saja yang mengetahuinya. Aalimul ghoib. Dialah yang mengetahui perkara yang ghoib, maksudnya adalah ghoib yang mutlak yang terjadi di masa yang akan datang. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menampakkan ilmu yang ghoib tadi kecuali kepada sebagian makhluk-Nya dan mereka adalah para rasul.

{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا} [الجن : 26]

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.

Allah tidak menampakkan ilmu yang ghoib tadi kepada siapapun kecuali orang yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala ridhoi di antara para rasul.

Jadi di antara manusia, di antara makhluk yang dikabarkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala tentang ilmu ghoib adalah para rasul saja. Itupun hanya sebagian saja, bukan semuanya. Sampai Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam menafikan dari dirinya ilmu ghoib ini. Lalu bagaimana dengan yang lain?

كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً

Semuanya 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu.

Kenapa mereka masuk ke dalam neraka?

Sebabnya adalah karena mereka iftiroq, berpecah-belah. Kenapa mereka berpecah belah? Karena mereka memisah-misahkan agamanya. Ancamannya adalah masuk ke dalam neraka, dan maksud dari masuk ke dalam neraka ini bukan masuk ke dalam neraka selamanya sebagaimana orang-orang kafir, tidak. Karena beliau berbicara di sini tentang umatnya. Hadzihil umah, maksudnya adalah umat ijabah. Yaitu umat beliau Shallallâhu Alaihi Wasallam. Sehingga masuk kulliha finnnar bukan kholidina fiiha, bukan kekal di dalamnya. Tapi maksudnya di sini adalah tahta masyiatillah, mereka di bawah kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau Allah menghendaki diazab dengan sebab mereka memisah-misahkan agamanya tadi. Dan kalau Allah menghendaki Allah ampuni yang demikian.

Sehingga tidak diazab dengan sebab iftiroq, yaitu memisah-misahkan agama tadi. Dan kalau ada di antara mereka yang tidak diampuni karena memisah-misahkan agama tadi, kemudian diazab di dalam neraka, maka itu hanya sementara dan kelak dia akan masuk ke dalam surga.

إِلاَّ وَاحِدَةً

Kecuali satu golongan saja.

Siapa satu golongan tadi? Mereka adalah Ahlussunnah, yang mereka kaffah di dalam Islamnya. Maka merekalah yang selamat dari ancaman neraka tadi.

Hadits ini menunjukkan tentang wajibnya masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Di sini disebutkan, di antara hal yang menjadikan sebab seseorang masuk ke dalam neraka adalah karena berpecah-belah. Mengapa? Karena mereka berkelompok-kelompok, beraliran-aliran, karena mereka memisah-misahkan agamanya.

Sebagaimana dalam ayat :

{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [الأنعام : 159]

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.

Ini menunjukkan bahwasanya memisah-misah agama dilarang. Karena ada ancaman dan menunjukkan tentang wajibnya tidak memisah-misahkan. Yaitu masuk Islam secara keseluruhan, sebagaimana Ahlussunnah Wal jamaah.

Islam secara keseluruhan, tidak memisah-misahkan agama. Dalam masalah akidah, akhlak, ibadah, dakwah, imamah, semuanya kita menggunakan Islam yang dibawa oleh Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam.

Kemudian para sahabat mengatakan :

قَالُوا : وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

Ya Rasulullah, siapakah golongan yang satu ini?

Yaitu Illa Wahidah tadi Ya Rasulullah?

Maka para sahabat yang mereka menginginkan keselamatan, bertanya kepada Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam dan tidak diundur. Karena ini pertanyaan yang penting, masing-masing dari mereka ingin masuk ke dalam yang wahidah tadi. Dan tidak ingin masuk di dalam yang terancam dengan neraka tadi.

Sehingga qooluu, bukan hanya 1 orang, mereka bertanya man hiya ya Rasulullah?

Siapa kelompok ini ya Rasulullah?

Para sahabat bertanya untuk mengamalkan apa yang mereka tanyakan, bukan sekedar bertanya dan menambah ilmu, menambah pengetahuan, tidak. Tapi ingin mengamalkan. Semangat hatinya untuk bertanya, sehingga timbul dari mereka pertanyaan-pertanyaan yang memang bermanfaat.

قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ اليوم وَأَصْحَابِي

Yang dimaksud dengan kelompok tadi adalah kelompok yang berpegangan dengan apa yang aku berada di atasnya hari ini.

Alyaum yang diucapkan oleh Nabi yaitu hari tersebut, ketika Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam mengucapkan ucapan ini.

Maksudnya adalah Islam yang beliau bawa saat itu. Adapun yang terjadi setelah hari tersebut, berupa bid’ah, maka ini bukan termasuk maka ana alaihil yaum.

مَا أَنَا عَلَيْهِ اليوم

Maksudnya adalah Islam yang dibawa oleh Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam, baik dalam masalah akidah, ibadah, dan seterusnya. Itu masuk di dalam kalimat مَا أَنَا عَلَيْهِ اليوم.

وَأَصْحَابِي

Dan apa-apa yang para sahabatku ada di atasnya hari ini.

Apa yang dilakukan oleh para sahabat, termasuk ke dalam Islam yang dibawa oleh Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam secara keseluruhan.

Para sahabat tidak ada di antara mereka yang membuat bid’ah di dalam agama. Islam mereka dan Islam yang kaffah, di dalam seluruh bidang kehidupannya, mereka Islam secara kaffah. Bid’ah ini terjadi setelah mereka.

Ini adalah golongan yang selamat tadi. Beliau menyebutkan di sini sifat, manhaj, cara, yang dilakukan oleh firqoh yang wahidah tadi. Beliau tidak menyebutkan tentang nama aliran, nama organisasi, atau yang lain, tapi beliau menyebutkan di sini tentang sifat dari golongan tersebut. Barangsiapa yang memiliki sifat ini yang intinya adalah Islam secara kaffah, Islam secara sempurna dalam seluruh kehidupan dia, maka dia adalah golongan yang satu ini, Ahlussunnah Wal jamaah. Makanya kita katakan bahwa Ahlussunnah Wal jamaah merekalah yang masuk Islam secara kaffah dalam seluruh bidang kehidupan. Dan inilah yang menjadikan kelak di hari kiamat wajah menjadi bersih, bersinar, karena mereka masuk Islam secara kaffah.

Dari sini juga kita mengetahui dari ucapan beliau :

مَا أَنَا عَلَيْهِ اليوم وَأَصْحَابِي

Menunjukkan tentang wajibnya Islam secara keseluruhan, karena Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam mensifati golongan yang wahidah tadi dengan مَا أَنَا عَلَيْهِ اليوم وَأَصْحَابِي. Dan ini adalah sebab selamatnya mereka dari iftiroq. Karena mereka berpegang dengan Islamnya para sahabat secara keseluruhan, akhirnya mereka menjadi selamat dari perpecahan. Dan mereka tetap bersatu bersama Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.

Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Syaikh Al Albani, beliau menghukumi hadits ini dengan hadits yang hasan.

Di dalam kitab yang lain beliau menghukumi hadits ini dengan dhoif.

Kemudian di dalam Al jami’ ash shoghir Wa ziyadatuhu disebutkan bahwasanya yang ada di dalam lafadz ini di antara dua qousain (tanda kurung) ini didhoifkan oleh Syaikh Al Albani.

حتَّى إن كانَ مِنهم من أتى أُمَّهُ علانيَةً لَكانَ في أمَّتي من يصنعُ ذلِكَ

Ini didhoifkan oleh Syaikh Al Albani.

Adapun lafadz yang lain, maka ini adalah lafadz yang hasan.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى