Halaqah 04 ~ Penjelasan Pokok Pertama Bagian 2

📘 Silsilah Ilmiyyah Belajar Aqidah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين


Halaqah yang ke-empat dari Silsilah Ilmiyyah Penjelasan Kitab Ushulu AsSittah, sebuah kitāb yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh, adalah tentang Penjelasan Pokok Pertama Bagian 2.

Kemudian beliau mengatakan :

ثُمَّ لَمَّا صَارَ عَلَى أَكْثَرِ الْأُمَّةِ مَا صَارَ . أَظْهَرَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ الْإِخْلَاصَ فِي صُوْرَةِ تَنَقُّصِ الصَّالِحِيْنَ وَالتَّقْصِيْرِ فِي حُقُوْقِهِمْ، وَأَظْهَرَ لَهُمُ الشِّرْكَ بِاللهِ فِي صُوْرَةِ مَحَبَّةِ الصَّالِحِيْنَ وَاتِّبَاعِهِمْ

“Kemudian ketika menimpa umat ini apa yang menimpanya berupa kejahilan dan lain-lain, maka syaithān menampakkan kepada mereka, bahwasanya keikhlāsan dan tauhīd ini adalah sebagai bentuk penghinaan dan peremehan terhadap orang-orang yang shālih. Ketika menimpa umat ini kebodohan dan mereka jauh dari ilmu agama, jauh dari bimbingan para ulamā, jauh dari petunjuk Al Qurān dan hadīts. Maka syaithān menampakkan kepada mereka, bahwasanya tauhīd meng Esa kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla itu artinya adalah, Meremehkan orang-orang yang shālih. dan Meremehkan hak-hak meraka. dan ini adalah salah satu dari bentuk talbis dari syaithān dalam usaha menyesatkan manusia. Syaithān menampakkan dimata manusia bahwasanya, Orang yang bertauhīd berarti dia adalah orang yang tidak menghormati orang yang shālih, tidak menghormati nabi, tidak menghormati wali.

Dan untuk memperjelas perkara ini kita terangkan tentang bagaimana kisah nabi Nūh alayhissallām bersama kaumnya. Dan bagaimana awal terjadinya kesyirikan dipermukaan bumi ini.

Dizaman nabi Nūh alayhissallām ada lima orang yang shālih yang dikenal oleh kaumnya dengan ibadahnya, dengan amalannya, dan keshālihannya.

Ketika mereka berlima ini meninggal dunia datanglah syaithān dan mewahyukan kepada kaumnya yaitu kaum nabi Nūh supaya mereka membuat patung-patung, kemudian dinamakan dengan nama orang-orang yang shālih tersebut.

Tujuannya adalah supaya ketika mereka merasa malas untuk beribadah, ketika mereka melihat orang-orang shalih tersebut berada dihadapan mereka di majelis mereka meskipun sebagai patung diharapkan mereka bisa bersemangat kembali mengingat tentang keshālihan mereka dan semangat mereka didalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ketika generasi ini meninggal dunia, datang kembali syaithan dan mengatakan kepada orang-orang tersebut, “bahwasanya bapak-bapak kalian dahulu membuat patung-patung ini, tujuannya adalah untuk diibadahi dan disembah”

Dan telah dilupakan ilmu, maka akhirnya mereka menyembah orang-orang shālih tersebut yang dibuat simbolnya berupa patung-patung. Ini adalah awal terjadinya kesyirikan di permukaan bumi.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّۭا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا

Dan mereka berkata: “Janganlah kalian tinggalkan sesembahan-sesembahan kalian, dan janganlah kalian tinggalkan Waddan, Suwā’an, Yaghūts dan Ya’ūq dan juga Nasr”. (QS. Nūh: 23)

Mereka ini adalah lima nama orang yang shālih, ini adalah nama-nama orang yang shalih
setelah mereka meninggal dunia, kemudian mereka disembah oleh kaumnya nabi Nūh alayhissallām.

Ketika terjadi kesyirikan pertama kali dipermukaan bumi yang dilakukan oleh kaum nabi Nūh alayhissallām, akhirnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengutus nabi Nūh yang merupakan rasūl yang pertama.

Allāh mengutus nabi Nūh alayhissallām kepada mereka (kaumnya) untuk mengajak mereka (kaumnya) kembali kepada tauhīd dan menjauhkan kesyirikan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُ

Dan sungguh, Kami telah mengutus Nūh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allāh, (karena) tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia.” (QS. Al Mu’minun: 23)

Beliau (nabi Nūh) mengajak mereka untuk kembali kepada Allāh, mengingatkan umatnya siang dan malam dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan selama bertahun-tahun (950 tahun),

Mengingatkan mereka bahwasanya ini termasuk perbuatan syirik yang tidak diridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla meskipun yang mereka sembah adalah orang-orang yang shālih. mengajak mereka untuk bertauhīd dan meng Esakan ibadah ini hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Namun ternyata yang mengikuti dakwah beliau dan ajakan beliau sedikit, karena mereka menganggap apabila mereka hanya menyembah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, seakan-akan kita ini telah meremehkan orang-orang yang shālih, Ini adalah termasuk talbis dari iblīs laknatullāh

Mengangap (menunjukkan) dimata manusia bahwasanya ikhlās kepada Allāh berarti harus meremehkan dan merendahkan kedudukan orang-orang yang shālih.

Oleh karena itu banyak diantara mereka yang menolak dakwah nabi Nūh alayhissallām

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ……..

Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian”. (QS. Nūh: 23)

Mereka saling berwasiat diantara mereka, janganlah kalian meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian , Kita harus menghormati orang yang shālih, Kita harus menjunjung tinggi kedudukan mereka. Apabila diminta dan diseru hanya menyembah kepada Allāh, hati mereka resah, hati mereka gelisah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَإِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَحۡدَهُ ٱشۡمَأَزَّتۡ قُلُوبُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِۖ وَإِذَا ذُكِرَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦٓ إِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ

“Dan apabila yang disebut hanya nama Allāh kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allāh yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi bergembira” (QS. Az-Zumar: 45)

Apabila hanya disebutkan Allāh saja, ketika diminta hanya bertauhīd kepada Allāh, hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat menjadi resah, menjadi gelisah, menjadi tidak tenang hatinya ketika disebutkan hanya Allah saja, Tapi ketika disebutkan bersama Allāh yang lain, maka tiba-tiba hatinya mereka menjadi sangat gembira, bahagia.

Oleh karena itu disini beliau (rahimahullāh) mengatakan:

“Syaithān menampakkan kepada mereka, bahwasanya ikhlās dan tauhīd berarti kita harus meremehkan orang-orang yang shālih”
 
Dan ini sekalilagi adalah termasuk talbis syaithān, yang sudah berjanji dari awal dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk menyesatkan manusia dan menghias-hiasi diantara mereka yang bathil menjadi benar, yang benar menjadi bathil degan berbagai cara, bagaimana supaya mereka menyimpang dari sirotol mustaqim dari jalan yang lurus, entah menyimpang nya kekanan, atau kekiri, atau keatas, atau kebawah yang jelas mereka menyimpang dari jalan yang lurus, darimana bisa digoda, maka mereka akan menggodanya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ۞
ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ۞

 
(QS. Al A’rāf: 16-17)

Iblīs berjanji untuk menyesatkan mereka dari shirāthal mustaqīm, dan akan didatangi anak-anak Ādam baik dari kanannya dari kirinya dari atasnya dari bawahnya sehingga mereka menjadi orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Diantaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Syaikh disini menghias-hiasi dimata manusia bahwasanya orang yang bertauhīd berarti dia meremehkan orang-orang yang shālih.

Itulah yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

وبا لله التوفيق والهداية
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


 Saudaramu,

Abdullāh Roy