Halaqah 20 ~ Qa'idah Yang Kedua Bagian 9 | HSI QA

📘 Silsilah Ilmiyyah Al Qawa'idul Arba'
🔊 Halaqah 20 ~ Qa'idah Yang Kedua Bagian 9

Halaqah yang ke-20 penjelasan kitab Al-Qawa'idul Arba’ karangan Asy-Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab At Tamimi rahimahullah

Kemudian beliau mengatakan :

والمشفوع له: من رضيَ اللهُ قوله وعمله بعد الإذن كما قال تعالى: (مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Al-Baqarah : 255

Siapakah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat, mereka adalah (kata beliau) :

من رضيَ اللهُ قوله وعمله

“Orang yang Allah ridhai amalannya dan juga ucapannya”

Inilah orang yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat, adapun orang yang tidak Allah ridhai ucapannya yang tidak Allah ridhai amalannya, maka Allah tidak akan mengizinkan siapapun untuk memberikan syafa’at kepada dirinya.

Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى meridhai dari kita Tauhid dan Allah tidak ridha kesyirikan, artinya orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat adalah orang yang bertauhid yang meng-Esa-kan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ibadahnya tidak menyerahkan ibadah sedikitpun kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Inilah orang yang akan mendapatkan ridha Allah dan merekalah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at.

Suatu hari Rasulullah ﷺ pernah di tanya oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang siapa yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at dari Rasulullah ﷺ di hari kiamat.

Abu Hurairah berkata :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ … أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
[HR Bukhari, no.99].

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Ya Rasulullah siapa orang yang paling berbahagia dengan syafa’at mu (yaitu pada hari kiamat) ”

Maka Rasulullah ﷺ mengatakan :

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

”Barangsiapa yang mengatakan (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ) ikhlas dari hatinya ”

Orang yang yang mengatakan (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ) berarti dia telah berikrar

”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah ”

Dan diamalkan di dalam kehidupan dia (خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ) ikhlas dari hatinya. Bukan karena di paksa bukan karena sebagai orang yang munafik yang hanya mengucapkan (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ) di lisannya bukan dengan hati nya. Dia mengucapkan (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ) ikhlas dari hati nya dan diamalkan di kehidupan dia sehari-hari, tidak berdoa kecuali kepada Allah, tidak menyembelih kecuali hanya untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Allah, tidak beristighasah, beristi'anah, beristi'adzah kecuali hanya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan seluruh ibadah, satupun ibadah tidak ada yang di serahkan kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Inilah orang yang akan berbahagia dengan syafa’at nya Rasulullah ﷺ.

Dalam hadits yang lain beliau ﷺ mengatakan :

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفَاعَةً لِأُمَّتِي وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Beliau mengatakan

“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki Dakwah yang mustajab, memiliki doa yang mustajab (dikabulkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan masing-masing dari Nabi telah menyegerakan doanya (yaitu di dunia, mereka sudah menyegerakan doanya di dunia ini),

Kemudian beliau mengatakan

"Dan sesungguhnya aku telah menyembunyikan doaku, mengakhirkan doaku pada hari kiamat sebagai syafa’at dariku untuk umatku “.

Jadi doa mustajab yang beliau miliki, yang Allah karuniakan kepada beliau, beliau simpan dan di tunda sampai hari kiamat dengan maksud sebagai syafa’at bagi umat nya pada hari kiamat.

Kemudian beliau mengatakan :

وَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

“Dan syafa’at ini (syafa’at ku) akan diterima dan akan didapatkan  In syaa Allah oleh setiap yang meninggal di antara umatku yang dia meninggal tanpa menyekutukan Allah sedikit pun”

Menunjukkan bahwasanya orang yang berhak untuk mendapatkan syafa’at Rasulullah ﷺ, dan juga syafa’at para Malaikat dan juga syafa’at yang lain pada hari kiamat adalah orang yang tidak menyekutukan Allah, inilah orang yang di ridhai Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Beliau mengatakan :

بعد الإذن

“Setelah di izinkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى”

Para Nabi, para Malaikat, para syuhada, orang-orang yang beriman paaa hari kiamat mereka tidak akan bisa memberikan syafa’at kepada orang lain kecuali setelah di izinkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Kalau Allah mengizinkan maka mereka memberikan syafa’at, tapi kalau Allah tidak mengizinkan, maka mereka tidak bisa memberikan syafa’at. Tidak mungkin mereka bisa memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan dan dibolehkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Sebagaimana kata beliau :

كم قال الله تعالى :
 مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Dan tidak ada yang memberikan syafa’at disisiNya (yaitu disisi Allah), kecuali dengan izin dari Allāh سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” (Al-Baqarah : 255)

Menunjukkan bahwasanya syafa’at di hari kiamat berbeda dengan syafa’at di dunia. Di Hari kiamat seorang Nabi tidak mungkin memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ

[Surat An-Najm 26]

"Berapa banyak Malaikat dilangit yang tidak akan bermanfaat syafa’at mereka disisi Allah (إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ) kecuali setelah di izinkan orang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى”

Menunjukkan bahwasanya Malaikat pun tidak bisa memberikan syafa’at kecuali setelah di izinkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Oleh karena itu sekali lagi seorang muslim apabila ingin mendapatkan syafa’at di hari kiamat maka hendaklah ia meminta kepada Allah, Dzat akan mengizinkan syafa’at tersebut. dan Dialah yang memiliki syafa’at tersebut.

Hendaklah dia menghindari cara mendapatkan syafa’at yang tidak di benarkan dan ini adalah cara orang-orang musyrikin yang ada di zaman Rasulullah ﷺ, demikian pula cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin di zaman Nabi Nuh 'alayhissalam, yaitu mereka mencari syafa’at dengan cara meminta kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Ustadz Abdullah Roy