Halaqah 12 ~ Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 1 | HSI NI.1

📘 Silsilah Ilmiyyah An-Nawaqidhul Islam
🔊 Halaqah 12 ~ Penjelasan Kaidah Yang Kedua Bagian 1

Halaqah yang ke-12, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

"Pembatal Keislaman Yang Kedua"

Beliau rahimahullahu berkata :

الثَّانِي: مَنْ جَعَلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ وَسَائِطَ يَدْعُوهُمْ وَيسْأَلُهُمْ الشَّفَاعَةَ، وَيَتَوَكَّلُ عَلَيْهِمْ كَفَرَ إِجْمَاعًا

Yang Kedua kata beliau diantara pembatal-pembatal keIslaman:

“Barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara-perantara berdoa kepada mereka dan meminta kepada mereka syafaat dan bertawakkal kepada mereka (كَفَرَ إِجْمَاعًا) maka dia telah kufur dengan kesepakatan para ulama”.

Ini adalah pembatal keIslaman yang kedua

Yang bisa mengeluarkan seseorang dari agamanya, membatalkan amalannya dan seandainya dia meninggal dalam keadaan dia tidak bertaubat dari perbuatan ini maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak akan mengampuni dosanya. Dan ini adalah termasuk kufur, termasuk kesyirikan sebagaimana nanti akan kita jelaskan.

 Beliau mengatakan

“Diantara pembatal-pembatal keIslaman adalah orang yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara-perantara dimana dia berdoa kepada perantara-perantara tersebut dan meminta kepadanya syafaat dan bergantung kepadanya”.

Maka perbuatan seperti ini adalah perbuatan yang diharamkan didalam agama Islam dan dia adalah termasuk syirik, termasuk kekufuran kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara, maksudnya adalah didalam ibadah menjadikan disana makhluk baik seorang Nabi, atau seorang Malaikat atau orang yang shalih atau yang lain sebagai perantara didalam ibadah dia kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, mendekatkan dia kepada Allah atau menjadikan dia sebagai syufa'a yang memberikan syafa’at baginya disisi Allah dan bergantung kepada perantara tersebut, bertawakal kepada perantara tersebut, maka ini adalah perbuatan yang diharamkan.

Betul,  Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah mengutus para Rasul, para Nabi sebagai perantara, antara Allah dengan makhluk-Nya, namun perantara disini maksudnya didalam menyampaikan risalah. Allah menjadikan disana Malaikat sebagai rasul, Allah menjadikan disana manusia sebagai rasul yaitu sebagai perantara Allah dengan manusia.

Allah tidak mewahyukan kepada masing-masing dari kita, memberitahukan kepada masing-masing dari kita secara langsung akan tetapi Allah mengangkat disana para rasul menyampaikan risalah dari Allah, menyampaikan Al-Quran, menyampaikan Al-Kitab, menyampaikan wahyu disampaikan kepada kita, para rasul 'alayhimussalam adalah perantara di dalam menyampaikan risalah dari Allah kepada manusia.

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ 

“Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah memilih para utusan dari kalangan malaikat dan juga dari kalangan manusia”. (Al-Hajj : 75)

Malaikat dan juga para rasul mereka adalah perantara bukan di dalam ibadah kita kepada Allah' akan tetapi di dalam menyampaikan risalah dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada kita. Adapun orang yang didalam ibadahnya menjadikan disana perantara antara dia dengan Allah dan dia berdoa kepada perantara tersebut dan meminta kepadanya syafa'at, bertawakkal kepadanya maka ini tidak diperbolehkan di dalam agama islam dan ini adalah termasuk syirik.

Di antara dalilnya Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an tentang agama orang-orang musyrikin yaitu kaumnya Rasulullah ﷺ (orang-orang Quraisy), Allah sebutkan didalam 2 ayat didalam Al-Quran yang menyebutkan diantara kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin quraisy

1.  Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Dan mereka (orang-orang musyrikin quraisy)

يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ

Menyembah kepada selain Allah

مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُم

Yang tidak memberikan mudharat mereka dan juga tidak memberikan manfaat

وَيَقُولُونَ

Kemudian mereka mengatakan

هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ

Mereka ini (orang-orang shalih) kami sembah

شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ

Mereka adalah orang-orang yang memberikan syafa’at kepada kami disisi Allah

قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ

Apakah kalian memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak Allah ketahui dilangit maupun dibumi Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan"  (Yunus : 18)

Dalam ayat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengabarkan kepada kita tentang hakikat dari peribadatan sebagian orang-orang musyrikin yang ada di zaman nabi ﷺ.

Bahwasanya ada diantara mereka yang menjadikan orang-orang yang shalih sebagai (syufa'a) menjadikan mereka sebagai orang-orang yang memberikan syafa’at bagi mereka disisi Allah.

Bagaimana caranya?

Caranya adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada orang-orang shalih tersebut, baik dengan berdoa, seperti yang disampaikan disini mengatakan

“Ya fulan berilah aku ini, jauhkanlah aku dari ini”, Atau meminta kepada mereka syafaat dengan mengatakan: “Ya fulan berilah aku syafa'at disisi Allah”.

Allah berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ

“Dan mereka (orang-orang musyrikin Quraisy) beribadah kepada selain Allah yang tidak memberikan mudharat kepada mereka dan juga tidak memberikan manfaat”

Di antara ibadahnya kepada orang-orang shalih tersebut berdoa, dan doa adalah ibadah, mengatakan “Ya fulan” ini adalah permintaan dan ini adalah doa, berdoa kepada selain Allah yang tidak memberikan mudharat dan juga tidak memberikan manfaat.

Seseorang beribadah harusnya kepada Dzat yang memberikan mudharat dan juga memberikan manfaat yaitu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Dialah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang kebaikan ditangan-Nya, apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak ada yang bisa menolaknya dan apabila Allah menghendaki mudharat maka tidak ada yang bisa menolaknya.

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Kita beribadah kepada Dzat yang memberikan manfaat dan juga memberikan mudharat” (Yunus : 107)

Adapun orang-orang musyrikin Quraisy Allah mengatakan

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ

“Mereka menyembah kepada selain Allah yang tidak memberikan mudharat dan juga tidak memberikan manfaat”

Yaitu kepada orang-orang yang shalih tersebut yang mereka sudah meninggal dunia, menolong diri mereka sendiri tidak mampu, bagaimana mereka bisa menolong orang lain

Ustadz Abdullah Roy