Ahlus Sunnah Menasehatkan kepada Saudaranya untuk Kesabaran, Kesyukuran, dan Keridhoan atas apa yang Menimpanya | Halaqah 193

Halaqah 193 ~ Ahlus Sunnah Menasehatkan kepada Saudaranya untuk Kesabaran, Kesyukuran, dan Keridhoan atas apa yang Menimpanya

📘 Halaqah Silsilah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-193 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mengatakan,

وَيَأْمُرُونَ بِالصَّبْرِ عِنْدَ الْبَلاءِ

Mereka sangat mencintai orang-orang yang beriman dan menganggap mereka adalah saudaranya, saling membantu satu dengan yang lain.

Di samping itu mereka yaitu Ahlus Sunnah wal Jamā’ah mereka وَيَأْمُرُونَ بِالصَّبْرِ عِنْدَ الْبَلاءِ mereka memerintahkan untuk bersabar ketika terjadi musibah yaitu memerintahkan saudaranya untuk bersabar ketika mendapatkan musibah.

Sebagaimana Firman Allāh ﷻ,

وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Dan mereka saling berwasiat dengan kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 3)

Dan Allāh ﷻ mengatakan,

وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Sehingga mereka pun yaitu Ahlus Sunnah wal Jamā’ah menyuruh orang lain untuk bersabar ketika mendatangi dan menziarahi orang-orang yang terkena musibah baik musibah yang umum maupun musibah yang khusus.

Mereka datang dan mengatakan, “Sabar ini semua adalah takdir Allāh ﷻ dan in syā Allāh ada hikmahnya dan orang yang bersabar akan mendapatkan pahala yang besar”. Mereka memerintahkan kepada kesabaran ketika terjadi musibah.

Karena Allāh ﷻ mengatakan,

وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Orang-orang yang apabila tertimpa musibah, mereka mengatakan: اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ.” (QS Al-Baqarah: 156)

Sehingga Ahlus Sunnah mereka memerintahkan dengan kesabaran ketika terjadi musibah dan pahala orang yang bersabar ketika mendapatkan musibah adalah pahala yang besar sebagaimana Firman Allāh ﷻ,

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya akan disempurnakan pahala orang-orang yang bersabar dengan tanpa hitungan.” (QS. Az-Zumar: 10)

Dan البَلاَءُ yaitu ujian yang menimpa manusia kalau kita bersabar maka bisa menjadi penebus dosa kita dan bisa menjadi pengangkat derajat kita di hari kiamat.

وَالشُّكْرِ عِنْدَ الرَّخَاءِ

“Dan mereka pun memerintahkan untuk bersyukur ketika dalam keadaan lapang.”

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Kalau kalian bersyukur, maka Aku akan menambah kenikmatan kepada kalian.” (QS.Ibrahim: 7)

Sebaliknya,

وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Dan kalau kalian kufur, maka adzab kalian adalah adzab yang sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Sehingga di sini Ahlus Sunnah, mereka juga memerintahkan untuk bersyukur ketika mendapatkan nikmat karena nikmat ini,

إذا شُكرت قرت، وإذا كُفرت فرت

Nikmat kalau disyukuri maka dia akan tetap ada dan kalau dia dikufuri maka dia akan pergi.

وَالرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ

Dan mereka juga memerintahkan untuk ridha yaitu setelah (بِمُرِّ الْقَضَاءِ) dengan pahitnya takdir. Karena takdir sebagaimana telah berlalu ada yang khair (خير) ada yang syar (شر), ada yang baik ada yang buruk.

Takdir yang buruk mungkin seseorang mendapatkan musibah di hartanya atau fisiknya misalnya, maka itu adalah ketentuan Allāh ﷻ yang mungkin murr (مُرِّ) yang pahit bagi seseorang.
Maka Ahlus Sunnah wal Jamā’ah (يَأْمُرُونَ) mereka memerintahkan untuk ridha dengan pahitnya Al-Qadha (الْقَضَاءِ).

Pahitnya takdir Allāh ﷻ. Dan yang wajib adalah bersabar, adapun derajat ridha, maka ini adalah derajat yang lebih tinggi. Mereka ridha dengan takdir Allāh ﷻ dan mengharapkan pahala dari Allāh ﷻ dalam kesabaran dan keridhaan mereka.

Demikian Ahlus Sunnah wal Jamā’ah di dalam musibah mereka bersabar dan ketika mereka mendapatkan kenikmatan mereka bersyukur dan berusaha untuk ridha dengan takdir yang Allāh ﷻ takdirkan kepada mereka.

Ada sebuah doa dari Nabi ﷺ,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الرِّضَى بَعْدَ الْقَضَاءِ

“Ya Allāh ﷻ, aku meminta kepada-Mu keridhaan setelah Engkau mentakdirkan.”

Bagaimana seseorang bisa mencapai derajat ridha? Ketika dia ta’amul dan memperhatikan bahwasanya di dalam setiap musibah pasti ada hikmahnya.

Di antaranya adalah dihapuskan dosa seseorang, diangkat derajatnya di sisi Allāh ﷻ sehingga ketika seseorang memikirkan yang demikian justru ada di dalam dirinya ridha dengan apa yang sudah Allāh ﷻ takdirkan. Allāh ﷻ ingin memberikan kepada Ana pahala yang besar, Allāh ﷻ ingin menghapus dosa Ana. Tentu ini adalah derajat yang tinggi di atas kesabaran.

Kalau sabar yang penting seseorang tidak mengucapkan ucapan yang menunjukkan tidak ridha dengan takdir Allāh ﷻ kemudian hatinya tidak su’udzhon kepada Allāh ﷻ. Kemudian dia berusaha untuk menghilangkan kesusahan yang menimpa dirinya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى