Kitab Al-‘Aqidah Al-Wāsithiyyah Halaqah 168 ~ Generasi Sahabat Merupakan Generasi Terbaik Bag 02

Halaqah 168 ~ Generasi Sahabat Merupakan Generasi Terbaik Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-168 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mengatakan

فَإِذَا كَانَ هَذَا

Maka apabila ini semua

فِي الذُّنُوبِ الْمُحَقَّقَةِ

Itu di dalam dosa-dosa yang benar-benar mereka lakukan, ternyata udzurnya banyak mungkin mereka punya kebaikan sebelumnya yang besar sekali yang tidak mungkin kita saingi atau mereka bertaubat atau dia melakukan kebaikan setelahnya atau Allāh ﷻ mengampuni dosa orang tersebut karena keutamaan yang dimiliki atau dengan syafa’at Nabi Muhammad ﷺ atau dia ditimpa sebuah musibah yang dengannya Allāh ﷻ mengampuni dosanya. Kalau ini di dalam dosa yang memang benar-benar terjadi dilakukan oleh seorang sahabat

فَكَيْفَ الأُمُورُ الَّتِي كَانُوا فِيهَا مُجْتَهِدِينَ

lalu bagaimana di dalam perkara-perkara yang mereka berijtihad di dalam perkara-perkara tadi, yang disitu memang menerima ijtihad, kalau yang memang benar-benar dosa saja subhanallāh yang mereka mendapatkan udzur dan banyak udzur bagi mereka, lalu bagaimana dengan perkara yang disitu mereka berijtihad berusaha untuk mengambil mana yang benar mencari mana yang benar

إنْ أَصَابُوا؛ فَلَهُمْ أَجْرَانِ

yang mereka kalau benar di dalam perkara tersebut maka mereka mendapatkan dua pahala

وَإِنْ أَخْطَؤُوا؛ فَلَهُمْ أَجْرٌ وَاحِدٌ

yang kalau mereka salah mereka mendapatkan satu pahala, dalam yang benar-benar dosa saja demikian sikap kita lalu bagaimana dalam perkara yang mereka berijtihad disitu, seperti yang terjadi antara Ali Bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan radhiyallahu ta’ala ‘anhuma jami’an, mereka berijtihad ada yang salah dan ada yang benar

وَالْخَطَأُ مغْفُورٌ

dan kesalahan diampuni, kesalahan mereka ketika berijtihad caranya benar tapi hasilnya salah diampuni oleh Allāh ﷻ bahkan diberikan satu pahala, bagaimana masih tersisa di dalam diri seseorang penyakit hati kepada para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum. Kalau mereka benar-benar melakukan dosa banyak udzurnya bagi mereka apalagi di dalam perkara-perkara yang di situ mereka berijtihad yang mungkin mereka salah atau mungkin mereka benar dan semuanya mendapatkan pahala dari Allāh ﷻ.

Kemudian beliau menyebutkan lagi

ثُمَّ إِنَّ الْقَدْرَ

maka kemudian kadar/jumlah

الَّذِي يُنْكَرُ مِنْ فِعْلِ بَعْضِهِمْ

yang diingkari dari perbuatan sebagian mereka, yang memang pekerjaan itu adalah perbuatan yang mungkar

قَلِيلٌ نَزْرٌ

sangatlah sedikit dan jarang sekali, bukan orang yang yang seterusnya melakukan kejelekan, tapi itu adalah sangat sedikit

مَغْفُورٌ فِي جَنْبِ فَضَائِلِ الْقَوْمِ وَمَحَاسِنِهِمْ

tertutupi terbanjiri dibandingkan dengan keutamaan-keutamaan mereka dan kebaikan-kebaikan mereka. Jadi kalau dibandingkan, kalau memang mereka punya kesalahan dibandingkan dengan kebaikan mereka maka kesalahan tadi seperti satu titik diantara lautan yang sangat luas berupa kebaikan mereka

مِنَ الإِيمَانِ بِاللهِ

berupa keimanan dan kepercayaan mereka kepada Allāh ﷻ yang luar biasa kalau kita melihat biografi mereka

وَرَسُولِهِ

dan keimanan mereka kepada Rasul ﷺ

وَالْجِهَادِ فِي سَبِيلِهِ

dan bagaimana jihad mereka di jalan Allāh ﷻ, mengorbankan jiwa dan raga mereka dan harta mereka berpisah dengan keluarga

وَالْهِجْرَةِ

dan juga kebaikan hijrah mereka, meninggalkan negerinya yang sangat dia cintai meninggalkan keluarganya yang sangat dia cintai untuk mendapatkan ridha Allāh ﷻ dan pahala dari Allāh ﷻ

وَالنُّصْرَةِ

dan mereka mendapatkan kebaikan menolong Allāh ﷻ dan juga Rasul-Nya

وَالْعِلْمِ النَّافِعِ

dan kebaikan ilmu yang bermanfaat, yang Allāh ﷻ berikan kepada mereka

وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ

dan juga kebaikan beramal shālih, ilmu yang mereka dapatkan mereka amalkan dan amal yang mereka lakukan adalah amalan yang ikhlas dan berdasarkan sunnah Rasulullāh ﷺ.

Kebaikan-kebaikan ini kalau dibandingkan dengan kesalahan tadi maka kesalahan tadi seperti titik yang ada di tengah laut tidak kelihatan, lalu bagaimana sebagian kita membesar-besarkan kesalahan yang sangat kecil tadi dibandingkan dengan kebaikan mereka dan sekali lagi Allāh ﷻ mengatakan Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghilangkan keburukan-keburukan.

Beliau mengatakan

وَمَن نَّظَرَ فِي سِيرَةِ الْقَوْمِ بِعِلْمٍ وَبَصِيرَةٍ

Dan barangsiapa yang melihat (yaitu memperhatikan mencermati) pada biografi para sahabat tersebut, ini menunjukkan dorongan dari beliau untuk melihat kembali sirahnya para sahabat radhiyallāhu ta’ala ‘anhum bagaimana sirahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar, Utsman, Ali, sirahnya Bilal, Abdullah bin Mas’ud dan melihat bagaimana mawaqif mereka dan kejadian-kejadian yang terjadi antara mereka dengan Rasulullāh ﷺ antara mereka dengan para sahabat yang lain, kejadian yang menimpa mereka di peperangan, dengan ilmu dan dengan keadilan, bukan karena hawa nafsu bukan karena kebodohan bukan dengan kedzaliman tapi dengan keadilan

وَبَصِيرَةٍ

dan dengan ilmu dengan pemahaman

وَمَا مَنَّ اللهُ عَلَيْهِم بِهِ مِنَ الْفَضَائِلِ

dan apa yang Allāh ﷻ karuniakan kepada para sahabat berupa keutamaan-keutamaan, orang yang melihat bagaimana perjalanan mereka

عَلِمَ يَقِينًا

maka dia akan mengetahui secara yakin, tidak ada keraguan di dalamnya

أَنَّهُمْ خِيْرُ الْخَلْقِ بَعْدَ الأَنْبِيَاءِ

dia akan yakin bahwasanya mereka ini para sahabat adalah sebaik-baik manusia setelah para Nabi, para nabi adalah sebaik-baik manusia, orang yang paling baik setelah para Nabi dan Rasul adalah para sahabat radhiyallāhu ta’ala ‘anhum, lihat bagaimana mereka beribadah lihat bagaimana mereka bertanya lihat bagaimana mereka menuntut ilmu lihat bagaimana mereka berjihad dan juga berdakwah fī sabīlillāh bagaimana mereka birrul walidain bagaimana mereka bersedekah, kalau kita melihat atsar-atsar mereka kita akan dapatkan bahwasanya mereka adalah sebaik-baik manusia setelah para Nabi dan juga para rasul

لاَ كَانَ وَلا يَكُونُ مِثْلُهُمْ

tidak ada orang-orang sebelum mereka yang lebih baik daripada mereka setelah para Nabi dan Rasul dan tidak ada setelah mereka yang lebih baik daripada mereka setelah para Nabi dan juga para rasul.

Kita cari ke belakang siapa yang lebih baik dari para sahabat setelah para rasul, tidak ada, setelah mereka juga demikian, tabi’in para tabi’ tabi’in bagaimanapun keshalihan yang kita dengar tentang mereka maka tidak bisa menyaingi tidak bisa melebihi para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum jami’an, mereka adalah sebaik-baik manusia sebagaimana kata Nabi ﷺ Khairunnas, maksudnya adalah sebaik-baik manusia setelah Nabi dan juga Rasul ‘alaihimussalam

وَأَنَّهُمُ الصَّفْوَةُ مِنْ قُرُونِ هَذِهِ الأُمَّةِ

dan bahwasanya mereka adalah pilihan di antara qurun-qurun umat ini, diantara umat ini maka mereka adalah orang-orang yang terpilih, Allāh ﷻ memilih mereka diantara manusia untuk menjadi pendamping bagi Rasulullāh ﷺ sebagaimana ucapan Abdullah ibn Mas’ud

إن الله نظر في قلوب العباد بعد قلب محمد، فوجد قلوب أصحابه خير قلوب العباد، فجعلهم وزراء نبيه، يقاتلون على دينه، فما رأى المسلمون حسنا، فهو عند الله حسن، وما رأوا سيئا فهو عند الله سيئ “

Sesungguhnya Allāh ﷻ melihat pada hati para hambanya setelah hati Muhammad ﷺ maka Allāh ﷻ mendapatkan hati para sahabat Nabi ﷺ adalah sebaik-baik hati manusia sehingga Allāh ﷻ menjadikan mereka di belakang Nabi-Nya berjihad di atas agama Allāh ﷻ, dan ini menunjukkan bahwasanya mereka adalah sebaik-baik umat ini mereka adalah pilihan, Allāh ﷻ memilih mereka di antara manusia untuk menyampaikan agama ini menemani Rasulullāh ﷺ sehingga di dalam sebuah ucapannya Abdullāh ibn Umar mengatakan

مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ ، أولئك أصحابُ محمد – صلى الله عليه وسلم – ، كانوا أفضلَ هذه الأمة : أبرَّها قلوبًا ، وأعمقَها علمًا ، وأقلَّها تكلُّفًا

mereka adalah sebaik-baik manusia yang paling baik hatinya dan lebih dalam ilmunya dan yang paling sedikit membebani diri, mereka adalah sebaik-baik manusia

الَّتِي هِيَ خَيْرُ الأُمَمِ

yang umat ini adalah sebaik-baik umat, jadi umat yang paling baik adalah umatnya Rasulullāh ﷺ, kita ini adalah orang-orang akhir tapi kita ini yang akan dikedepankan oleh Allāh ﷻ hari kiamat

kuntum Khaira Ummah dan ukhurina

Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia, dan diantara umat ini yang merupakan umat yang paling baik maka yang yang paling mulia disisi Allāh ﷻ adalah para sahabat Rasulullāh ﷺ

وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللهِ

dan umat yang paling dimuliakan oleh Allāh ﷻ, yaitu umat Islam, dia adalah sebaik-baik umat dan yang paling dimuliakan oleh Allāh ﷻ dan ternyata diantara mereka yang paling baik adalah generasi yang pertama yaitu para sahabat Rasulullāh ﷺ.

Dan demikian kita sudah menyelesaikan penjelasan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah terhadap para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum dan sikap mereka terhadap perseteruan yang terjadi di antara para sahabat radhiyallahu ta’ala anhum.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى