Halaqah 94 ~ Hadits 1 tentang Sifat Turun Bagi Allah ﷻ

Halaqah 94 ~ Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan Nama dan Sifat Allah ﷻ ~ Hadits 1 tentang Sifat Turun Bagi Allah ﷻ

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-94 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Hadits-hadits yang merupakan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allāh ﷻ. Beliau mendatangkan beberapa hadits

مِثْلُ قَوْلِهِ صلى الله عليه وسلم

Seperti sabda Nabi ﷺ

((يَنْزِلُ رَبُّنَا إلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا كُلَّ لَيْلَةٍ حينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Ini hadits yang pertama yang beliau disebutkan, sabda Nabi ﷺ yang artinya Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun kelangit dunia setiap malam pada sepertiga yang terakhir atau ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir kemudian Allāh ﷻ mengatakan siapakah yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan untuknya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kepadanya, barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni dosanya. Hadits ini muttafaqun ‘alaih diriwayatkan oleh Bukhari dan jug Muslim

Maka hadits ini didatangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh karena didalamnya ada penetapan sifat bagi nuzul (turun) bagi Allāh ﷻ yaitu Allāh ﷻ turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir kemudian mengucapkan ucapan ini.

Yang dinamakan yanzil dalam bahasa arab adalah dari atas ke bawah, itu adalah sesuatu yang ma’lum (di ketahui maknanya) kita memahami makna yanzil maka kita tetapkan Allāh ﷻ memiliki sifat An-Nuzul, dan ini menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ berada di atas sebagaimana telah berlalu

ءَأَمِنتُم مَّن فِي ٱلسَّمَآءِ

Apakah kalian merasa aman terhadap Dzat yang berada di atas

Yanzil menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat nuzul sesuai dengan keagungan-Nya dan bahwasanya Allāh ﷻ berada di atas, kalimat nuzul ini maknanya ma’lum dalam bahasa arab tapi bagaimana Allāh ﷻ turun kita tidak tahu, nuzul itu adalah sesuatu yang ma’lum dan tata caranya sesuatu yang kita tidak tahu.

Sehingga disini jangan ada yang mengatakan kalau Allāh ﷻ turun berarti diatas arsy tidak ada Allāh ﷻ, ucapan ini keluar ketika dia mentasybih turunnya dan nuzulnya Allāh ﷻ dengan nuzulnya makhluk, tidak ada kelaziman bahwasanya kemudian Allāh ﷻ tidak berada di atas, Allāh ﷻ turun sesuai dengan keagungan-Nya adapun kelaziman tadi maka ini adalah yang dibayangkan oleh seseorang yang dia lihat di antara makhluk di antara manusia, tapi sekali lagi dan sudah kita ulang-ulang bahwasanya kita menetapkan nuzul dan kita memahami maknanya dan itu sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ tidak ada kelaziman tadi

يَنْزِلُ رَبُّنَا

Turun Rabb kita, berarti yang turun adalah Dzat Allāh ﷻ tidak boleh kita menta’wilnya dan mengatakan yang turun adalah Rahmatullah, Beliau ﷺ tidak mengatakan yanzilu rahmatu rabbina atau mengatakan yanzilu amru rabbina tabi Beliau ﷺ mengatakan yanzilu rabbuna, rabbuna turun Allāh ﷻ yang turun, bagaimana dipahami yang turun adalah rahmat-Nya, ini dilakukan oleh orang-orang yang menta’wil, mereka beriman dengan hadits dan dia muttafaqun ‘alaih tidak bisa mereka tolak, yang bisa mereka lakukan adalah merubah, mentahrif secara maknanya dan mengatakan yanzilu amru rabbina atau yanzilu rahmatu rabbina, tidak boleh yang demikian, apa yang menghalangi mereka untuk mengatakan bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang turun sesuai dengan keagungan-Nya.

Demikian pula kalau kita merasakan bahwasanya yang turun adalah rahmat Allāh ﷻ ini makna yang bathil, apakah rahmat Allāh ﷻ hanya turun pada sepertiga malam yang terakhir jawabannya tidak, kita senantiasa merasakah rahmat Allāh ﷻ dan tidak terlepas dari rahmat Allāh ﷻ di dalam kehidupan kita bukan hanya pada sepertiga malam yang terakhir, sekarang kita merasakan Allāh ﷻ.

Dan ada di antara mereka yang menta’wilnya dan mengatakan yang turun di sini adalah malaikat Allāh ﷻ yanzilu rabbuna maksudnya adalah yanzil malaku rabbina, yang turun di sini adalah malaikat Allāh ﷻ bukan Allāh ﷻ, kalau malaikat yang turun mereka meyakini, kata katakan ini juga ta’wil yang bathil, bagaimana dita’wilkan yang turun disini adalah malaikat Allāh ﷻ sedangkan setelahnya Dia mengatakan

مَنْ يَدْعُونِي

Siapa yang berdoa kepada-Ku, apakah malaikat mengatakan demikian? menyuruh manusia untuk berdoa kepada malaikat? Ini adalah ucapan Allāh ﷻ, Allāh ﷻ yang mengatakan dan menyuruh kita untuk berdoa sebagaimana Dia mengatakan di dalam Al-Qur’an

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ

Dan Rabb kalian berkata hendaklah kalian berdoa kepada-Ku niscaya Aku akan mengijabahi kalian, sama lafadznya

مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيبَ لَهُ

bagaimana dita’wil yang turun di sini adalah malaikat Allāh ﷻ, tidak mungkin malaikat Allāh ﷻ mengucapkan ucapan seperti ini, ini akibat dari suka menta’wil akhirnya dia terperosok ke dalam perkara yang lain yang membingungkan mereka.

Alhamdulillāh yang telah memberikan hidayah kepada Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan ini adalah jalan-Nya Rasulullāh ﷺ dan para sahabat, menetapkan tanpa kita menyerupakan, dan kita mensucikan Allāh ﷻ tanpa kita mengingkari sifat-sifat Allāh ﷻ, kita tetapkan tanpa kita menyerupakan dan kita sucikan Allāh ﷻ tanpa kita menafikan sifat-sifat Allāh ﷻ.

يَنْزِلُ رَبُّنَا إلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا

yaitu langit yang paling bawah, دُنْيَا ini adalah muannats dari أدني, langit ini Allāh ﷻ ciptakan ada tujuh, Allāh ﷻ beristiwa di atas arsy dan Allāh ﷻ turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya sesuai dengan keagungan-Nya jangan dibayangkan seperti yang diucapkan oleh sebagian orang tadi yang mengatakan turun berarti melazimkan tidak ada Allāh ﷻ di atas arsy, ini kelaziman yang mereka bayangkan pada makhluk, adapun Allāh ﷻ maka Allāh ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Dan sifat ‘uluw bagi Allāh ﷻ sebagaimana telah berlalu ini adalah sifat Dzatiyyah bagi Allāh ﷻ, senantiasa Allāh ﷻ memiliki sifat tersebut tidak mungkin terlepas dari Allāh ﷻ, sifat nuzul ini termasuk sifat fi’liyyah khobariyah, fi’liyyah karena dia berkaitan dengan kehendak Allāh ﷻ buktinya disini disebutkan ketika sepertiga malam yang terakhir berarti Allāh ﷻ menghendaki untuk turun di waktu tersebut, dia bukan sifat dzatiyyah tapi dia fi’liyyah.

Dan dia adalah sifat khobariyah karena tidak mungkin kita menerapkan sifat nuzul bagi Allāh ﷻ kecuali dengan dalil, hanya dalil saja tidak mungkin dengan akal, sudah berlalu bahwa sifat aqliyyah itu ditetapkan dengan dalil dan sekaligus dengan akal makanya dinamakan dengan aqliyyah, kalau dalil saja dinamakan sifat ini khobariyah, ini termasuk yang khobariyah karena tidak mungkin kita menetapkan sifat ini sesuai dengan dalil.

السَّمَاءِ الدُّنْيَا

berarti ke langit yang paling bawah yang paling dekat dengan kita

كُلَّ لَيْلَةٍ

setiap malam, tidak ada malam di malam-malam yang kita lalui kecuali Allāh ﷻ turun pada sepertiga malam yang terakhir, maka ini adalah tentunya kebahagiaan bagi seseorang, Allāh ﷻ turun dan mendekat kepada hamba-Nya setiap malam bukan sekali dalam setahun misalnya atau 2 kali dalam setahun tapi setiap malam Allāh ﷻ turun ke langit dunia, bukankah ini adalah sebuah kesempatan bagi seorang hamba untuk mendekat kepada Allāh ﷻ di malam tersebut di malam-malam yang dia lalui setiap harinya.

كُلَّ لَيْلَةٍ

setiap malam masuk didalamnya bulan Ramadhan, malam hari raya, di malam apa saja karena di sini disebutkan setiap malam, tidak ada malam kecuali Allāh ﷻ turun ke langit dunia sesuai dengan keagungan-Nya

حينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ

ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir, malam itu dimulai dari waktu maghrib sampai waktu subuh, kalau kita bagi menjadi 3 maka sepertiga malam yang terakhir tersisa maka Allāh ﷻ turun pada sepertiga malam yang terakhir tadi, ini menunjukkan tentang keutamaan sepertiga malam yang terakhir dan diutamakannya kita bangun di waktu tersebut kemudian melakukan shalat malam shalat witir dan ini yang diutamakan kalau kita memang bisa kira-kira bangun di sepertiga malam yang terakhir maka diutamakan shalat malam dilakukan di waktu tersebut, tapi kalau dikhawatirkan kita tidak bisa bangun di waktu tersebut bisa di awal kan sebelum kita tidur misalnya.

Ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir, jadi kalau misalnya maghrib jam 6 kemudian subuh jam 6 berarti sepertiga malam yang terakhir itu dari jam 2 sampai jam 6.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى