Halaqah 77 ~ Dalil yang Menunjukkan Sifat Al ‘Uluw (Ketinggian) Allah ﷻ Bag 02

Halaqah 77 ~ Dalil yang Menunjukkan Sifat Al ‘Uluw (Ketinggian) Allah ﷻ Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-77 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Pembahasan ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Al-‘Uluw (sifat ketinggian bagi Allāh ﷻ) dan bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang memiliki ketinggian Dzat, dan Allāh ﷻ adalah Maha Tinggi.

Beliau mendatangkan Firman Allāh ﷻ

وَقَوْلُهُ

Dan juga Firman Allāh ﷻ

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

Kepada Allāh ﷻ naik ucapan-ucapan yang baik. Ucapan-ucapan yang baik seperti dzikrullāh, tilāwatul qur’an, doa maka ini akan naik ke atas yaitu naik kepada Allāh ﷻ, kalimat يَصْعَدُ  artinya adalah naik, يَصْعَدُ إِلَيْهِ yaitu naik kepada Allāh ﷻ menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ di atas. Kemudian Allāh ﷻ mengatakan

وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

Dan amal yang shalih يَرْفَعُهُ, yarfa’ disini fa’ilnya adalah dhamir mustatir taqdiruhu huwa, kembali kepada Allāh ﷻ, yaitu Allāh ﷻ akan mengangkat amal shalih tadi. Jadi الْكَلِمُ الطَّيِّبُ ucapan yang baik diangkat kepada Allāh ﷻ dan amal yang shalih Allāh ﷻ juga mengangkatnya, diangkat kepada Allāh ﷻ, dan yang dimaksud dengan amal yang shalih adalah amal yang ikhlas dan sesuai dengan sunnah Rasulullāh ﷺ, sehingga disini seorang muslim semangat untuk mengucapkan ucapan yang baik, tidak keluar darinya kecuali ucapan yang baik dan berusaha bagaimana amal yang dilakukan adalah عَمَلا صالِحا yang ikhlas karena Allāh ﷻ dan sesuai dengan sunnah Rasulullāh ﷺ karena Allāh ﷻ akan mengangkatnya dan Allāh ﷻ yang menerimanya. Berarti ayat ini juga menjadi dalil bahwasanya Allāh ﷻ berada di atas karena amal shalih diangkat oleh Allāh ﷻ dan ucapan yang baik ke atas menuju Allāh ﷻ berarti Allāh ﷻ berada di atas.

Kemudian setelahnya

وَقَوْلُهُ

Dan juga Firman Allāh ﷻ

يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الأَسْبَابَ

Wahai Haman (ini adalah ucapan Fir’aun, dia berkata kepada menterinya yaitu Haman) bangunkanlah untukku صَرْحًا (bangunan yang tinggi, semacam menara) semoga aku sampai kepada الأَسْبَاب, aku naik ke bangunan yang tinggi tadi semoga aku sampai kepada الأَسْبَاب, yaitu jamak dari سبَب, dan سبَب adalah sesuatu yang digunakan sebagai sebagai wasilah (cara) untuk mencapai puncaknya, terkadang سبَب maknanya adalah tali

فَلۡيَمۡدُدۡ بِسَبَبٍ إِلَى ٱلسَّمَآءِ

[Al-Hajj : 15]

Maksudnya adalah hendaklah dia melemparkan tali, سبَب disini adalah tali karena dengan tali tadi dia sampai kepada tujuan, dan terkadang سبَب maksudnya adalah jalan, yaitu Allāh ﷻ mengatakan

فَأَتۡبَعَ سَبَبًا  ٨٥

Maka dia mengikuti jalan

Maka yang dimaksud dengan الأَسْبَابَ adalah jalan atau cara yang dengannya dia bisa melihat Allāh ﷻ Rabb nya Nabi Musa ‘alaihissalam sehingga dia mengatakan

يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الأَسْبَابَ

Wahai Haman bangunkan untukku sebuah bangunan yang tinggi mungkin aku akan sampai kepada jalan-jalan atau cara untuk melihat Rabb nya Musa, sehingga dia mengatakan

أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ

Jalan-jalan langit

فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى

Maka aku bisa melihat sesembahan Musa, karena dia mengatakan bahwasanya Rabb nya berada di atas.

Ini menjadi dalil bahwasanya Nabi Musa saat itu mengatakan kepada fir’aun bahwasanya Allāh ﷻ berada di atas, Ilahnya berada di atas. Disini fir’aun ingin menghina mengejek mengatakan kepada Haman coba bangunkan bangunan yang tinggi mungkin aku akan melihat Tuhan nya Musa, kemudian dia mengatakan

وَإِنِّي لأَظُنُّهُ كَاذِبًا

Dan sungguh aku menyangka bahwasanya dia bohong, bohong kalau dia punya Tuhan yang berada di atas.

Berarti keyakinan fir’aun mengingkari sifat ‘Uluw bagi Allāh ﷻ dan Musa meyakini bahwa Allāh ﷻ berada di atas, sehingga para ulama menjelaskan barangsiapa yang mengingkari tingginya Allāh ﷻ maka dia adalah fir’auniy, maka dia adalah pengikutnya fir’aun dan barangsiapa yang meyakini bahwasanya Allāh ﷻ berada di atas maka dia adalah Musawiyyun Muhammadiyyun, maka dia adalah mengikuti apa yang diyakini oleh nabi Musa dan mengikuti apa yang diyakini oleh nabi Muhammad ﷺ, jadi siapa yang akan kita ikuti, kita akan mengikuti fir’aun yang menolak dan mengingkari ketinggian Allāh ﷻ atau kita akan mengikuti para anbiya’ Allāh ﷻ yang mereka meyakini bahwasanya Allāh ﷻ Dia berada di atas.

وَقَوْلُهُ

Dan juga Firman Allāh ﷻ

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ

أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

Apakah kalian merasa aman dengan yang berada di atas bahwasanya Dia akan mengangkat kalian dengan dibenamkan kalian didalam tanah, maka tiba-tiba bumi itu goncang.

Terjadi gempa kalian terbenam didalam bumi, ini adalah ancaman dari Allāh ﷻ apakah kalian merasa aman Allāh ﷻ akan mengadzab kalian dengan cara seperti ini, مَّن فِي السَّمَاء Dzat yang berada di atas, السَّمَاء disini artinya adalah Al-‘Uluw di atas, as-sumu’ artinya Al-‘Uluw, fis-sama’ maksudnya adalah fil-’uluw,  apakah kalian merasa aman dengan Dzat yang berada di atas, ini makna yang pertama as-sama’ artinya adalah atas, makanya dalam Al-Qur’an Allāh ﷻ mengatakan

أَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً

Allāh ﷻ menurunkan dari السَّمَاءِ, bukan dari langit yang pertama itu terlalu jauh air turun dari langit yang pertama tapi maksudnya adalah dari atas, Allāh ﷻ menurunkan air dari atas. Di sini juga demikian

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء

Apakah kalian merasa aman dengan Dzat yang berada di atas.

Atau kita bisa juga mengartikan fiy disini ‘alā yaitu di atas, kalau memang السَّمَاء di sini kita artikan yaitu langit yang dibangun oleh Allāh ﷻ maka fiy di sini maknanya adalah ‘alā berarti أَأَمِنتُم مَّن على السَّمَاء, dan dalam bahasa arab biasa terkadang satu huruf jar menggantikan peran huruf jar yang lain. Diantara yang menunjukkan bahwasanya fiy itu maknanya terkadang ‘alā adalah firman Allāh ﷻ

وَلَأُصَلِّبَنَّكُمۡ فِي جُذُوعِ ٱلنَّخۡلِ

Ini diucapkan oleh fir’aun yang mengancam para tukang sihir saat itu karena mereka beriman kepada nabi Musa, maka dia mengatakan dan sungguh-sungguh aku akan menyalib kalian di dalam batang batang kurma, apakah maksudnya menyalib mereka didalam batang kurma, jawabannya tidak, maksudnya fiy disini ‘alā, diatas batang kurma, berarti fiy terkadang maknanya ‘alā.

Dan juga ketika Allāh ﷻ mengatakan didalam surah At-Taubah

فَسِيحُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ

Hendaklah kalian berjalan فِي ٱلۡأَرۡضِ, apakah maknanya itu di dalam bumi, kita disuruh berjalan di dalam bumi, jawabannya tidak, maksud adalah berjalanlah kalian di atas permukaan bumi, berarti menunjukkan bahwasanya fiy terkadang maknanya adalah ‘alā, jadi boleh kita mengartikan السَّمَاء disini adalah al-‘uluw atau bisa diartikan السَّمَاء di sini adalah langit yang dibangun oleh Allāh ﷻ, kita mengatakan demikian dengan menjama’ ayat ini dengan ayat-ayat yang lain.

Kemudian ayat yang selanjutnya

أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا

Apakah kalian merasa aman dengan Dzat yang ada di atas bahwasanya Dia akan mengirimkan kepada kalian حَاصِبًا, ini adalah angin yang keras yang dia menerbangkan hashba (kerikil-kerikil)

فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

maka kalian akan mengetahui bagaimana peringatan-Ku

Ayat ini disebutkan Allāh ﷻ dalam surat Al-Mulk menunjukkan bagaimana Allāh ﷻ memiliki sifat Al-‘Uluw.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى