Halaqah 68 ~ Dalil yang Menunjukkan Penafian Sifat Kekurangan Bagi Allah ﷻSecara Global Bag 02

Halaqah 68 ~ Dalil yang Menunjukkan Penafian Sifat Kekurangan Bagi Allāh ﷻSecara Global Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-68 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Masuk kita pada penyebutan ayat-ayat yang isinya adalah penafian secara mujmal (global), Allāh ﷻ menafikan dari dirinya kekurangan secara umum secara global di dalam beberapa ayat.
Beliau mengatakan

وَقَوْلُهُ: فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allāh أَندَاداً (sekutu-sekutu) وَأَنتُمْ تَعْلَمُون sedangkan kalian mengetahui.

Janganlah kalian menjadikan bagi Allāh ﷻ sekutu-sekutu yaitu yang kalian sembah selain Allāh ﷻ, menyembah Allāh ﷻ dan juga menyembah kepada sekutunya Allāh ﷻ menurut mereka, padahal hakikatnya tidak ada sekutu bagi Allāh ﷻ dalam mencipta memberikan rezeki dan seterusnya.

Adapun manusia atau musyrikun maka mereka menjadikan sekutu bagi Allāh ﷻ gholibnya adalah dalam masalah ibadah, janganlah kalian menjadikan bagi Allāh ﷻ sekutu-sekutu sedangkan kalian mengetahui yaitu sedangkan kalian mengetahui bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang mencipta dan Dia-lah yang menurunkan air Dia-lah yang menumbuhkan tanaman itulah yang dimaksud dengan وَأَنتُمْ تَعْلَمُون sedangkan kalian mengetahui dan ini berdasarkan apa yang ada sebelumnya yaitu dalam surat Al-Baqarah Allāh ﷻ mengatakan

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ٢١

Wahai manusia, hendaklah kalian menyembah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa.

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan

ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا

Yang telah menjadikan bumi ini terhampar

وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ

Dan menjadikan langit ini bangunan

وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ

Dan Dia-lah yang menurunkan dari langit air

فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ

Kemudian Allāh ﷻ mengeluarkan dengan sebab air tersebut tanam-tanaman sebagai rezeki bagi kalian.

Setelah itu yaitu setelah Allāh ﷻ menyebutkan bahwasanya Dia-lah yang mencipta, menjadikan bumi terhampar, menjadikan langit bangunan dan Dia-lah yang menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, maka Allāh ﷻ mengatakan

فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا

Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allāh ﷻ sekutu-sekutu.

Kalau memang Allāh ﷻ Dia-lah yang mencipta dan melakukan itu semuanya dan kita mengakui yang demikian maka jangan kita menyekutukan Allāh ﷻ menjadikan di sana sekutu-sekutu bagi Allāh ﷻ yang kita berdoa kepadanya meminta kepadanya

وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٢

Sedangkan kalian mengetahui

Yaitu mengetahui bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang melakukan itu semuanya, kalimat وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ menunjukkan bahwasanya keyakinan Allāh ﷻ mencipta memberikan rezeki dan seterusnya ini adalah sudah di fitrahkan dalam hati manusia

فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ

Ini adalah fitrah Allāh ﷻ, Allāh ﷻ telah menjadikan manusia meyakini yang demikian, dan Nabi ﷺ mengatakan

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

Tidak ada seseorang yang dilahirkan kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah, fitrah yaitu meyakini bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang menciptakan dirinya, memberikan rezeki, ini menunjukkan bahwasanya keyakinan itu adalah keyakinan yang fitrah.

Yang terjadi antara para rasul dan juga kaumnya bukan dalam masalah ini, tapi didalam masalah Tauhid Al Uluhiyah, mereka tidak sedang mempermasalahkan tentang fitrah mereka, fitrah mereka bagus, fitrah kaumnya bagus di atas fitrah, Allāh ﷻ yang mencipta memberikan rezeki dan seterusnya cuma yang rusak adalah tentang tauhid uluhiyah yang ada pada diri mereka sehingga rusaklah mereka.

Disini juga bisa kita ambil bahwasanya tauhid rububiyah ini mengharuskan tauhid uluhiyah karena Allāh ﷻ ketika menyebutkan rububiyahnya Allāh ﷻ mengatakan

فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُون

Janganlah kalian menjadikan bagi Allāh ﷻ sekutu-sekutu.

Berarti di sini syahidnya dalam firman Allāh فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً janganlah kalian menjadikan bagi Allāh ﷻ sekutu-sekutu, berarti Allāh ﷻ menafikan disini, Allāh ﷻ melarang dan Allāh ﷻ menafikan, Allāh ﷻ menafikan dari dirinya sifat niddiyah sehingga Allāh ﷻ melarang kita menjadikan bagi Allāh ﷻ sifat niddiyah yaitu memiliki sekutu, berarti kalau di sini adalah penafian sebagaimana sudah kita sebutkan kaidahnya, kita harus menetapkan kesempurnaan kebalikan dari sifat niddiyah ini yaitu ke Esa-an, kita tetapkan sifat Aḥadiyah bagi Allāh ﷻ.

Dan Aḥadiyah disini baik Aḥadiyah dalam masalah nama dalam masalah sifat dalam masalah Dzat, tidak ada Dzat yang serupa dengan Dzat Allāh ﷻ, tidak ada sifat yang serupa dengan sifat Allāh ﷻ dan yang dimaksud dengan tidak ada yang serupa dengan sifat Allāh ﷻ bukan berarti tidak ada yang serupa namanya, tidak, tapi hakikatnya, kalau namanya mungkin sama. Allāh ﷻ memiliki sifat hidup kita juga memiliki sifat hidup, namanya sama yaitu sifat hidup tapi yang dimaksud disini adalah hakikatnya, hakikat sifat hidup kita berbeda dengan sifat hakikat dari sifat hidup Allāh ﷻ, sehingga tetap disini kita katakan bahwasanya Allāh ﷻ tidak ada yang serupa dengan-Nya di dalam masalah sifat-Nya.

Demikian pula didalam nama-Nya tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ dalam nama-Nya, kalau disana ada nama yang serupa, misalnya Allāh ﷻ di antara nama-Nya adalah Ar-Rohim, Nabi Muhammad ﷺ disifati dengan rahim juga

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ١٢٨

رَءُوفٞ رَّحِيمٞ itu diantara sifat Nabi ﷺ, Allāh ﷻ juga memiliki nama Ar-Ro’ūf dan juga memiliki nama Ar-Rohim, apakah sama antara nabi Muhammad ﷺ yang dikatakan rahim dan juga Allāh ﷻ Ar-Rahim jawabannya tidak, jadi meskipun sama tapi hakikatnya berbeda, nama yang sama tapi hakikatnya berbeda

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى