Halaqah 62 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Allāh ﷻ Ber-Makar Kepada Musuh Musuh-Nya Bag 02

Halaqah 62 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Allāh ﷻ Ber-Makar Kepada Musuh Musuh-Nya Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-62 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Masuk pada pembahasan sifat di antara sifat-sifat Allāh ﷻ yaitu sifat Al-Makr li a’da’ihi yaitu sifat makar untuk musuh-musuh-Nya.
Sifat makar ini ada dua, ada sifat makar yang terpuji yaitu kalau membalas makar, makanya dalam peperangan boleh kita membuat makar untuk musuh-musuh atau kepada musuh-musuh Islam sebagaimana dahulu para sahabat radiallāhu ta’ala anhum membuat taktik membuat tipu daya dalam peperangan, membuat barisan seakan-akan kaum muslimin ini banyak, atau memecah pasukan kemudian datang dari arah tertentu seakan-akan datang bantuan sehingga menjadikan musuh ini dalam keadaan takut, makar yang seperti ini boleh karena kita sedang beradu makar dengan mereka. Dan Nabi ﷺ mengatakan

الحرب خدعة

Peperangan ini adalah خدعة yaitu tipuan, boleh dalam keadaan perang kita melakukan yang demikian.

Tapi disana ada makar yang tercela, kalau misalnya di situ ada kedzoliman kepada seorang muslim misalnya, membuat makar membuat tipu daya kepada seorang muslim yang didalamnya ada tipuan didalamnya ada kedzoliman mengambil harta dia mendzolimi kehormatannya maka ini tercela dan tidak boleh yang demikian.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan apa yang terjadi berupa kemajuan negeri-negeri yang mayoritas mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allāh ﷻ tidak beriman kepada hari akhir maka ini adalah bentuk istridaj Allāh ﷻ kepada mereka, bentuk makar Allāh ﷻ kepada mereka yang sangat luar biasa dimana mereka tidak merasa bahkan sebagian besar mereka merasa nyaman bahwasanya apa yang mereka lakukan apa yang mereka yakini adalah benar, itulah tipuan Allāh ﷻ kepada mereka sehingga mereka tidak merasa sampai pada waktunya mereka diadzab oleh Allāh ﷻ maka mereka akan merasakan adzab yang pedih. Di dalam sebuah ayat Allāh ﷻ mengatakan

وَٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا سَنَسۡتَدۡرِجُهُم مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُونَ

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, Kami akan membiarkan mereka, diberikan waktu diberikan kemampuan sampai datangnya waktu mereka diadzab

مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُون

Dari arah yang mereka tidak tahu, dan mereka tidak sadar berarti ini makar yang luar biasa

وَأُمۡلِي لَهُمۡۚ إِنَّ كَيۡدِي مَتِينٌ

Dan Aku akan أُمۡلِي لَهُم Aku akan berikan kepada mereka, berikan harta diberikan jabatan diberikan apa yang mereka inginkan berupa syahwat yang muharromah, أُمۡلِي لَهُم Aku akan berikan kepada mereka, Aku akan berikan kesempatan kepada mereka

إِنَّ كَيۡدِي مَتِين

Sesungguhnya tipu daya-Ku adalah sangat kokoh, mereka tidak merasa yang demikian. Sehingga jangan kita ikut-ikutan tertipu dengan kemajuan yang dimiliki oleh orang-orang kuffar, itu adalah tipu daya Allāh ﷻ kepada mereka orang-orang yang menipu Allāh ﷻ. Dalam ayat ini Allāh ﷻ mengatakan

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّمَا نُمۡلِي لَهُمۡ خَيۡرٞ لِّأَنفُسِهِمۡۚ

Janganlah orang-orang kafir menyangka bahwasanya apa yang Kami berikan kepada mereka, berupa harta berupa kemajuan dan seterusnya خَيۡرٞ لِّأَنفُسِهِم itu baik bagi mereka, jangan mereka menyangka bahwasanya mereka di atas kebenaran dan aqidah mereka adalah aqidah yang benar

إِنَّمَا نُمۡلِي لَهُمۡ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِثۡمٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ

Sesungguhnya Kami memberikan kepada mereka semua itu adalah supaya bertambah dosanya, bertambah dosanya semakin menumpuk dosanya dan akhirnya nanti

وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِين

Mereka akan merasakan adzab yang menghinakan mereka.

Didalam sebuah hadits Nabi mengatakan ﷺ

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيْه مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُو اسْتِدْرَاجٌ

Apabila engkau melihat Allāh ﷻ memberikan kepada seorang hamba berupa kenikmatan dunia atas kemaksiatan-kemaksiatan yang dia lakukan tapi diberikan oleh Allāh ﷻ apa yang dia senangi, dia ingin mobil dan dia ingin jabatan dia ingin memiliki perusahaan Allāh ﷻ berikan kepadanya padahal dia terus melakukan kemaksiatan

فَإِنَّمَا هُو اسْتِدْرَاج

Sesungguhnya itu adalah istidraj, Allāh ﷻ membiarkan dia. Dibiarkan oleh Allāh ﷻ dalam keadaan maksiat tadi dan akhirnya Allāh ﷻ pada waktunya akan mengadzab orang tersebut.

Oleh karena itu seseorang berhati-hati dengan yang demikian, jangan merasa aman dengan makar Allāh ﷻ, hati-hati kita lihat diri kita sendiri apakah kita termasuk orang yang diistidraj oleh Allāh ﷻ yaitu diberikan kenikmatan terus sementara kita semakin banyak kemaksiatannya kepada Allāh ﷻ, maka jangan seseorang merasa aman, dia harus segera kembali, segera dia menyadari.

Kalau memang dia mendapatkan kenikmatan mendapatkan berbagai kemudahan maka semakin dia bersyukur kepada Allāh ﷻ, semakin bersyukur dan di antara bentuk syukurnya adalah dengan meningkatkan ketaatan kepada Allāh ﷻ meninggalkan kemaksiatan jangan terus menerus dia melakukan kemaksiatan, segera dia kembali kepada Allāh ﷻ karena jangan sampai dia terjerumus ke dalam istidraj dia mendapatkan kenikmatan dan dia lalai untuk bersyukur kepada Allāh ﷻ, jangan sampai termasuk yang disebutkan di dalam hadits tadi

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيْه مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُو اسْتِدْرَاجٌ

Apabila engkau melihat Allāh ﷻ memberikan kepada seorang hamba diatas kemaksiatan-kemaksiatan dia apa yang dia senangi maka ini adalah istidraj.

Kalau seseorang dimudahkan dengan berbagai kemudahan dunia dan ternyata hal tersebut justru menjadikan dia semakin dekat dengan Allāh ﷻ semakin konsen dalam beribadah kepada Allāh ﷻ maka ini adalah kebaikan dan ini namanya harta yang berbarokah. Tapi kalau seseorang mendapatkan dunia dan semakin dia mendapatkan semakin dia berbuat maksiat semakin ditambah oleh Allāh ﷻ maka segera seseorang bertaubat kepada Allāh ﷻ, bertaubat dari kemaksiatannya.

Disana ada sebuah ayat yang menggambarkan kepada kita tentang bagaimana makar Allāh ﷻ

فَلَوۡلَآ إِذۡ جَآءَهُم بَأۡسُنَا تَضَرَّعُواْ وَلَٰكِن قَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٤٣
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ ٤٤

dalam surah Al-An’am

Seandainya ketika datang kepada mereka adzab Kami mereka merendahkan diri dihadapan Allāh ﷻ, akan tetapi hati-hati mereka adalah hati-hati yang keras dan syaitan menghias-hiasi untuk mereka apa yang mereka kerjakan. Jadi datang adzab dari Allāh ﷻ datang kesusahan dari Allāh ﷻ mereka tidak kembali kepada Allāh ﷻ, ada musibah tidak kembali kepada Allāh ﷻ tapi semakin jauh dari Allāh ﷻ dalam keadaan musibah tadi

فَلَمَّا نَسُواْ ketika mereka lupa apa yang mereka diingatkan dengannya, karena ketika datang adzab Allāh ﷻ menginginkan diantaranya untuk supaya kita ingat kepada Allāh ﷻ, ketika mereka datang musibah datang ujian mereka tidak ingat kepada Allāh ﷻ apa yang Allāh ﷻ lakukan? فَتَحۡنَا عَلَيۡهِم Kami akan bukakan untuk mereka أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ Kami akan bukakan untuk mereka seluruh pintu, lihat bagaimana makar Allāh ﷻ.

Ketika datang musibah tidak ingat kepada Allāh ﷻ dengan keras hati mereka justru sekarang Allāh ﷻ akan bukakan untuk mereka seluruh pintu diberikan berbagai kenikmatan,

حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓا

Sehingga ketika mereka sudah bersorak-sorai bergembira berbahagia dengan apa yang mereka dapatkan berupa dunia yang dibukakan untuk mereka, أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ maka kami pun akan mengadzab mereka dengan tiba-tiba

فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُون

maka tiba-tiba mereka مُّبۡلِسُون yaitu dalam keadaan hancur dalam keadaan binasa, ini makar dari Allāh ﷻ.

Maka hati-hati seseorang, dan kita sekarang di masa yang diuji oleh Allāh ﷻ, harusnya dalam keadaan seperti ini kita merendahkan diri dihadapan Allāh ﷻ dan kembali kepada Allāh ﷻ, memperbaiki diri memperbaiki ibadah kita kepada Allāh ﷻ, memperbaiki muamalah kita kepada manusia

تَضَرَّعُوا

Hendaklah kita merendahkan diri kepada Allāh ﷻ, jangan kita menjadi orang yang keras hatinya sampai dalam keadaan diuji oleh Allāh ﷻ kita masih santai, masih dalam keadaan merasa aman dari adzab Allāh ﷻ, jangan sampai kita lupa sudah diingatkan oleh Allāh ﷻ dengan musibah seperti ini dan kita lupa akhirnya Allāh ﷻ membukakan pintu-pintu rezeki dan ini adalah istidraj dari Allāh ﷻ sehingga ketika manusia dalam keadaan gembira, dalam keadaan bahagia dan lupa kepada Allāh ﷻ akhirnya Allāh ﷻ mendatangkan adzab dan siksaan yang pedih dengan secara tiba-tiba.

Maka kita berdoa kepada Allāh ﷻ semoga Allāh ﷻ mengembalikan kita kepada Allāh ﷻ dengan pengembalian yang baik, menjadi orang yang sabar di antara sekian banyak manusia, pentingnya kembali kepada Allāh ﷻ dalam keadaan musibah dalam keadaan kesusahan dan mengajak manusia mengingatkan manusia untuk kembali kepada Allāh ﷻ dalam keadaan seperti ini, jangan menjadi orang yang lalai.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى