Halaqah 114 ~ Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur (Bag 03)

Halaqah 114 ~ Beriman Kepada Hari Akhir dengan Pembahasan tentang Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur (Bag 03)

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-114 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mengatakan

فَأَمَّا الْفِتْنَةُ؛ فَإِنَّ النَّاسَ يُمْتَحَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ

Adapun fitnah (yaitu fitnah kubur, ال disini adalah ال ahdiyah karena sebelumnya disebutkan fitnah kubur), maka manusia, dan masuk di dalam manusia disini baik orang yang beriman orang yang kafir ataupun orang yang munafik semuanya akan ditanya, ini pendapat yang lebih kuat karena para ulama ahlussunnah berbeda pendapat dalam masalah siapa yang akan ditanya, apakah yang ditanya orang yang beriman saja atau masuk di dalamnya orang kafir ataukah masuk di dalamnya orang munafik juga maka pendapat yang lebih kuat semuanya masuk karena disana ada lafadz yang sharih dari Nabi ﷺ, Beliau ﷺ mengatakan adapun orang yang munafik dan orang yang kafir sebagaimana dalam hadits

وَأَمَّا المُنَافِقُ وَالكَافِرُ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ

Adapun orang yang kafir atau munafik maka dia mengatakan aku tidak tahu ketika ditanya aku mengatakan seperti yang dikatakan oleh manusia, menunjukkan bahwasanya semuanya ditanya oleh Allāh ﷻ, dan disana ada lafadz adz-dzhālim dan dzhālim di sini masuk didalamnya orang yang kafir maupun orang yang munafik.

Dan disana ada yang dikecualikan, Allāh ﷻ tidak akan menanyai dia di alam kubur sebagaimana disebutkan di dalam hadits dan ini adalah pengecualian, yaitu seperti orang yang meninggal dunia di hari Jum’at atau dimalam Jum’at maka ini termasuk yang dikecualikan sebagaimana yang demikian telah datang dari Nabi ﷺ tapi yang lain maka mereka kembali kepada asal yaitu akan ditanya oleh dua malaikat. Kemudian juga diantara yang dikecualikan adalah seorang yang mati syahid, di dalam sebuah hadits Nabi ﷺ ditanya

يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا بَالُ الْمُؤْمِنِينَ يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ إِلَّا الشَّهِيدَ؟

Wahai Rasulullāh ﷺ mengapa orang-orang yang beriman difitnah (ditanya) di kuburan mereka kecuali seorang yang mati syahid, berarti mereka mendengar bahwasanya orang yang mati syahid ini tidak akan ditanya, ini termasuk kelebihan dan keutamaan orang yang mati syahid, maka Nabi ﷺ mengatakan

كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً

Cukuplah kilatan pedang yang ada di atas kepalanya itu sebagai ujian.

Karena fitnah artinya adalah ujian, ujian tentang keimanan, maka orang yang mati syahid meninggal di jalan Allāh ﷻ tentunya yang ikhlas cukuplah kilatan pedang yang ada di atas kepalanya, ini pedang bisa sewaktu-waktu memenggal tangannya memegal lehernya, tapi karena keimanan yang ada didalam dadanya dia maju kedepan dan rela untuk mengorbankan jiwa raganya demi meninggikan kalimat Allāh ﷻ, ini sudah cukup menjadi ujian bagi orang tersebut sehingga Allāh ﷻ memberikan keutamaan kepadanya tidak akan menanyakan kepadanya dan dia tidak akan ditanya di alam kuburnya.

Adapun hadits tentang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at maka Nabi ﷺ mengatakan

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Tidaklah ada seorang muslim yang meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allāh ﷻ akan menjaganya dari fitnah kubur, maka ini menunjukkan tentang keutamaan orang yang meninggal dunia di waktu tersebut.

فَيُقَالُ للرِّجُلِ: مَن رَّبُكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ وَمَن نَّبِيُّك؟

Maka akan dikatakan kepada seseorang siapa Rabb mu? Apa agamamu? dan siapakah nabimu?, tiga pertanyaan ini.

Dan sudah kita pelajari bersama Kitab Tsalātsatul Ushul yang ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab intinya adalah supaya kita mempersiapkan diri kita untuk bisa menjawab tiga pertanyaan ini, dan tentunya sekali lagi bukan hanya sekedar kita hafal Tsalātsatul Ushul dengan dalil-dalilnya dengan syarahnya tapi yang lebih penting daripada itu adalah kita semuanya mengamalkan tentang apa yang sudah kita pelajari berupa tiga perkara ini, tentang ma’rifatullah mengenal Allāh ﷻ ma’rifaturrasul mengenal rasul dan juga mengenal agama Islam.

فيُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ

Maka Allāh ﷻ akan menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit (kokoh) yaitu ucapan Lā Ilāha Illallāh dan ini yang disebutkan di dalam ayat

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ
[Ibrahim:27]

Kalimat Lā Ilāha Illallāh ini kalau direnungi oleh seseorang maka ini menguatkan dan menjadikan dia istiqomah menjadikan dia tidak goyah sebesar apapun fitnah yang menimpa seseorang. Lā Ilāha Illallāh tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allāh ﷻ, ketika dia mendapatkan kenikmatan yang besar yang bisa menggoyahkan keimanan dia Lā Ilāha Illallāh tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allāh ﷻ, meskipun dunia ini menarik dan ingin menyeret dia ke dalam kemaksiatan maka dengan dia mengingat Lā Ilāha Illallāh akan menguatkan dia, tidak akan mengikuti hawa nafsu dan ingin istiqomah di atas Lā Ilāha Illallāh hanya Allāh ﷻ yang disembah hanya Allāh ﷻ yang diikuti bukan hawa nafsu.

Ketika dia tertimpa musibah yang besar yang bisa menggoyangkan keimanan seseorang menjadikan dia futur menjadikan dia mundur kebelakang, Lā Ilāha Illallāh tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allāh ﷻ, musibah yang menimpa ini adalah Engkau menghendaki, yang didalamnya ada hikmah, diampuni dosa, diangkat derajatnya, supaya kembali kepada Allāh ﷻ, maka dia mengucapkan Lā Ilāha Illallāh dan mempraktekkan makna Lā Ilāha Illallāh baik ketika mendapatkan nikmat mendapatkan musibah Allāh ﷻ menguatkan dia dengan ucapan Lā Ilāha Illallāh baik dunia dan juga di akhirat (termasuk alam akhirat adalah alam kubur)

فَيَقُولُ الْمؤْمِنُ: رَبِّيَ اللهُ، وَالإِسْلاَمُ دِينِي، وَمُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم نَبِيِّي

Maka berkata orang yang beriman Allāh ﷻ adalah Rabb ku, yaitu aku menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan Islam adalah agamaku, aku tidak melaksanakan selain agama Islam cara shalatku cara dzikirku cara zakatku adalah dengan cara Islam yang dibawa oleh Nabi ﷺ, dan Muhammad ﷺ adalah Nabi ku yang aku ikuti yang aku jalankan perintahnya dan aku tinggalkan larangannya yang aku yakini dia adalah ma’sum (terjaga dari dosa).

Ini adalah ucapan orang yang beriman, Allāh ﷻ memberikan kekuatan kepadanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik, berdoa kepada Allāh ﷻ semoga Allāh ﷻ menguatkan kita semua ketika menjawab pertanyaan tadi, caranya dengan menguatkan iman, yang Allāh ﷻ kuatkan adalah orang-orang yang beriman dengan ucapan Lā Ilāha Illallāh dan beramal shaleh, beriman dan juga beramal sholeh sebagaimana telah kita jelaskan.

وَأَمَّا الْمُرْتَابُ

Adapun orang yang ragu, orang yang kafir kemudian orang yang munafik

فَيَقُولُ: هَاه هَاه؛ لاَ أَدْري

maka dia mengatakan hah hah, dia tidak bisa mengatakan Robb ku Allāh ﷻ hanya bisa mengatakan hah hah aku tidak tahu

سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ

Aku mendengar manusia mengatakan sesuatu maka akupun ikut mengucapkan, ini orang munafik yang mengatakan Lā Ilāha Illallāh Muhammadan Rasulullāh, hanya sekedar ikut-ikutan saja, mereka mengatakan syahadat dan kemudian diapun ikut mengucapkan dua kalimah syahadah tujuannya adalah ingin selamat saja dari mereka, ingin dimudahkan urusannya karena tinggal di negeri Islam, urusanya administrasinya lebih mudah tapi dalam hatinya dia tidak beriman maka dia hanya bisa mengatakan ah ah aku tidak tahu aku mendengar manusia mengucapkannya maka akupun mengucapkannya.

فَيُضْرَبُ بِمِرْزَبَةٍ مِنْ حَدِيدٍ

Maka diapun dipukul dengan mirzabah (palu yang besar), dipukul dengan palu yang kecil saja sudah sakit apalagi ini dipukul dengan palu yang besar yang dinamakan dengan mirzabah yang berasal dari besi.

فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْءٍ

Maka dia teriak (karena saking sakitnya dan sangat sakitnya dipukul dengan mirzabah) dengan teriakan yang sangat keras didengar oleh segala sesuatu, berarti ini menunjukkan tentang kerasnya dan sangat sakitnya pukulan tadi sehingga dia teriak, naudzubillāh min adzabil qabr

إلاَّ الإِنْسَانَ، وَلَوْ سَمِعَهَا الإِنْسَانُ؛ لَصُعِقَ

kecuali manusia, seandainya seorang manusia mendengar teriakan tadi niscaya dia akan pingsan. Ini menunjukkan tentang kerasnya dan dahsyatnya adzab yang dia terima.

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari

ثم يضرب بمطرقة من حديد

kemudian dia dipukul dengan mithraqah (palu) yang berasal dari besi

ضربة بين أذنيه

dipukul diantara dua telinganya, berarti dipukul kepalanya dengan palu yang besar yang berasal dari besi, Allāhul musta’an

فيصيح صيحة يسمعها من يليه إلا الثقلين

maka dia akan teriak dengan teriakan yang didengar oleh yang ada disekitarnya kecuali dua makhluk yaitu manusia dan juga jin.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim menunjukkan bahwasanya manusia dan jin tidak mendengar apa yang terjadi, teriakan tadi mereka tidak mendengar, berarti di sini ada penetapan adzab kubur bagi orang yang ragu-ragu orang munafik.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى