Halaqah 104 ~ Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allah ﷻ (Hadits Ketujuh dan Kedelapan)

Halaqah 104 ~ Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allah ﷻ (Hadits Ketujuh dan Kedelapan)

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-104 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Masuk kita pada pembahasan sifat-sifat yang telah tetap di dalam hadits-hadits Nabi ﷺ tentang sifat Al-’Uluw (sifat tinggi) bagi Allāh ﷻ. Beliau menyebutkan di sini

وَقَوْله صلى الله عليه وسلم : اللهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَالأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنَ

dan sabda Nabi ﷺ Ya Allāh ﷻ Rabb langit yang tujuh dan Rabb bumi dan Rabb ‘arsy yang besar dan Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, maka ini semua adalah tawassul dengan rububiyah Allāh ﷻ atas seluruh makhluk-makhluk tadi

فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى

Engkaulah yang membuka al-ḥab (biji-bijian seperti jagung, beras, dll) dan an-nawā (biji yang ada di dalam buah misalnya kurma), Allāh ﷻ membukakan dia sehingga dia tumbuh menjadi tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan tanpa ada campur tangan dari kita, Allāh ﷻ yang membukakannya dan Allāh ﷻ yang menumbuhkannya

مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنَ

Engkaulah yang telah menurunkan Taurat Injil dan juga Al-Qur’an

أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا

Aku berlindung kepada-Mu Ya Allāh ﷻ (setelah bertawassul dengan rububiyah Allāh ﷻ dan bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang membuka al-ḥab dan an-nawā dan yang telah menurunkan Taurat dan Injil dan Al-Qur’an kemudian berlindung kepada Allāh ﷻ) dari kejelekan segala sesuatu yang merangkak/berjalan di permukaan bumi (kalau memang dia memiliki kejelekan maka kita berlindung kepada Allāh ﷻ dari kejelekan tersebut) yang dimana Engkau yang memegang ubun-ubun (bagian depan dari kepala)

أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ

(setelah berlindung kepada Allāh ﷻ kemudian memuji Allāh ﷻ lagi dan mengatakan) Engkau adalah Al-Awwal Ya Allāh ﷻ maka tidak ada sebelum-Mu sesuatu

وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيءٌ

dan Engkau adalah yang akhir tidak ada setelah-Mu sesuatu, yaitu Allāh ﷻ yang terus ada

وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ

dan Engkau adalah Dzahir tidak ada di atas-Mu sesuatu, menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Al-‘Uluw karena yang ada dalam nama Allāh ﷻ Adz- Dzahir maknanya adalah ‘Uluw, dan sudah berlalu penafsiran tentang apa yang Allāh ﷻ sebutkan dalam surat Al-Hadid

هُوَ الأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ

ini di jelaskan oleh Nabi ﷺ  di dalam hadits ini

وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ

dan Engkau adalah yang Bathin (dan sudah berlalu penjelasannya) maka tidak ada yang lebih dekat daripada diri-Mu. Di sini ada penggabungan antara sifat Dzuhur bagi Allāh ﷻ dan juga sifat Bathiniyyah,  Allāh ﷻ berada di atas ‘arsy Allāh ﷻ memiliki sifat ‘Uluw dan Allāh ﷻ yang paling mengetahui perkara-perkara yang dalam, tidak ada yang lebih mengetahui daripada Allāh ﷻ bahkan Allāh ﷻ Dia-lah yang lebih mengetahui tentang diri kita daripada kita sendiri, yang lebih mengetahui tentang komputer ini daripada yang membuat komputer itu sendiri, tidak ada yang lebih dekat daripada Allāh ﷻ.

اقْضِ عَنِّي الدَّيْنَ

(maka Ya Allāh ﷻ) tunaikanlah dan bayarkanlah untuk hutang

وَأَغْنِنِي مِنَ الْفَقْرِ

dan jauhkanlah aku dari kefaqiran.

Ini menunjukkan tentang doa yang agung ini, didalamnya ada tawassul dengan nama-nama Allāh ﷻ dan juga ada permohonan kepada Allāh ﷻ untuk di tunaikan hutangnya dan doa ini menunjukkan keinginannya dia, ketika seseorang berdoa kepada Allāh ﷻ Ya Allāh ﷻ mudahkanlah saya untuk membayar hutang berarti ada keinginan untuk membayar hutang dan keinginan yang sungguh-sungguh ini diwujudkan dalam doa semoga menjadi sebab untuk dimudahkan membayar hutangnya.

Karena ada sebagian dia bermudah-mudah dengan masalah utang bahkan mungkin di dalam hatinya ada niat untuk tidak mengembalikan tadi, adapun seorang yang takut kepada Allāh ﷻ dan mengetahui bahwasanya kedzhaliman di hari kiamat akan diadili oleh Allāh ﷻ maka dia akan berusaha untuk mengembalikan hak orang lain, diantaranya adalah dengan berdoa karena tidak ada yang bisa menunaikan hutang kita kecuali Allāh ﷻ, dan ini kadang mungkin dilupakan oleh sebagian. Dia memiliki banyak hutang tapi dia tidak pernah berdoa kepada Allāh ﷻ untuk dimudahkan dalam membayar, sehingga berpuluh-puluh tahun dia dalam keadaan berhutang dan berhutang.

Syahidnya disini

وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ

yang lainnya ada sifat-sifat yang lain Al-Awwal Al-Akhir ini nama Allāh ﷻ dan sudah berlalu Al-Awwal mengandung al-awwaliyyah Al-Akhir mengandung al-akhiriyyah Adz-Dzhahir mengandung sifat Dzhuhur Al-Bāthin mengandung sifat huruf bathiniyyah atau butūn, tapi syahidnya disini adalahوَأَنْتَ الظَّاهِرُ karena kita melihat setelahnya dan juga sebelumnya ini sedang berbicara tentang ketinggian Allāh ﷻ. Di sini ada sifat rububiyah ada sifat uluhiyyah, ada sifat yang terkandung dalam فَالِقَ  ada sifat tanzil ada sifat al-akhdzu أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا

وَقَوْله صلى الله عليه وسلم لَمَّا رَفَعَ الصَّحَابَةُ أَصْوَاتَهُمْ بِالذِّكْرِ: ((أَيُّهَا النَّاسُ! أرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ؛ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، إِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا قَرِيبًا. إِنَّ الَّذي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

dan juga sabda Nabi ﷺ ketika para sahabatnya mengangkat suara-suara mereka dengan dzikir, mereka mengangkat dzikir mereka tahlil mereka takbir mereka mengangkat suaranya, maka Nabi ﷺ mengatakan

أَيُّهَا النَّاسُ

 Wahai manusia

أرْبِعُوا

pelan-pelanlah/sayangilah

عَلَى أَنْفُسِكُمْ

diri kalian, menunjukkan bahwa asalnya seseorang ketika berdzikir itu melirihkan suaranya bukan mengeraskan suaranya

فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا

karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan kalian tidak berdoa kepada Dzat yang jauh (ghaib), karena kita teriak itu sebabnya mungkin yang pertama orang yang kita ajak bicara sulit mendengar, pendengarannya kurang sehingga kita teriak-teriak atau yang kedua dia tidak kurang dalam pendengaran tapi dia jauh sehingga kita harus keras suaranya, ternyata Allāh ﷻ tidak tuli dan Dia tidak ghaib

إِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا

Sesungguhnya kalian berdoa kepada Dzat yang sangat mendengar (kenapa harus mengeraskan suara, Allāh ﷻ sangat mendengar) dan Dia Maha Dekat, maka tidak ada hajat untuk mengeraskan suara kita di dalam berdzikir, berarti disini ada penetapan sifat mendengar bagi Allāh ﷻ dan juga sifat dekat bagi Allāh ﷻ

إِنَّ الَّذي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ

Sesungguhnya yang kalian berdoa kepada-Nya (Allāh ﷻ) lebih dekat kepada salah seorang diantara kalian daripada leher ontanya.

Artinya Allāh ﷻ sangat mengetahui apa yang terjadi di seluruh permukaan bumi termasuk diantaranya adalah apa yang ada pada diri kita

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim

قَوْلُهُ: ((إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، لاَ تُضَامُونَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن لاَّ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَصَلاةٍ قَبْلَ غُرُوبِهَا؛ فَافْعَلُوا)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dan juga sabda Nabi ﷺ sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan pada malam purnama, yang di samakan disini adalah ru’yahnya yaitu sebagaimana kita melihat bulan di malam bulan purnama maka kita akan melihat Allāh ﷻ, bukan mar’i nya tapi cara melihatnya, buktinya Nabi ﷺ setelahnya mengatakan kalian tidak akan تُضَامُونَ فِي رُؤْيَتِهِ, Beliau ﷺ mengatakan فِي رُؤْيَتِهِ berarti yang disamakan disini adalah ru’yahnya.

Sebagaimana ketika seseorang melihat bulan di malam bulan purnama, kita dan juga orang lain tidak تُضَامُونَ (ada yang mengartikan tidak saling mendzhalimi satu dengan yang lain, dan ada yang mengatakan tidak saling berdesak-desakan), demikian ketika kelak dihari kiamat yaitu di surga maka orang-orang yang beriman akan melihat Allāh ﷻ tanpa berdesak-desakan, mereka jumlahnya banyak tapi masing-masing mereka melihat Allāh ﷻ di tempatnya masing-masing tanpa mereka berdesak-desakan.

فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن لاَّ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَصَلاةٍ قَبْلَ غُرُوبِهَا

Oleh karena itu apabila kalian bisa untuk tidak dikalahkan (untuk tidak meninggalkan) shalat sebelum terbitnya matahari (shalat shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya (shalat ashar)

فَافْعَلُوا

maka hendaklah kalian lakukan.

Ini menunjukkan tentang keutamaan shalat Subuh dan shalat Ashar, hendaklah kita perhatikan dan jangan sampai kita ketinggalan shalat berjamaah Subuh demikian pula shalat Ashar karena ini dua shalat yang termasuk shalat yang paling mulia sampai Nabi ﷺ menyebutkan disini kalau bisa kalian tidak ketinggalan shalat sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya matahari hendaklah kalian lakukan.

مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim

إِلَى أَمْثَالِ هَذِهِ الأَحَادِيثِ الَّتِي يُخْبِرُ فِيهَا رِسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَن رَّبِهِ بِمَا يُخْبِرُ بِهِ؛ فَإِنَّ الْفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ يُؤْمِنُونَ بِذَلِكَ

Dan yang semisal dengan hadits-hadits ini, ini menunjukkan apa yang beliau sebutkan tadi sebagian hadits Nabi ﷺ bukan semuanya yang Rasulullāh ﷺ mengabarkan di dalamnya tentang Allāh ﷻ

يُخْبِرُ فِيهَا رِسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَن رَّبِهِ بِمَا يُخْبِرُ بِهِ

Beliau ﷺ mengabarkan di dalam hadits-hadits tadi tentang Allāh ﷻ, tentang nama-Nya tentang sifat-Nya dan Beliau ﷺ adalah makhluk yang paling tahu tentang Allāh ﷻ, sehingga dalam hadits

أنا أعلمكم بالله

Aku adalah orang yang paling tahu tentang diri Allāh ﷻ di antara kalian dan aku adalah yang paling takut kepada Allāh ﷻ. Kalau kita mengakui Beliau ﷺ lebih tahu tentang Allāh ﷻ maka apa yang Beliau ﷺ kabarkan tentang Allāh ﷻ tentang nama dan juga sifat-Nya harus kita benarkan kalau memang itu di dalam Hadits yang Shahih.

فَإِنَّ الْفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ يُؤْمِنُونَ بِذَلِكَ

Maka sesungguhnya golongan yang selamat ahlussunnah wal jama’ah mereka beriman dengan semuanya itu. Berbeda dengan ahlul bida’ yang mereka mentakwil menolak atau mereka mentasybih

كَمَا يُؤْمِنُونَ بِمَا أَخْبَرَ اللهُ بِهِ فِي كِتَابِهِ؛ مِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلا تَعْطِيلٍ، وَمِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلاَ تَمْثِيلٍ؛ بَلْ هُمُ الْوَسَطُ فِي فِرَقِ الأُمَّةِ؛ كَمَا أَنَّ الأُمَّةَ هِيَ الْوَسَطُ فِي الأُمَمِ

sebagaimana mereka beriman dengan apa yang Allāh ﷻ kabarkan di dalam kitab-Nya (dari sunnah dan juga kitab Allāh ﷻ) tanpa mentahrif tanpa menta’thil tanpa mentakyif dan tanpa mentamtsil.

Berarti di sini menguatkan kembali dan beliau mengingatkan kembali yang beliau sebutkan di awal yaitu tanpa tahrif tanpa ta’thil tanpa takyif dan tanpa tamtsil (pengertiannya sudah berlalu), bahkan mereka ini adalah pertengahan diantara aliran-aliran umat ini sebagaimana umat ini adalah pertengahan di antara umat-umat yang lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى