Halaqah 102 ~ Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allah ﷻ (Hadits Kedua dan Ketiga)

Halaqah 102 ~ Hadits-Hadits Yang Berkaitan Dengan Penjelasan Nama Dan Sifat Ketinggian Bagi Allah ﷻ (Hadits Kedua dan Ketiga)

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-102 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Masuk kita pada pembahasan sifat-sifat yang telah tetap di dalam hadits-hadits Nabi ﷺ tentang sifat Al-’Uluw (sifat tinggi) bagi Allāh ﷻ. Beliau menyebutkan di sini

وَقَوْله

dan sabda Nabi ﷺ

أَلاَ تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Ucapan Beliau ﷺ: Apakah kalian tidak percaya kepadaku sedangkan aku adalah orang yang dipercaya oleh Dzat yang ada di atas. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim.

Ada sebuah kisah di sini Abu Sa’id al-khudri mengatakan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengutus kepada Rasulullāh ﷺ dan saat itu Ali berada di Yaman

بذُهَيْبَةٍ في أدِيمٍ مَقْرُوظٍ

dengan sebuah emas

لَمْ تُحَصَّلْ مِن تُرَابِهَا

yang belum dipisahkan dari tanahnya

قالَ: فَقَسَمَهَا بيْنَ أرْبَعَةِ نَفَرٍ، بيْنَ عُيَيْنَةَ بنِ بَدْرٍ، وأَقْرَعَ بنِ حابِسٍ، وزَيْدِ الخَيْلِ، والرَّابِعُ: إمَّا عَلْقَمَةُ وإمَّا عَامِرُ بنُ الطُّفَيْلِ

kemudian itu dibagikan untuk empat orang ‘Uyaynah ibn Badr, Aqra’ ibn Ḥābis, Zayd Al-Khayl kemudian yang ke-4 ada yang mengatakan ‘Alqamah dan ada yang mengatakan ‘Āmir ibn Thufayl

فَقالَ رَجُلٌ مِن أصْحَابِهِ: كُنَّا نَحْنُ أحَقَّ بهذا مِن هَؤُلَاءِ

maka ada seseorang yang mengatakan kami lebih berhak dengan benda ini (harta ini) daripada mereka (ada yang mengucapkan demikian artinya dia merasa Rasulullāh ﷺ salah atau tidak amanah dalam membagikan)

فَبَلَغَ ذلكَ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ

kemudian yang demikian sampai kepada Nabi ﷺ kemudian mengucapkan ucapan ini

ألَا تَأْمَنُونِي وأَنَا أمِينُ مَن في السَّمَاءِ، يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا ومَسَاءً

apakah kalian tidak percaya kepadaku, menunjukkan bahwasanya seorang muslim harus percaya kepada Nabi ﷺ percaya tentang khabar Beliau ﷺ tentang pembagian Beliau ﷺ dan pembagian Beliau ﷺ adalah pembagian yang paling adil

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ
[Al-Hasyr:7]

tidak boleh ada didalam hatinya perasaan su’udzon kepada Nabi ﷺ, apa yang Beliau ﷺ lakukan itulah yang terbaik, Beliau ﷺ adalah orang yang amanah orang yang bisa dipercaya, kenapa kita tidak percaya kepada Beliau ﷺ

وأَنَا أمِينُ مَن في السَّمَاءِ

sedangkan aku adalah yang dipercaya oleh Dzat yang berada di atas, Allāh ﷻ saja percaya kepada Beliau ﷺ untuk menyampaikan kalām-Nya untuk menyampaikan wahyu-Nya, Allāh ﷻ pilih Beliau ﷺ dan Allāh ﷻ tunjuk Beliau ﷺ bahkan menjadi rasul yang terakhir, bahkan bukan hanya sekali diwahyukan kepada Beliau ﷺ di waktu pagi maupun di waktu petang menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ mempercayai Beliau ﷺ.

Dan Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mengetahui dzahir dan batin seseorang, ketika Allāh ﷻ mempercayakan kepada seseorang menunjukkan dia adalah orang yang Amin (orang yang benar-benar bisa dipercaya) tidak ada pengkhianatan di dalamnya, maka ini adalah hujjah yang sangat kuat tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak percaya kepada Nabi ﷺ baik dalam khobar maupun dalam pembagian

ألَا تَأْمَنُونِي وأَنَا أمِينُ مَن في السَّمَاءِ

Apakah kalian tidak percaya kepadaku sedangkan aku adalah yang dipercaya oleh yang ada di langit. Berarti disini مَن في السَّمَاءِ yang ada di atas atau yang ada di atas langit sebagaimana telah berlalu, inilah syahidnya dan ini menjadi dalil bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Al-‘Uluw

رَوَاهُ البخاري وَغَيرُهُ

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan selainnya bahkan Imam Muslim pun beliau juga menyebutkan hadits ini dalam shahihnya yaitu di dalam Kitab Zakat Bab Penyebutan Khowarij Dan Juga Sifat-Sifatnya karena memang setelah ini ada kisah, yang mengatakan kepada Nabi ﷺ

ويْلَكَ

celaka kamu

أوَلَسْت أحَقَّ أهْلِ الأرْضِ أنْ يَتَّقِيَ اللَّهَ

bukankah Engkau adalah orang yang paling pantas untuk taqwa kepada Allāh ﷻ di permukaan bumi ini, dan dia meninggalkan Nabi ﷺ dan sampai Khalid ibn Walid mengatakan kepada Nabi ﷺ Wahai Rasulullāh ﷺ

ألَا أضْرِبُ عُنُقَهُ؟

Bolehkah aku memenggal kepala orang ini, dan kisahnya ada dalam hadits ini di dalam Shahih Bukhari.

وَقَوْله: والعرش فوق ذلك، والله فوق العرش، وهو يعلم ما أنتم علي

dan juga sabda Nabi ﷺ dan ‘arsy diatas itu semuanya dan Allāh ﷻ di atas arsy-Nya dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Syahidnya disini

وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ

dan Allāh ﷻ berada di atas ‘arsy-Nya, فَوْقَ artinya adalah di atas ini menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ berada diatas, dan ‘arsy di atas semuanya karena ‘arsy ini adalah makhluk Allāh ﷻ yang paling tinggi

والعرش فوق ذلك

dan ‘arsy di atas semuanya, yaitu di atas langit di atas kursiy bahkan di atas surga, di adalah makhluk yang paling tinggi dan dia adalah makhluk yang paling besar dan dia adalah makhluk yang pertama menurut pendapat yang lebih rajih

وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ

dan Allāh ﷻ berada di atas ‘arsy, dan Allāh ﷻ tidak butuh dengan ‘arsy, ‘arsy yang butuh dengan Allāh ﷻ, Allāh ﷻ lah yang menahan ‘arsy sehingga tidak tidak terjatuh, ‘arsy yang butuh kepada Allāh ﷻ sedangkan Allāh ﷻ beristiwa di atasnya dan Allāh ﷻ tidak butuh dengan ‘arsy.

وَهُوَ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ

Dan Dia mengetahui apa yang kalian ada di atasnya, maksudnya apa yang kalian kerjakan dan disini digabungkan antara ketinggian Allāh ﷻ dengan dalamnya ilmu Allāh ﷻ, ketinggian Allāh ﷻ bukan berarti Allāh ﷻ tidak tahu apa yang ada di sini, Allāh ﷻ Dia Maha Tinggi dan Allāh ﷻ Maha Mengetahui apa yang ada di bumi dan di tempat yang lain, tidak ada yang samar bagi Allāh ﷻ.

Tidak ada pertentangan antara tingginya Allāh ﷻ dengan ilmunya Allāh ﷻ Yang Maha Luas, dan ini sudah kita isyaratkan ketika kita membahas apa yang Allāh ﷻ sebutkan di dalam surat Al-Hadid dan juga surat Al-Mujadalah, yaitu Firman Allāh ﷻ tentang ma’iyatullāh

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ

إِلاَّ هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا

dan disebutkan di situ tentang ilmu Allāh ﷻ dan juga ma’iyatullāh, kalau yang dalam surat Al-Hadid disebutkan tentang ketinggian Allāh ﷻ yaitu Allāh ﷻ beristiwa diatas ‘arsy kemudian juga disebutkan tentang ma’iyatullāh, ma’iyah ‘ilmiyyah Allāh ﷻ berada di atas ‘arsy dan Dia mengetahui segala sesuatu, disini juga demikian, sehingga seperti diucapkan sebagian Allāh ﷻ Dia-lah yang Maha Tinggi sekaligus Dia sangat dekat dan sangat mengetahui dan Dia-lah yang qarīb (sangat dekat) dengan kita dan Allāh ﷻ Dia-lah yang berada di atas.

Tidak ada pertentangan di antara dua perkara ini, karena isykal baginya bagaimana Allāh ﷻ mengetahui segala sesuatu kalau Allāh ﷻ berada di atas ‘arsy sehingga dia memaknai atau meyakini bahwasanya Allāh ﷻ fi kulli makan (dimana-mana) karena ingin menyampaikan kepada kita bahwasanya Allāh ﷻ mengetahui segala sesuatu, tidak, Allāh ﷻ sebagaimana Allāh ﷻ kabarkan diatas ‘arsy dan Allāh ﷻ Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang samar bagi Allāh ﷻ dan Dia berada diatas ‘arsynya.

Hadits ini adalah ringkasan dari hadits yang dikenal dengan حديث الأوعال yaitu delapan malaikat, yang disebutkan dalam hadits Abbas bin Abdul Muththalib, beliau mengatakan

كُنتُ فِي البَطْحَاءِ فِي عِصَابَةٍ فِيهِم رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ

Aku di bathhā’ dan bersama beberapa orang diantaranya adalah Rasulullāh ﷺ

فَمَرَّت بِهِم سَحَابَةٌ ، فَنَظَرَ إِلَيهَا

maka lewat sebuah awan kemudian Beliau ﷺ melihat ke awan tersebut

فَقَالَ : ” مَا تُسَمُّونَ هَذِهِ ؟

kalian menamakan apa ini?

قالوا : السَّحَابُ

ini adalah awan

قَالَ : وَالمُزنُ

Beliau ﷺ mengatakan dan al-muzn

قَالُوا : وَالمُزنُ

ini adalah nama lain dari saḥāb

قَالَ : وَالعَنَانُ

Beliau ﷺ mengatakan وَالعَنَانُ, jadi namanya al-muzn / al-‘anān / as-saḥāb,

قَالُوا : وَالعَنَان

Abu Bakar mengatakan mereka juga mengikuti Nabi ﷺ dan mengatakan وَالعَنَان, yaitu namanya di antaranya adalah al-‘anān

قال : ” هَل تَدرُونَ مَا بُعدُ مَا بَينَ السَّمَاءِ وَالأَرضِ ؟ ” قالوا : لا نَدرِي

Nabi ﷺ mengatakan menurut kalian berapa jarak antara kalian dengan langit, mereka mengatakan kami tidak tahu

قَالَ : ” إِنَّ بُعدَ مَا بَينَهُمَا إِمَّا وَاحِدَةٌ أَو اثنَتَانِ أَو ثَلاثٌ وَسَبعُونَ سَنَةً ، ثُمَّ السَّمَاءُ فَوقَهَا كَذَلِكَ

Sesungguhnya jarak antara kalian dengan langit (yang pertama) adalah 71 atau 72 atau 73 tahun (Allāhua’lam disini adalah perjalanan seekor onta dengan kecepatan yang sedang) dan langit yang berada diatasnya demikian (artinya jaraknya juga sama)

حَتَّى عَدَّ سَبعَ سَمَوَاتٍ

sampai Beliau ﷺ menghitung tujuh langit

ثُمَّ فَوقَ السَّابِعَةِ بَحرٌ

kemudian setelah langit yang ketujuh ada baḥr yaitu laut yang luas

بَينَ أسفَلِهِ وَأَعْلاهُ مِثلُ مَا بَينَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ

jarak antara atasnya dan bawahnya ini seperti jarak antara satu langit dengan langit yang lain

ثُمَّ فَوقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ

kemudian diatasnya ada delapan malaikat

بَينَ أَظلافِهِم وَرُكَبِهِم مِثلُ مَا بَينَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ

antara أَظلافِهِم وَرُكَبِهِم, adzhlāf ini disebutkan dalam syarah bahwasanya adzhlāf bagi sapi atau kambing ini seperti sepatunya kuda, jadi kalau untuk sapi dan juga kambing namanya adzhlāf kalau untuk kuda namanya hafits, sejenis, antara itu dengan وَرُكَبِهِم dengan lutut-lutut mereka, antara telapak kakinya tadi dengan lututnya itu jaraknya adalah seperti antara langit dengan langit berikutnya. Ini menunjukkan tentang besarnya malaikat tadi dan itu jumlahnya bukan hanya satu tapi ada delapan

ثُمَّ عَلَى ظُهُورِهِم العَرشُ

kemudian diatas punggung-punggung mereka ada al-‘arsy

بَينَ أَسفَلِهِ وَأَعلاهُ مِثلُ مَا بَينَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ

antara atasnya dan bawahnya itu seperti antara langit dengan langit berikutnya

ثُمَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَوقَ ذَلِكَ

kemudian Allāh ﷻ di atasnya.

Hadits ini disini Syaikhul Islam mengatakan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan juga At-Tirmidzi dan selain keduanya dan yang saya bacakan tadi lafadz Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani beliau mendhaifkan  hadits ini.

Seandainya ini adalah hadits yang dhaif maka kita berpegang dengan ucapan Syaikhul Islam yang awal bahwasanya dalam masalah nama dan juga sifat berpegang dengan hadits-hadits yang shahih. Kenapa beliau mendatangkan hadits ini, beliau sepertinya menghukumi hadits ini dengan hasan atau shahih karena memang ada sebagian yang menghasankan tapi bukan dari haditsnya Abbas haditsnya Abdullah bin Mas’ud, menghasankan hadist ini.

Allāhua’lam seandainya ini adalah hadits yang hasan maka menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ adalah di atas ‘arsy dan Allāh ﷻ memiliki sifat ‘Uluw dan seandainya dia adalah hadits yang tidak shahih maka ketinggian Allāh ﷻ telah tetap di dalam dalil-dalil yang lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى