Halaqah 56 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Mendengar Bagi Allah ﷻ – Dalil Pertama Bag 02

Halaqah 56 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Mendengar Bagi Allah ﷻ – Dalil Pertama Bag 02

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-56 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Rasulullah ﷺ saat itu diturunkan kepada Beliau ﷺ wahyu, ketika sudah selesai wahyu maka beliau berkata kepada Khaulah datangkan suamimu, kemudian dia memanggil suaminya

فتلا عليه رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ” قد سمع الله قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا

kemudian beliau membacakan قد سمع الله ini kepada suami istri tersebut

قالت عائشة : تبارك الذي وسع سمعه الأصوات كلها

ketika turunnya ayat ini yang berkaitan dengan wanita ini dan ‘Aisyah saat itu berada di dekat Rasulullah ﷺ maka ‘Aisyah mengatakan Sungguh berbarokah Dzat yang pendengaran-Nya meliputi seluruh suara semuanya

إن المرأة لتحاور رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وأنا في ناحية البيت أسمع بعض كلامها ويخفى علي بعضه إذ أنزل الله : ” قد سمع الله ” الآيات

Sesungguhnya seorang wanita berbicara kepada Rasulullah ﷺ dan aku berada di sebagian tempat di rumah, artinya dekat jaraknya, dekat dan tidak jauh, aku mendengar sebagian ucapannya dan sebagian yang lain samar bagiku kemudian Allāh ﷻ menurunkan Firman-Nya

قد سمع الله

Sungguh Allāh ﷻ telah mendengar.

Syahidnya disini ‘Aisyah ingin mengatakan kepada kita bagaimana sifat As-Sam’ yang dimiliki oleh Allāh ﷻ yang sangat luar biasa yang sangat sempurna.

‘Aisyah Radhiallahu Ta’ala Anha dan dia berada di bumi dan hanya berjarak beberapa meter dari wanita tadi tidak mendengar apa yang diucapkan wanita tadi kepada Rasulullah ﷺ, mendengar sedikit tapi sebagian yang lain samar, tapi Allāh ﷻ Yang Maha Tinggi yang Beristiwa diatas Arsy, Yang Maha Besar, Yang Maha Tinggi, ternyata Allāh ﷻ mendengar apa yang diucapkan oleh wanita tadi dan mendengar syakwā (aduan) dia ketika dia mengatakan

اللهم إني أشكو إليك

Aku mengadukan kepada-Mu kesusahanku, Allāh ﷻ Maha Mendengar dan yang namanya syakwā biasanya diucapkan dengan ucapan yang lirih, tapi Allāh ﷻ Maha Mendengar, ini menunjukkan bahwasanya seorang muslim hendaklah dia kalau ingin mengadu, mengadu kepada Allāh ﷻ, kalau dia mendapatkan kesusahan mendapatkan musibah atau dia memiliki masalah dengan anaknya memiliki masalah dengan suaminya dengan istrinya, mengadu kepada Allāh ﷻ, karena kalau dia mengadu kepada Allāh ﷻ, Allāh ﷻ akan memberikan jalan keluar bukan justru mengadu kepada manusia, menceritakan ini kepada manusia dimana manusia dia bukan tempat untuk memberikan pengaduan, bukan tempat yang pas karena dia tidak bisa melakukan apa-apa, kekuasaan ada ditangan Allāh ﷻ.

Maka seorang mengadu kepada Allāh ﷻ apabila dia mendapatkan kesusahan baik dalam masalah ekonomi, dalam masalah hubungan dengan suami dengan istri, dalam mendidik anak-anaknya, banyak diantara kita yang merasakan kesusahan dan kerepotan ketika mendidik mereka, mengadu kepada Allāh ﷻ.

Maka Allāh ﷻ Dialah Yang Maha Mendengar ucapan kita dan Dia-lah yang bisa menyelesaikan problem kita seperti yang dilakukan oleh wanita tadi, bagaimana Allāh ﷻ kemudian menurunkan ayat yang dengannya jelas bagi seorang seperti Khaulah dan juga suaminya tentang hukum yang sebenarnya.

Kecuali apabila seseorang ingin meminta pendapat, kalau ingin menceritakan kepada orang lain bukan dalam rangka untuk karena dia tidak terima dengan takdir Allāh ﷻ tapi ingin meminta pendapatnya misalnya, maka ini tidak masalah. Kalau maksudnya adalah karena ketidaksabaran dia menunjukkan tentang ketidaksabaran dia tentang takdir Allāh ﷻ maka ini tidak boleh.

Nabi Ya’qub ‘alaihissalam apa yang beliau katakan ketika diuji oleh Allāh ﷻ kehilangan Yusuf kehilangan Bunyamin

إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي وَحُزۡنِيٓ إِلَى ٱللَّهِ

Aku hanya mengadukan kesedihanku dan kesusahanku kepada Allāh ﷻ. Beliau tidak mengadukan kesusahan ini kepada manusia, apa yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan yang menimpa beliau, beliau mengadukan ini semua kepada Allāh ﷻ.

Maka hendaklah kita membiasakan diri untuk mengadukan perkara kita kepada Allāh ﷻ khususnya di waktu-waktu yang mustajab, di sepertiga malam yang terakhir, di siang hari kita banyak masalah, masalah dakwah masalah anak masalah orang tua bangun kita di malam hari kita adukan semuanya kepada Allāh ﷻ, minta penyelesaian minta kemudahan dalam menghadapi ini semua, maka Insyā Allāh bi idznillāh barangsiapa yang mengadukan perkaranya kepada Allāh ﷻ maka dia akan mendapatkan jalan keluar

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allāh ﷻ maka Allāh ﷻ akan memberikan jalan keluar.

Jadi mengadu kepada Allāh ﷻ inilah yang dipuji, adapun mengadu kepada makhluk maka ini tidak boleh yang demikian kecuali kalau untuk maslahat, seperti orang yang menceritakan sakitnya kepada dokter, bagian ini sakit bagian ini sakit bukan karena kita tidak sabar dengan takdir Allāh ﷻ tapi untuk pengobatan supaya dia tahu mana yang harus di obati

وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآۚ

Dan Allāh ﷻ mendengar pembicaraan di antara kalian berdua.

Apa yang diucapkan oleh Nabi ﷺ dan apa yang ucapkan oleh wanita tadi dan bagaimana wanita ini tujādil, Rasul ﷺ sudah mengatakan

حرمت عليه

Engkau sudah diharamkan atas dia, tapi dia masih memuroja’ah Nabi ﷺ, Ya Rasulullah ﷺ tapi aku punya ini aku punya ini aku dulu masih muda dan kaya kemudian dia demikian dan dia adalah orang yang paling saya cintai dan seterusnya dan Rasulullah ﷺ mengatakan

حرمت عليه

kamu sudah diharamkan atasnya, ini namanya mujādalah.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى