Halaqah 53 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Tangan Bagi Allah ﷻ

Halaqah 53 ~ Dalil Yang Menunjukkan Sifat Tangan Bagi Allah ﷻ

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-53 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mendatangkan ayat yang berkaitan dengan sifat tangan bagi Allāh ﷻ

وَقَوْلُهُ

dan juga Firman Allāh ﷻ

مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

dan Firman Allāh ﷻ apa yang mencegahmu, apa yang menahanmu, ini Allāh ﷻ berbicara kepada iblis yang ketika disuruh oleh Allāh ﷻ untuk sujud kepada Adam, dan sujud disini adalah sujud penghormatan, dia tidak mau untuk bersujud maka Allāh ﷻ berkata kepada iblis مَا مَنَعَك apa yang mencegahmu أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَي apa yang mencegahmu untuk sujud kepada sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apa yang bisa kita ambil faedahnya dari ayat ini, bahwasanya Allāh ﷻ berbicara, jelas Allāh ﷻ memiliki sifat Kalam, kemudian Allāh ﷻ memiliki sifat Khalq, kemudian di antara sifat yang bisa kita ambil di sini bahwasanya Allāh ﷻ memiliki dua tangan بِيَدَي dengan kedua tangan-Ku, disandarkan kepada siapa dua tangan di sini, disandarkan kepada Allāh ﷻ, menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki tangan, memiliki sifat tangan dan bahwasanya jumlah tangan Allāh ﷻ ada dua, maka kita sebagai seorang muslim kita tetapkan apa yang Allāh ﷻ tetapkan, Allāh ﷻ memiliki dua tangan.

Bagaimana kaifiyahnya, bagaimana tangan Allāh ﷻ kita tidak mengetahui, Allāh ﷻ tidak mengabarkan kepada kita tentang kaifiyahnya, cuma Allāh ﷻ mengabarkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki dua tangan maka kita beriman. Apakah dia memiliki kaifiyah, jelas dia memiliki kaifiyah, segala sesuatu pasti memiliki kaifiyah tapi kita tidak mengetahui tentang kaifiyahnya, makna tangan kita tahu karena kita punya tangan, saudara kita punya tangan dan kita memahami makna tangan tapi kita yakin bahwasanya tangan Allāh ﷻ tidak sama dengan tangan manusia.

ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Kita tetapkan tangan bagi Allāh ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya, tidak ada di dalamnya tasybih, kita tidak menyerupakan tangan Allāh ﷻ dengan tangan makhluk, kita tidak mengatakan tangan Allāh ﷻ sama dengan tangan saya ini, kita tidak mengatakan demikian dan kita tidak mengatakan bahwasanya tangan Allāh ﷻ adalah seperti ini tapi kita tetapkan Allāh ﷻ memiliki tangan sesuai dengan kesempurnaannya yang kita tidak pernah melihatnya dan kita tidak mengetahui bagaimana.

Sebagian orang ada yang mentakwil kedua tangan di sini maksudnya adalah, bukan maksudnya Allāh ﷻ punya tangan tapi maksudnya dengan kekuasaan Allāh ﷻ (bi qudratillah) dan ini adalah takwil, kenapa mereka melakukan itu, mereka mengatakan kalau kita tetapkan Allāh ﷻ punya tangan berarti Allāh ﷻ seperti makhluk, berarti kita menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk dan kita tidak boleh menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk, kemudian akhirnya mereka mencari dan katanya mentakwil dan mengatakan maksud dari tangan di sini adalah kekuasaan, sehingga secara tidak mereka sadari mereka telah menafikan sifat tangan dari Allāh ﷻ dan ini dinamakan muatthil yaitu menafikan.

Ketika mereka mendatangkan makna baru, di sini dinamakan dengan muharrif, berarti mereka sebelum mentakwil sudah terjatuh ke dalam ta’thil dan tasybih, ketika mereka menta’thil (menafikan) sebelumnya mereka membayangkan terlebih dahulu, seakan-akan kalau menetapkan tangan bagi Allāh ﷻ berarti menyerupakan, berarti mereka menyerupakan terlebih dahulu, Ahlus Sunnah tidak, Ahlus Sunnah mengatakan Allāh ﷻ memiliki tangan tidak sama dengan tangan mahkluk, tapi mereka masuk dalam tasybih terlebih dahulu kemudian setelah itu terjerumus ke dalam ta’thil kemudian setelah itu masuk ke dalam takwil, terjerumus kedalam tasybih, ta’thil terus takwil tahrif, ini celakanya orang yang tidak mengikuti manhaj salaf, terjerumus ke dalam berbagai penyimpangan di dalam masalah nama dan juga sifat Allāh ﷻ.

Kita katakan bahwasanya takwil seperti ini adalah takwil yang bathil, pertama kalau kita memperhatikan firman Allāh ﷻ

مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

Apa yang menghalangimu untuk sujud terhadap sesuatu yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku.

Allāh ﷻ ketika mengucapkan ucapan ini kepada iblis, Allāh ﷻ ingin menunjukkan keutamaan Adam di atas iblis, itu yang Allāh ﷻ inginkan, Allāh ﷻ ingin menunjukkan bahwa Adam itu punya kelebihan dibanding dirimu makanya kamu disuruh untuk sujud kepada adam yaitu sujud dengan sujud penghormatan, kenapa engkau tidak sujud kepada sesuatu yang aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku, ini kelebihan. Sekarang kalau kita takwil tangan disini dengan qudroh, dengan kekuasaan Allāh ﷻ, apakah ini menunjukkan kelebihan, Allāh ﷻ ketika menciptakan iblis apakah menciptakan dengan qudrohnya, jelas Allāh ﷻ menciptakan segala sesuatu dengan qudroh-Nya, qudroh untuk mencipta kekuasaan dan kemampuan untuk mencipta ini adalah akbaru qudrah, ini adalah sebesar-besar qudroh sebesar-besar kekuasaan, kalau kita takwil disini dengan kekuasaan-Ku maka tidak ada di sana mizah, tidak ada di sana keistimewaan yang dimiliki oleh Adam dibandingkan dengan iblis, dua-duanya diciptakan Allāh ﷻ dengan kekuasaan Allāh ﷻ maka jelas ini adalah takwil yang bathil.

Kemudian kalau kita takwil dengan qudroh apakah kita katakan bahwasanya لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَي di sini adalah yang Aku ciptakan dengan dua qudroh-Ku, dengan dua kekuasaan Allāh ﷻ, membatasi kekuasaan Allāh ﷻ dengan dua saja, apa yang dimaksud dengan dua kekuasaan bukankah Allāh ala kulli syai’in qadir bukankah Allāh ﷻ Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, bagaimana dia mentakwil dua tangan di sini dengan dua qudroh, ini tidak sesuai.

Dan para ulama menjelaskan seandainya memang maknanya adalah kekuasaan maka mereka menjelaskan, tidaklah seseorang dikatakan dia memiliki tangan dan maknanya adalah kekuasaan kecuali dia memang punya tangan yang sebenarnya, tidaklah seseorang misalnya disifati dia memiliki tangan tidaklah disifati dengan memiliki tangan yang maknanya kekuasaan kecuali bagi orang yang memang dia memiliki tangan, adapun makhluk yang tidak memiliki tangan maka tidak mungkin dipakai tangan untuk dirinya ini yang maknanya adalah kekuasaan, ini perlu dipahami.

Ada yang mengartikan yad di sini adalah nikmat, Aku ciptakan dengan nikmat-Ku, sama juga ini adalah takwil yang bathil, apa yang dimaksud dengan dua nikmat, Allāh ﷻ menciptakan selain nabi Adam juga dengan nikmat-Nya, tidak ada di sana mizah (keutamaan) yang dimiliki nabi Adam kalau maknanya adalah demikian.

Adapun memang digunakan oleh sebagian orang ِArab dia mengatakan kepada yang lain misalnya dia sudah banyak bantu orang lain

أنا لي عليك يد

ini dipakai oleh orang Arab, لي عليك يد aku punya jasa terhadap dirimu yaitu jasa kenikmatan, aku telah membantumu aku telah berjasa kepadamu mereka mengatakan لي عليك يد aku punya tangan atasmu dipakai oleh orang Arab, tapi untuk ayat ini tidak bisa ditakwil dengan nikmat, disini ada dua يَدَي dengan kedua tangan-Kku tak bisa diartikan dengan dua nikmat, dan para ulama menjelaskan kalau misalnya kita terima adanya majas maka yang namanya majas itu tidak menggunakan tatsniyah, kalau sudah menggunakan bilangan dua maka ini tidak bisa dikatakan itu majas, itu pasti hakiki. Ini disepakati oleh mereka juga orang-orang yang menganggap adanya majas, majas ini ada pada yang mufrad atau yang jama’ tapi kalau dua ini tidak bisa di katakan itu majas, tapi itu adalah sesuatu yang hakikat. Jadi kita tetapkan tangan bagi Allāh ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya.

Diantara yang menunjukkan bahwasanya tangan yang Allāh ﷻ miliki adalah tangan yang haqiqi, sifat-sifat yang Allāh ﷻ tunjukan, Allāh ﷻ gunakan tentang tangan-Nya disebutkan dalam sebagian dalil bahwasanya Allāh ﷻ memegang atau disebutkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki jari, Allāh ﷻ mensifati bahwasanya tangan-Nya adalah yamin dan tangan-Nya memegang maka ini menunjukkan bahwasanya ini adalah tangan yang haqiqi sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ, tidak boleh sekali-kali kita mentakwilnya dengan mengatakan kekuasaan.

Sekarang kalau kita katakan artinya adalah qudroh, kita katakan dengan antum menetapkan itu adalah qudroh antum sudah menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk, kok bisa, karena makhluk juga punya qudroh, Allāh ﷻ punya qudroh maka makhluk juga memiliki qudroh. Ketika antum mengatakan bahwasanya tangan Allāh ﷻ disini adalah qudratullah, antum tidak keluar dari tasybih menurut versinya antum, antum menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk karena antum menetapkan qudroh bagi Allāh ﷻ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى