Halaqah 47 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Menunjukkan Sifat Marah Bagi Allāh ﷻ (QS Muhammad 28 dan QS Az Zuhruf 55)

Halaqah 47 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Menunjukkan Sifat Marah Bagi Allāh ﷻ (QS Muhammad 28 dan QS Az Zuhruf 55)

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqīdah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-47 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Insya Allāh kita lanjutkan dan masuk pada dalil-dalil yang menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Al-Ghodhob (sifat marah)

وَقَولُهُ :ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ

Yang demikian karena mereka mengikuti apa yang menjadikan Allāh ﷻ murka, ini ada didalam surah Muhammad (ayat 28), sebelumnya Allāh ﷻ mengatakan (ayat 25-27)

إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱرۡتَدُّواْ عَلَىٰٓ أَدۡبَٰرِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡهُدَى ٱلشَّيۡطَٰنُ سَوَّلَ لَهُمۡ وَأَمۡلَىٰ لَهُمۡ

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُواْ لِلَّذِينَ كَرِهُواْ مَا نَزَّلَ ٱللَّهُ سَنُطِيعُكُمۡ فِي بَعۡضِ ٱلۡأَمۡرِۖ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِسۡرَارَهُمۡ

فَكَيۡفَ إِذَا تَوَفَّتۡهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَضۡرِبُونَ وُجُوهَهُمۡ وَأَدۡبَٰرَهُمۡ


yaitu orang-orang munafik, maka Allāh ﷻ mengabarkan di sini, maka bagaimana seandainya malaikat-malaikat mematikan mereka, memukul wajah-wajah mereka dan juga bagian belakang mereka, karena mereka mengikuti apa yang membuat murka Allāh ﷻ, ini syahidnya, mereka mengikuti yaitu melakukan mengamalkan apa yang membuat murka Allāh ﷻ dan mereka membenci keridhohan Allāh ﷻ.

Berbeda dengan orang yang beriman yang mereka berusaha untuk mendapatkan ridho Allāh ﷻ, beramal untuk mendapatkan keridhoan Allāh ﷻ sementara orang-orang munafiqin mereka membenci keridhoan Allāh ﷻ.

فَأَحۡبَطَ أَعۡمَٰلَهُمۡ

Maka Allāh ﷻ membatalkan dan menggugurkan amalan mereka. Jadi syahidnya di sini adalah Firman Allāh ﷻ

ٱتَّبَعُواْ مَآ أَسۡخَطَ ٱللَّهَ

mereka mengikuti apa yang menjadikan Allāh ﷻ marah.

Berarti Allāh ﷻ memiliki sifat Sukhthun atau Sakhoth, bisa dibaca sukhthun bisa dibaca sakhoth, dua-duanya adalah sifat atau mashdar sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ. Maka seorang muslim tentunya tidak ingin memiliki sifat orang-orang munafik yang mereka mengikuti apa yang menjadikan Allāh ﷻ murka, seorang muslim adalah seorang yang dia berusaha untuk bagaimana Allāh ﷻ itu ridho kepadanya, bagaimana Allāh ﷻ itu cinta kepadanya yaitu dengan melakukan perkara-perkara yang membuat ridho Allāh ﷻ, apa perkara yang membuat ridho Allāh ﷻ tentunya dengan melaksanakan perintah Allāh ﷻ dan juga menjauhi apa yang Allāh ﷻ larang. Seorang muslim berbeda dengan seorang yang munafik, dia berusaha untuk mengikuti apa yang membuat ridho Allāh ﷻ bukan yang membuat murka Allāh ﷻ

وَكَرِهُوا رِضْوَانَه

Mereka pun membenci keridhoan Allāh ﷻ.

Berarti di sini juga menetapkan tentang sifat ridho atau sifat ridhwan, bisa sifat ridho bisa sifat ridhwan, dan sifat ridho ini sudah berlalu pembahasannya ketika di sebutkan Firman Allāh ﷻ

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

Allāh ﷻ ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allāh ﷻ.

فَأَحۡبَطَ أَعۡمَٰلَهُمۡ

Maka Allāh ﷻ membatalkan amalan mereka, bisa juga di sini kita mengambil satu sifat diantara sifat Allāh ﷻ yaitu sifat Ihbath yaitu sifat membatalkan, ini adalah sifat fi’liyyah cuma yang menjadi syahid yang utama di sini adalah sukhthun atau sakhoth, bisa juga kalau kita meneliti ayat ini maka di sana ada sifat yang lain, bahkan ada nama Allāh ﷻ yaitu Lafdzul Jalalah, disana ada sifat sakhoth sukhth, ada sifat ridhwan, ada sifat ihbath, demikian pula ayat yang sebelumnya bisa juga diambil sifat ghodhob, sifat la’nah, kemudian juga Lafdzul Jalalah, ada nama Allāh ﷻ Lafdzul Jalalah dan ada sifat Al-Uluhiyah. Kemudian setelahnya

فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ فَأَغۡرَقۡنَٰهُمۡ

(الزخرف – 55)

Maka ketika mereka membuat marah Kami, yaitu fir’aun dan juga bala tentaranya, ءَاسَفُونَا artinya adalah membuat marah Kami, Al-Asaf ini adalah sifat yang terkandung dalam ءَاسَفُون maknanya adalah syiddatul ghodhob yaitu kemarahan yang besar, berarti bersama dengan sukhthun atau sakhoth tadi. Dan di sana ada makna yang lain dari Al-Asaf yaitu syiddatul huzn, jadi kalimat asaf ada dua makna ada syiddatul ghodhob ada syiddatul huzn, ada kemarahan yang sangat ada kesedihan yang sangat, dari mana kita tahu dan bagaimana kita mengartikan, dilihat konteksnya tentunya.

Ketika di sini

فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُمۡ

Ketika mereka membuat marah Kami maka Kami pun menghukum mereka, فَأَغۡرَقۡنَٰهُم kami pun menenggelamkan mereka berarti di sini apa Syiddatul Al-Ghodhob. Di sana ada syiddatul hizn dan juga dalam firman Allāh ﷻ yang lain tadi

وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ غَضۡبَٰنَ أَسِفٗا

Ini maksudnya adalah marah yang sangat, dan dia menguatkan ghodhban, sebelumnya ghodhban itu sudah menunjukkan haal yaitu keadaan dia marah, ditambah lagi dengan Asifan ini menguatkan.
Adapun dalam firman Allāh ﷻ

يَٰٓأَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ

yang diucapkan oleh Nabi ﷺ Ya’qub ketika sedih dengan perginya Yusuf, dia mengatakan يَٰٓأَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ, makna asaf di sini sedih yaitu syiddatul hizn, dia sangat sedih dengan apa yang terjadi, dan lain antara kesedihan dengan tidak ridho dengan takdir Allāh ﷻ. Sedih sesuatu yang tabiat, ini adalah tabiat manusia ketika dia berpisah dengan orang yang dia cintai dia bersedih dan tidak meladzimkan dari kesedihan tadi tidak Ridho dengan takdir Allāh ﷻ.

Makanya Nabi ﷺ ketika berpisah dengan Ibrahim putra beliau apa yang beliau katakan, sungguh hati ini sedih dan mata ini mengalir air mata dan sesungguhnya kami sangat bersedih berpisah denganmu wahai Ibrahim, kami tidak mengatakan kecuali apa yang membuat ridho Allāh ﷻ. Sedih ini adalah tabiat manusia, tidak mengurangi keimanan seseorang karena sedih ini, Nabi ﷺ Ya’qub bersedih, ini adalah tabiat karena dia melihat kesholehan Yusuf dan anak yang menyejukkan mata sehingga ketika beliau kehilangan maka beliau bersedih bahkan menangis bahkan sampai buta saking sedihnya dan saking banyak air mata yang keluar dari beliau Alaihissalam.

Syahidnya disini bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Asaf, Al-Ghodhob, kemudian As-Sukhth kemudian sifat Asaf maka ini hampir sama maknanya

ٱنتَقَمۡنَا مِنۡهُم

Maka kami mengadzab mereka. Berarti diantara sifat Allāh ﷻ adalah intiqa, sifat Allāh ﷻ adalah sifat intiqa, dan disini adalah sifat fi’liyyah, asaf ini juga sifat fi’liyah intiqa juga demikian, berkaitan dengan masyiatullah.

فَأَغۡرَقۡنَٰهُم

Sifat Iqghraq, yaitu menghilangkan, ini juga termasuk sifat, jadi sifat di sini bukan hanya Asaf saja tapi Iqghraq kemudian Intiqa juga sifat Allāh ﷻ dan ini adalah sifat yang kita ambil dari af’al, sifat fi’liyyah, yang kita ambil dari pekerjaan-pekerjaan Allāh ﷻ. Sehingga kalau kita membuka Al-Quran dan membuka satu halaman diantara halaman-halaman yang ada di mushaf dan kita disuruh untuk mengeluarkan di situ sifat-sifat Allāh ﷻ maka jangan lupa kita juga menyebutkan sifat-sifat fi’liyyah dan sifat-sifat fi’liyyah bagi Allāh ﷻ dalam Al-Quran banyak sekali, sifat tanzil, sifat inzal yaitu sifat menurunkan sifat Ighraq sifat Intiqa sifat ta’dzib dan seterusnya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى