Halaqah 43 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Nama Ar Rahman dan Ar-Rahim dan Sifat Rahmat Bag 03 (QS Al Ahzab 43, QS Al An’am 54, QS Yunus 107, & QS Yusuf 64 )

Halaqah 43 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Nama Ar Rahman dan Ar-Rahim dan Sifat Rahmat Bag 03 (QS Al Ahzab 43, QS Al An’am 54, QS Yunus 107, & QS Yusuf 64 )

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqīdah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-43 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau rahimahullah mendatangkan beberapa ayat yang menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ di antara nama-Nya adalah Ar-Rahman Ar-Rahim dan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Rahmah.

Kemudian beliau mendatangkan firman Allāh ﷻ

وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

Dan Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Menyayangi orang-orang yang beriman. Dan ini adalah rahmah yang khasah, rahmah yang khusus yang Allāh ﷻ khususkan bagi orang-orang yang beriman sebagaimana tadi sudah kita sebutkan contohnya, yaitu nikmat hidayah, nikmat menempuh jalan yang lurus, nikmat mengikuti sunnah Nabi ﷺ, nikmat taubat, maka ini adalah rahmat Allāh ﷻ yang Allāh ﷻ khususkan bagi orang-orang yang beriman, surga juga demikian. Kemudian, dan Allāh ﷻ mengatakan

ْكَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ

Allāh ﷻ telah menetapkan atas diri-Nya, mewajibkan atas diri-Nya rahmah. Allāh ﷻ menetapkan atau bisa juga mewajibkan atas diri-Nya Rahmah, dan Allāh ﷻ mewajibkan atas diri-Nya apa yang Dia kehendaki dan makhluk tidak boleh mewajibkan kepada Allāh ﷻ, disini Allāh ﷻ mewajibkan atas diri-Nya dan dalam hadits kursi Allāh ﷻ mengharamkan atas diri-Nya kedzoliman

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan atas diri-Ku kedzaliman, Allāh ﷻ mengharamkan atas diri-Nya kedzaliman dan Allāh ﷻ mewajibkan atas dirinya Rahmat yaitu menyayangi. Didalam sebuah hadits Nabi ﷺ mengatakan

إِنَّ الله لمّا خلق الله الخلق كتب في كتابِ

Allāh ﷻ ketika menciptakan makhluk-Nya Allāh ﷻ menulis sebuah tulisan atau mewajibkan

فهو عنده فوق العرش

Dan itu disisi-Nya berada di atas Arsy

إن رحمتي سَبَقَتْ غَضَبِي

Bahwasanya rahmat-Ku itu mendahului marah-Ku, menunjukkan bagaimana kebesaran kasih sayang Allāh ﷻ. Kalau seseorang mencermati nama Allāh ﷻ dan juga memperhatikan sifat rahmah yang Allāh ﷻ sebutkan di dalam Al-Qur’an dan juga sunnah Nabi ﷺ dan dia memperhatikan apa yang ada di sekitarnya dan memperhatikan dirinya sendiri, mengulang kembali bagaimana Allāh ﷻ merahmati dari semenjak dia kecil sampai dia sekarang menjadi orang yang dewasa, bagaimana Allāh ﷻ membimbing, bagaimana Allāh ﷻ memudahkan maka akan muncul di dalam dirinya sifat optimis dan tidak putus asa, senantiasa berharap kepada Allāh ﷻ sesempit apapun keadaannya. Tidaklah berputus asa dari rahmat Allāh ﷻ kecuali orang-orang yang tidak mengenal Allāh ﷻ, bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Penyayang

ْكَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ

Allāh ﷻ telah mewajibkan atas dirinya Ar-Rahmah.
Kemudian beliau mendatangkan firman Allāh ﷻ

وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Dan Dia-lah Allāh ﷻ Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al-Ghofur nama di antara nama-nama Allāh ﷻ dan memiliki sifat Al-Ghofr, sifat yang terkandung di dalamnya adalah Al-Ghofr dan Al- Ghofr artinya adalah As-Sakr yaitu menutupi. Allāh ﷻ adalah Dzat yang sangat menutupi yaitu menutupi dosa-dosa hamba-Nya, sangat menutupi, demikian nama Allāh ﷻ Al-Ghofur.

Antum lihat pada diri antum sendiri dan kita semuanya, betapa banyak dosa-dosa yang kita lakukan Allāh ﷻ menutupi, Allāh ﷻ tutupi sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allāh ﷻ dan juga diri kita sendiri, teman kita tidak mengetahui, istri kita tidak mengetahui, anak kita tidak mengetahui padahal kita melakukan sebuah kemaksiatan, kenapa mereka tidak mengetahui karena Allāh ﷻ menutupi, kalau Allāh ﷻ menghendaki Allāh ﷻ akan buka dosa-dosa tadi dan kemaksiatan-kemaksiatan tadi sehingga dilihat oleh orang lain tapi Allāh ﷻ Dia-lah Al-Ghofur Dia-lah Yang Maha Menutupi.

Sehingga seseorang mengatakan, memohon kepada Allāh ﷻ Allahummaghfirliy, ya Allāh ﷻ ighfirliy, diantara maknanya adalah tutupilah aku, yaitu tutupilah dosaku jangan sampai terbongkar, terbuka sehingga tersebar di media massa misalnya atau di media sosial. Allahummaghfirliy, ya Allāh ﷻ tutupilah aku, ya Allāh ﷻ tutupilah aku, kalau Allāh ﷻ menghendaki dengan caranya bisa saja aib-aib kita dan dosa-dosa kita dan maksiat kita terbongkar, apalagi di zaman sekarang seorang bisa dengan kepandaiannya bisa melacak password, bisa membongkar akun orang lain, kalau Allāh ﷻ menghendaki tinggal menggerakkan mereka sehingga terjadilah apa yang terjadi, tapi Allāh ﷻ Dia-lah Al-Ghofur, Dia-lah Yang Maha Menutupi dosa

وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Dan syahidnya disini adalah Ar-Rahim karena di sini beliau sedang mendatangkan ayat-ayat yang menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat rahmah.

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan

اللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Maka Allāh ﷻ Dia-lah yang sebaik-baik penjaga. Menjaga apa? Pertama menjaga amalan, Allāh ﷻ Dia-lah yang menyimpan amalan kita, apakah ada yang tercecer dari amalan yang kita lakukan, tidak, tasbih yang antum ucapkan, kita sendiri tidak tahu berapa kali kita bertasbih, tahmid yang antum ucapkan, sholawat, atau sholat berapa rakaat yang antum lakukan, puasa yang antum lakukan, Allāh ﷻ catat semuanya itu dan Allāh ﷻ jaga semuanya itu untuk kita, maka Dia-lah sebaik-baik penjaga.

Kalau kita sebagai makhluk disuruh untuk menulis, jangankan orang lain, apa yang kita lakukan sendiri, amalan yang kita lakukan sendiri, pekerjaan yang kita lakukan sendiri maka kita tidak akan mampu untuk melakukannya, jangankan amalan dalam sehari yang satu jam saja kita suruh menulis semuanya kita tidak akan mampu, tapi Allāh ﷻ menjaga, dijaga oleh Allāh ﷻ. Allāh ﷻ menjaganya dan mereka sudah lupa tapi Allāh ﷻ menjaganya.

Demikian pula di antara maknanya Allāh ﷻ Dia-lah sebaik-baik penjaga yang menjaga kita dari musibah, banyak di sana sebenarnya hal-hal yang bisa memudhoroti kita tapi Allāh ﷻ menjaga kita dari musibah tadi. Banyak di sana bakteri, banyak di sana virus, banyak di sana hal-hal yang mengancam keselamatan kita tapi Allāh ﷻ jaga kita, apa yang ada di sekitar kita ini sekarang ada listrik misalnya, yang kalau sampai kesetrum seseorang bisa meninggal di tempat tapi Allāh ﷻ jaga, Allāh ﷻ jaga kabelnya, Allāh ﷻ jaga temboknya sehingga kita tidak terkena mudhorot tadi kecuali memang sudah datang ajalnya.

Kalau kita renungkan maka Allāh ﷻ telah menjaga kita dari banyak hal, dan di sana ada penjagaan Allāh ﷻ khusus untuk wali-wali-Nya, khusus untuk orang-orang yang beriman dan bertakwa yaitu dijaga dari kesesatan, dijaga dari penyimpangan, dijaga dari syubhat dan syahwat, maka Allāh ﷻ Dia-lah sebaik-baik hafidzan, Dia-lah sebaik-baik yang menjaga. Sehingga seorang muslim bertawakal hanya kepada Allāh ﷻ, ini diucapkan oleh Nabi Ya’qub Alaihissalam, beliau mengatakan ketika akan melepas putranya Bin Yamin

فَٱللَّهُ خَيۡرٌ حَٰفِظٗاۖ

Allāh ﷻ Dia-lah yang sebaik-baik penjaga.

Makhluk, apa yang bisa dia lakukan, jadi seorang muslim bertawakal hanya kepada Allāh ﷻ dan meyakini bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah sebaik-baik penjaga. Ketika kita melepas anak kita kembali ke pesantren atau ketika dia sekolah siapa yang menjaga dia kalau bukan Allāh ﷻ, dari mobil yang kencang, dari mungkin sedang berkelahi dengan temen-temen yang lain, yang kita tidak tahu anak-anak terkadang dia membawa senjata tajam, terkadang dia membeli sesuatu yang termudhoroti Allāh ﷻ yang menjaga mereka.

فَٱللَّهُ خَيۡرٌ حَٰفِظٗاۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Dan Dia-lah yang paling menyayangi, أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِين adalah Allāh ﷻ.

Makhluk, mereka juga memiliki sifat rahmah tapi siapa yang Arham, Allāh ﷻ, tidak ada yang lebih sayang daripada Allāh ﷻ. Oleh karena itu seorang ketika misalnya dia kehilangan seseorang yang dia cintai dan dia sangat sayang kepada orang tersebut, mungkin kehilangan anaknya yang sedang lucu-lucunya yang sedang dia ingin menumpahkan rahmatnya dan kasih sayang untuk anak tersebut, ketika dia meninggal dunia dia harus memahami bahwasanya Allāh ﷻ lebih sayang kepada anak tadi daripada dia.
Ketika kita menyayangi atau kasihan kepada seseorang yang fakir, orang yang miskin, maka Allāh ﷻ lebih sayang kepada mereka daripada kita, sehingga di sini menghindarkan ujub bagi seseorang, menghindarkan ujub pada dirinya dan juga menjadikan dia ridho dengan apa yang Allāh ﷻ takdirkan, Allāh ﷻ lebih sayang kepada anak kita dari pada diri kita sendiri.

Demikian pula ketika kita tertimpa musibah misalnya maka kita berharap ini adalah bagian dari rahmat Allāh ﷻ, ingin mengingatkan kita dari kelalaian kita. Di dalam sebuah hadits Nabi ﷺ mengatakan

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ

Allāh ﷻ kalau mencintai sebuah kaum maka Allāh ﷻ akan menguji mereka.

Diuji mereka, diturunkan kepada mereka bala, ujian dan juga cobaan. Jadi kita menetapkan sifat Rahmah bagi Allāh ﷻ dan tidak boleh kita mengingkari, karena ada sebagian yang mengingkari nama Ar-Rahman atau menetapkan nama Ar-Rahman tapi mengingkari sifat Rahmah, Al jahmiyah mereka mengingkari nama dan juga sifat Allāh ﷻ, mu’tazilah mereka menetapkan nama Allāh ﷻ tapi mengingkari sifat Allāh ﷻ sehingga mereka mengatakan Rohman bi la Rahmah, Dia adalah Ar-Rahman tapi tidak memiliki Rahmah.

Dan ada diantara mereka yang mentakwil dengan mengatakan bahwasanya rahmat Allāh ﷻ disini maksudnya adalah iradatul in’am atau kehendak Allāh ﷻ untuk memberikan nikmat. Kalau kita tanya kenapa dia mengingkari atau mentakwil rahmat Allāh ﷻ dengan demikian, karena kalau kita menetapkan rahmat Allāh ﷻ kita telah menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk sehingga kita takwil dengan irodah. Kita katakan, ketika antum mentakwil rahmat Allāh ﷻ dengan irodah bukankah makhluk juga memiliki irodah sehingga kalau kita mentakwil Rahmat Allāh ﷻ dengan iradatul in’am berarti sama saja kita juga menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk karena makhluk juga memiliki irodah, kita semuanya memiliki kehendak, memiliki keinginan.

Kalau dia mengatakan oh tidak, irodah makhluk sesuai dengan kekurangannya adapun irodah Allāh ﷻ sesuai dengan kesempurnaannya, sesuai dengan keagungannya. Kita katakan demikian pula rahmat Allāh ﷻ yang kita tetapkan adalah sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ dan rahmat yang dimiliki oleh manusia dan juga makhluk sesuai dengan kekurangannya, karena makhluk juga memiliki sifat rahmah. Allāh ﷻ mengatakan

مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ
[Al-Fath:29]

Mereka saling merahmati satu dengan yang lain. Dan Nabi ﷺ mengatakan

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ

Orang-orang yang penyayang maka mereka akan disayang oleh Allāh ﷻ. Maka jadilah kita orang yang menyayangi orang lain sehingga Allāh ﷻ akan menyayangi kita, menyayangi kita dengan Rahmat yang umum maupun Rahmat yang khusus.

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

Hendaklah kalian menyayangi orang yang ada di bumi niscaya Allāh ﷻ akan menyayangi kalian. Jadi sayangi orang lain, kasihanilah orang lain karena Allāh ﷻ, yaitu kita berharap Allāh ﷻ akan menyayangi kita.

Kemudian yang kedua hendaklah kita jangan putus asa dari rahmat Allāh ﷻ, hidup penuh dengan ujian, penuh dengan bala dan juga cobaan, sebesar apapun ujian yang menimpa kita, kesulitan apapun yang kita hadapi maka jangan kita putus asa dari Rahmat Allāh ﷻ dan yakin bahwasanya apa yang Allāh ﷻ takdirkan itulah yang terbaik bagi kita dan kita anggap mungkin itu adalah sesuatu yang kita benci ternyata di situ ada kebaikan bagi kita.

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ
(QS Al-Baqarah: 216)

Mungkin engkau benci sesuatu padahal itu adalah baik bagi kalian dan mungkin engkau mencintai sesuatu padahal itu adalah jelek bagi kalian.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى