Halaqah 40 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Sifat Ridha Bagi Allāh ﷻ

Halaqah 40 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Sifat Ridha Bagi Allāh ﷻ

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqīdah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-40 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mendatangkan sebuah ayat yang menunjukkan bahwasanya diantara sifat Allāh ﷻ yang harus kita yakini dan harus kita tetapkan untuk Allāh ﷻ adalah sifat Ar-Ridho. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

قَوْلُهُ: ِرَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

Allāh ﷻ Ridho kepada mereka dan mereka pun Ridho kepada Allāh ﷻ.

ِرَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ

Allāh ﷻ ridho kepada mereka, yaitu kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, ini menunjukkan bahwasanya diantara sifat Allāh ﷻ adalah Ridho dan ridho termasuk sifat fi’liyah khobariyyah. Sifat fi’liyah karena dia berkaitan dengan masyiatullah (kehendak Allāh ﷻ), Allāh ﷻ meridhoi siapa yang Dia kehendaki, kapan Dia kehendaki, ini termasuk sifat Fi’liyah. Dan ini adalah sifat khobariyah juga, sifat khobariyyah yaitu sifat Allāh ﷻ yang hanya diketahui dari arah kabar Allāh ﷻ dan juga Rasul-Nya, artinya hanya diketahui dengan dalil, disana ada sifat aqliyah yaitu sifat Allāh ﷻ yang diketahui dengan dalil dan diketahui dengan akal.

Adapun menetapkan sifat Allāh ﷻ dengan akal saja maka ini tidak boleh, jadi terkadang sifat Allāh ﷻ ada yang diketahui dengan dalil saja, tidak bisa dengan akal manusia yang terbatas dan terkadang di sana ada sifat Allāh ﷻ yang diketahui dengan dalil sekaligus dengan akal. Kalau yang dalil saja maka dinamakan dengan sifat khobariyah, dari kata khobar artinya sifat ini hanya diketahui dari kabar Allāh ﷻ dan juga Rasul-Nya. Dan di sana ada sifat Al-Aqliyah yaitu sifat yang diketahui dengan kabar (dalil) dan juga dengan akal manusia.

Misalnya Allāh ﷻ Dia-lah yang mencipta segala sesuatu, ketika seseorang berpikir, ketika seorang mencermati berarti Allāh ﷻ memiliki sifat Qudroh, ketika dia melihat bahwasanya penciptaan Allāh ﷻ adalah penciptaan yang sangat detail dan sangat kokoh penciptaan-Nya, tidak ada kekurangan sedikitpun, banyak hikmah, maka dia mengetahui bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Ilmu, sifat ilmu sifat qudro ada dalam dalil ‘alimun qadir (Allāh ﷻ Maha Mengetahui Maha Berkuasa), dan bisa diketahui juga dengan akal manusia.

Sifat ridho ini termasuk yang khobariyyah, tidak diketahui kecuali dengan dalil, kalau Allāh ﷻ tidak memberitahukan kepada kita bahwasanya dia memiliki sifat ridho maka kita tidak akan mengetahuinya. Berarti disini kita harus menetapkan sifat ridho bagi Allāh ﷻ, jangan kita menolaknya seperti mu’tazilah yang menafikan sifat-sifat Allāh ﷻ atau mentakwilnya seperti asy-sya’iroh mentakwil sifat ridho ini dengan irodah, sebagaimana mereka mentakwil sifat mahabbah dengan irodah, ridho juga demikian, alasannya sama karena menurut mereka kalau kita menetapkan sifat ridho bagi Allāh ﷻ berarti kita menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk, dimana makhluk memiliki sifat ridho, sehingga mereka ada yang menolaknya dan ada yang mentakwilnya.

Adapun Ahlul Sunnah Waljama’ah maka mereka menetapkan sebagaimana Allāh ﷻ menetapkan dan meyakini bahwasanya sifat ridho bagi Allāh ﷻ ini tidak sama dengan sifat ridho yang dimiliki oleh makhluk, sifat ridho yang dimiliki oleh Allāh ﷻ adalah sifat ridho yang sesuai dengan keagungan dan juga kesempurnaan Allāh ﷻ. Adapun ridho yang dimiliki oleh manusia maka sesuai dengan kekurangan dia, Allāh ﷻ ketika meridhoi maka itu berdasarkan karunia Allāh ﷻ, itu adalah karunia Allāh ﷻ, anugerah Allāh ﷻ dan itu berdasarkan ilmu, adapun manusia terkadang dia ridho dengan sesuatu padahal dia tidak mengetahui itu adalah perkara yang tidak baik sebenarnya atau beda dengan hakikatnya.

Dan ridho Allāh ﷻ ini adalah nikmat yang sangat besar, ketika Allāh ﷻ ridho kepada seseorang hamba maka ini adalah kenikmatan yang sangat besar bahkan lebih besar daripada kenikmatan-kenikmatan Jannah, kenikmatan-kenikmatan surga yang disebutkan oleh Nabi ﷺ

فيهَا مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ

Di dalamnya ada kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, di dengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia. Kalau kita berbicara tentang kenikmatan-kenikmatan surga Allāh ﷻ maka itu adalah kenikmatan-kenikmatan yang sangat besar, yang sangat luar biasa yang tidak pernah terbetik dalam hati manusia dan tidak pernah dilihat oleh mata manusia, tidak pernah didengar oleh telinga manusia, ternyata di sana ada yang lebih besar dan lebih nikmat daripada kenikmatan-kenikmatan surga tersebut yaitu keridhoan Allāh ﷻ kepada orang-orang yang beriman. Sehingga di dalam sebuah ayat Allāh ﷻ mengatakan

وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ

Dan keridhoan dari Allāh ﷻ itulah yang lebih besar, yaitu didalam surat At-Taubah (72) ketika Allāh ﷻ mengatakan

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ

Allāh ﷻ menjanjikan kepada orang-orang yang beriman laki-laki dan juga wanita, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan tempat tinggal tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘adn. Setelah itu Allāh ﷻ mengatakan, setelah menyebutkan sebagian kenikmatan yang Allāh ﷻ janjikan kepada orang-orang yang beriman yaitu surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan ini adalah nikmat tersendiri, merasakan nikmat adalah kenikmatan kekal di dalam kenikmatan itu adalah kenikmatan tersendiri, dan tempat tinggal tempat tinggal yang baik, kemudian Allāh ﷻ mengatakan

وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ

Dan keridhoan dari Allāh ﷻ kepada mereka, yaitu orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun wanita, itu adalah Akbar, sesuatu yang lebih besar, yang demikian adalah keberuntungan yang sangat besar.

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari Rahimahullah, Rasulullāh ﷺ mengatakan

إنَّ الله – عز وجل – يَقُولُ لأَهْلِ الجَنَّةِ : يَا أهْلَ الجَنَّةِ

Sesungguhnya Allāh ﷻ berkata kepada penduduk surga, Wahai penduduk surga

فَيقولُونَ : لَبَّيكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ

Iya ya Allāh ﷻ, iya wahai Robb kami

فَيقُولُ : هَلْ رَضِيتُم ؟

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan, Apakah kalian sudah ridho?, yaitu ketika mereka diberikan oleh Allāh ﷻ surga dan berbagai kenikmatan karena sebab amalan-amalan dan iman yang mereka lakukan di dunia هَلْ رَضِيتُم apakah kalian telah ridho

فَيقُولُونَ : وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى يَا رَبَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أحداً مِنْ خَلْقِكَ

Kemudian mereka mengatakan, bagaimana kami tidak ridho ya Allāh ﷻ sedangkan Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang Engkau tidak berikan kepada seorangpun dari makhluk-mu. Jadi masing-masing dari mereka merasa dirinya yang paling diberikan kenikmatan oleh Allāh ﷻ padahal sebagaimana kita tahu hum darojatun ‘indallah, mereka ini adalah berderajat-derajat, mereka ini memiliki kedudukan yang berbeda-beda di surga, seorang Nabi ﷺ tentunya beda tingkatannya dengan siddiq, orang yang shaleh tentunya dengan orang yang ashi yaitu orang yang berbuat maksiat di antara orang-orang yang beriman.

Masing-masing dari mereka saat itu merasa diberikan oleh Allāh ﷻ sesuatu yang paling nikmat yang tidak diberikan kepada yang lain dan Allāh ﷻ Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu sehingga dalam ayat wa rodhu ‘anhu, dan merekapun ridho, yaitu mereka gembira dengan kenikmatan-kenikmatan yang Allāh ﷻ berikan kepada mereka saat itu dalam surga, dan masing-masing merasa dirinya diberikan yang paling baik, yang paling nikmat dari Allāh ﷻ, wa rodhu ‘anhu, dan merekapun ridho kepada Allāh ﷻ

فَيقُولُ : ألاَ أُعْطِيكُمْ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ؟

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan, Aku akan berikan kepada kalian sesuatu yang lebih afdhol, yang lebih nikmat dari itu semuanya, Subhanallāh, maka orang-orang yang beriman penduduk surga saat itu mengatakan

فَيقُولُونَ : وَأيُّ شَيءٍ أفْضَلُ مِنْ ذلِكَ ؟

Mereka mengatakan wahai Robb ku apa sesuatu yang lebih afdhol dari apa yang sudah Engkau berikan kepada kami. Mereka sudah merasakan nikmatnya nikmat surga, ternyata di sana ada yang lebih afdhol daripada kenikmatan surga tadi, semoga Allāh ﷻ memasukkan kita semuanya ke dalam surga dan memberikan kepada kita apa yang lebih baik daripada kenikmatan surga yaitu ridho Allāh ﷻ, disini Allāh ﷻ mengatakan

فَيقُولُ

Allāh ﷻ mengatakan

أُحِلُّ عَلَيكُمْ رِضْوَانِي

Aku halalkan untuk kalian keridhoan-Ku, Allāh ﷻ ridho, Allāh ﷻ ridho dan senang dengan kita dan ridho dengan kita

فَلاَ أسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبَداً

Maka Aku tidak akan marah kepada kalian setelah ini selama-lamanya, Subhanallāh, Allāh ﷻ ridho kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kepada penduduk surga dan berjanji tidak akan marah kepada mereka selama-lamanya.

Kita di dunia seandainya kita sering dimarahi misalnya oleh orang tua kita ketika kita masih kecil, kemudian orang tua kita mengatakan bapak tidak akan marah sama kamu setelah ini, ibu tidak akan marah sama kamu setelah ini, bagaimana perasaan kita, gembira dan bahagia, Alhamdulillah berarti setelah ini aku tidak akan dimarahi lagi, yang ada adalah rahmah, yang ada adalah kelembutan, yang ada adalah kasih sayang.

Maka orang-orang yang beriman yang mereka memiliki rasa takut terhadap azab Allāh ﷻ, takut terhadap kemarahan Allāh ﷻ ketika mendengar bahwasanya Allāh ﷻ menghalalkan atas mereka keridhaan Allāh ﷻ dan Allāh ﷻ tidak akan marah kepada mereka selama-lamanya tentunya ini adalah sesuatu yang sangat menggembirakan mereka, yang sangat membahagiakan mereka, tidak dimarahi oleh Allāh ﷻ setelah itu, Allāh ﷻ akan ridho kepada mereka dan ridho Allāh ﷻ sekali lagi berdasarkan ilmu. Kalau Allāh ﷻ sudah meridhoi sebuah kaum maka itu adalah keutamaan yang besar, para sahabat radhiallāhu Ta’ala Anhu adalah orang-orang yang sudah di kabarkan oleh Allāh ﷻ bahwasanya Allāh ﷻ ridho kepada mereka

رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ

Allāh ﷻ ridho kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allāh ﷻ, dan ridho Allāh ﷻ berdasarkan ilmu, Allāh ﷻ tahu tentang kedudukan mereka dan keistiqomahan mereka dan keimanan mereka, keikhlasan mereka, muroqobahnya mereka, sungguh-sungguhnya mereka dalam mengikuti sunnah Nabi ﷺ. Dan apakah ilmu Allāh ﷻ hanya terbatas satu waktu saja, tidak, tentunya ilmu Allāh ﷻ Maha Luas, segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi Allāh ﷻ mengetahui, Allāh ﷻ mengetahui bahwasanya para sahabat Radhiallāhu Ta’ala Anhum di masa yang akan datang mereka akan Istiqomah di atas Islam dan meninggal di atas Islam, maka Allāh ﷻ mengabarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya Allāh ﷻ Ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allāh ﷻ, yaitu ridho Allāh ﷻ sebagai Robb-nya, sebagai sesembahannya, bahagia menjadi seorang hamba di antara hamba-hamba Allāh ﷻ, bersyukur kepada Allāh ﷻ dijadikan dan dipilih sebagai seorang hamba di antara hamba-hamba Allāh ﷻ.

Maka ini adalah sifat yang harus kita tetapkan bagi Allāh ﷻ yaitu sifat ridho, ridho sesuai dengan kesempurnaan Allāh ﷻ dan sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ, tidak ada di sana tasybih, tidak ada di sana penyerupaan sifat ridho Allāh ﷻ dengan ridho makhluk, makhluk ridho sebagaimana dalam ayat ini dan Allāh ﷻ juga memiliki sifat ridho, ridho yang pertama tidak sama dengan yang ridho yang kedua. Ridho yang pertama yaitu ridho Allāh ﷻ sesuai dengan keagungan-Nya dan ridho makhluk ini sesuai dengan kekurangan mereka.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى