Halaqah 39 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Sifat Mahabbah Bagi Allāh ﷻ Bagian 06 (QS Ali Imran 31)

Halaqah 39 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Sifat Mahabbah Bagi Allāh ﷻ Bagian 06 (QS Ali Imran 31)

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqīdah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-39 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Masuk kita pada pembahasan berkaitan dengan nama dan juga sifat Allāh ﷻ yaitu sifat Al-Mahabbah yaitu sifat mencintai bagi Allāh ﷻ. Dalil yang terakhir yang berkaitan dengan Mahabbah ini

وَقَوْلُهُ

Dan Allāh ﷻ berfirman

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
[Surah Aali-Imran:31]

Katakanlah (wahai Muhammad) kalau kalian benar-benar cinta kepada Allāh ﷻ, ini turun karena di sana ada sekelompok manusia, sebuah kaum yang mereka mengaku cinta kepada Allāh ﷻ dan ini banyak, orang-orang yang mereka mengaku cinta kepada Allāh ﷻ tapi apakah pengakuan-pengakuan tersebut bisa dibenarkan, kita perlu bukti katakanlah, kalau kalian benar-benar cinta kepada Allāh ﷻ ini buktinya, apa buktinya فَٱتَّبِعُونِي hendaklah kalian mengikuti aku, berarti ini adalah bukti cinta kita kepada Allāh ﷻ.

Bagaimana bisa menjadi bukti, orang yang cinta kepada Allāh ﷻ maka dia akan berusaha untuk melakukan sesuatu yang dicintai Allāh ﷻ, antum senang kepada anak antum, cinta kepada anak antum, dan kita tahu dia senangnya ana melakukan gerakan seperti ini maka kita rela untuk melakukan gerakan ini supaya dia tertawa supaya dia senang. Kalau kita cinta kepada Allāh ﷻ maka orang yang benar-benar cinta kepada Allāh ﷻ dia berusaha untuk melakukan segala sesuatu yang dicintai oleh Allāh ﷻ, kalau memang kita benar-benar cinta kepada Allāh ﷻ maka kita berusaha untuk bertaqwa, kita berusaha untuk menjadi orang yang Ihsan, menjadi orang yang adil, sering bertaubat kepada Allāh ﷻ, berusaha untuk membersihkan diri, berjihad fi sabilillah, kalau memang benar-benar kita cinta kepada Allāh ﷻ maka kita akan melakukan perkara-perkara yang dicintai oleh Allāh ﷻ.

Siapa orang yang paling melakukan perkara yang dicintai oleh Allāh ﷻ, tidak lain beliau adalah Rasulullah ﷺ, Beliau ﷺ sudah mencapai derajat khalil yaitu menjadi kekasih Allāh ﷻ dan ini adalah derajat yang paling tinggi dalam kecintaan, derajat yang paling tinggi dalam kecintaan yaitu derajat khullah. Kalau kita bertanya amalan apa yang Beliau ﷺ lakukan, ucapan apa yang Beliau ﷺ lakukan sehingga beliau dicintai oleh Allāh ﷻ, sifat dan akhlak apa yang ada pada Beliau ﷺ sehingga Beliau ﷺ dicintai oleh Allāh ﷻ, itu ada pada diri Rasulullah ﷻ.

Berarti kita melihat kepada Beliau ﷺ dan mengikuti Beliau ﷺ supaya kita bisa mengamalkan amalan Beliau ﷺ, bersifat dan berakhlak dengan akhlak dan juga sifat Beliau ﷺ sehingga akhirnya Allāh ﷻ pun mencintai kita. Kita yakin bahwasanya kita tidak akan sampai kepada derajat Beliau ﷺ tapi kita nushaddiq wa nuqarrib, kita berusaha untuk mendekat, semakin dekat dan semakin dekat dengan kesempurnaan.

فَٱتَّبِعُونِي

Maka hendaklah kalian mengikuti aku, karena apa yang dilakukan oleh Beliau ﷺ adalah dicintai oleh Allāh ﷻ, semakin kita ittiba’ kepada Nabi ﷺ maka semakin dicintai oleh Allāh ﷻ, kita berlomba untuk bagaimana kita lebih asdaq, kita lebih dekat dan lebih mengikuti Rasul ﷺ daripada yang lain dalam seluruh perkara kita, keyakinan, masalah aqidah bagaimana aqidah kita lebih sesuai dengan sunnah Rasul ﷺ daripada yang lain, berlomba dengan banyak membaca. Dalam amalan kita, amal sholeh kita juga demikian, bagaimana ana lebih mengikuti Rasul ﷺ daripada yang lain, ini fastabiqul khairat kita disuruh untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Kemudian

يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُم

Kalau kalian mengikuti aku, dan ini adalah bukti nyata kita cinta kepada Allāh ﷻ, kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar daripada kecintaan kalian kepada Allāh ﷻ, yaitu يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ Allāh ﷻ akan mencintai kalian, dan dicintai oleh Allāh ﷻ itu lebih besar perkaranya daripada kita mencintai Allāh ﷻ. Kita mencintai Allāh ﷻ nikmat tapi ketika Allāh ﷻ mencintai kita maka itu lebih besar.

ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن أن تُحَب

Bukanlah perkaranya engkau mencintai tetapi perkaranya adalah engkau dicintai. Nikmat dicintai oleh Allāh ﷻ, karena kalau Allāh ﷻ sudah mencintai seorang hamba Allāh ﷻ akan memberikan pahala yang besar, akan dijadikan manusia yang ada di sekitar kita itu cinta kepada kita dan ini yang kita isyaratkan bagaimana kita gembira dicintai oleh keluarga, dicintai oleh masyarakat.

إن الله تعالى إذا أحب عبدا دعا جبريل

kata Rasul ﷺ. Sesungguhnya Allāh ﷻ apabila mencintai seorang hamba Allāh ﷻ akan memanggil Jibril.

فقال

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan

إني أحب فلانا فأحببه

Kalau Allāh ﷻ sudah cinta kepada seorang hamba Allāh ﷻ panggil Jibril dan Allāh ﷻ mengatakan, mengabarkan kepada Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan maka cintai dia Jibril, Allāh ﷻ menyuruh Jibril untuk mencintai si fulan, ini derajat yang tinggi ketika seseorang mendapatkan kecintaan Allāh ﷻ, Allāh ﷻ kalau sudah cinta kepada seorang hamba Allāh ﷻ suruh Jibril untuk mencintai hamba tersebut.

فيحبه جبريل

Maka malaikat Jibril pun mencintai orang tadi

ثم ينادي في السماء

Kemudian malaikat Jibril memanggil di langit sana

فيقول

Kemudian dia mengabarkan kepada para malaikat

إن الله يحب فلانا فأحبوه

Sesungguhnya Allāh ﷻ telah mencintai si Fulan, menyebutkan namanya dan kehormatan, keistimewaan, keutamaan, Allāh ﷻ menyebutkan nama kita, malaikat Jibril menyebutkan nama kita karena kita dicintai oleh Allāh ﷻ sesungguhnya Allāh ﷻ mencintai si Fulan فأحبوه maka hendaklah kalian mencintainya

فيحبه أهل السماء

Sehingga penduduk langit mereka mencintai orang tersebut

ثم يوضع له القبول في الأرض

Kemudian akan dijadikan dia menjadi orang yang diterima di bumi, di cintai oleh orang lain, diharapkan kehadirannya, maka kecintaan manusia ini jangan menjadi tujuan bagi kita, tujuan bagi kita adalah bagaimana Allāh ﷻ mencintai ana dengan saya mengikuti Rasul ﷺ, dengan saya bertauhid dengan saya berbuat Ihsan, kalau Allāh ﷻ sudah mencintai kita maka Allāh ﷻ menjadikan manusia cinta kepada kita, dan kita akan mendapatkan rahmat yang khusus dari Allāh ﷻ mendapatkan perhatian yang khusus dari Allāh ﷻ, sebagaimana dalam hadits Qudsi

فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

Kalau Aku sudah mencintai seseorang maka Aku adalah pendengarannya yang dia mendengar dengannya, penglihatannya yang dia melihat dengannya, kakinya yang dengannya dia berjalan. Para ulama menjelaskan maksudnya adalah diberikan taufik oleh Allāh ﷻ untuk melakukan perkara yang diridhoi oleh Allāh ﷻ.

Jadi ciri seseorang dicintai oleh Allāh ﷻ kalau dia tidak mendengar kecuali yang diridhoi oleh Allāh ﷻ, tidak melihat kecuali perkara yang dicintai oleh Allāh ﷻ, tidak memukul kecuali memang saatnya dia memukul dan itu diperbolehkan, dan tidak berjalan kecuali ke tempat-tempat yang diridhoi oleh Allāh ﷻ, kalau demikian maka ini ciri bahwasanya seseorang dicintai oleh Allāh ﷻ. Maka masing-masing melihat pada dirinya sendiri apa yang ada pada dirinya, dan tentunya ini bertingkat-tingkat, semakin sempurna berarti semakin dia dicintai oleh Allāh ﷻ. Ada sebagian yang mungkin derajatnya pertengahan, terkadang maksiat terkadang tidak, berarti kecintaan Allāh ﷻ kepada dirinya juga sesuai dengan keadaan dia.

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan kalau dia memohon perlindungan kepada-Ku Aku akan lindungi dia. Minta perlindungan kepada Allāh ﷻ dilindungi dari penyakit, dilindungi dari musibah, dilindungi dari kefaqiran, Aku akan lindungi dia dan kalau dia meminta maka Aku akan memberikan kepadanya. Subhanallāh, ini adalah keutamaan yang besar yang Allāh ﷻ berikan kepada orang-orang yang Allāh ﷻ cintai, apakah hanya kecintaan Allāh ﷻ saja yang dia dapatkan?

وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُم

Allāh ﷻ akan mengampuni dosa kalian. Ittiba’urrasul pahalanya diantaranya adalah diampuni dosanya, makanya kita ittiba’ussunnah karena diantara faedahnya adalah diampuni dosa kita, mengikuti Rasul ﷺ maka ini menjadi sebab seseorang diampuni dosa-dosanya selain dia mendapatkan kecintaan Allāh ﷻ

وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

Dan Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maka di dalam ayat yang terakhir di sini ada penetapan sifat mahabbah bagi Allāh ﷻ, kemudian ada juga Lafdzul Jalalah disini Allāh ﷻ, dan juga penyebutan bahwasanya Allāh ﷻ itu dicintai dan Allāh ﷻ mencintai, karena ada sebagian kelompok yang dia mengatakan bahwasanya Allāh ﷻ tidak mencintai dan Allāh ﷻ tidak dicintai. Allāh ﷻ tidak mencintai dan Allāh ﷻ tidak dicintai ini orang-orang jahmiyah mereka menolak sifat Mahabbah dari Allāh ﷻ karena menganggap bahwasanya ini adalah penyerupaan Allāh ﷻ dengan makhluk, cinta kata mereka ini adalah condongnya hati kepada sesuatu dan mereka membayangkan ini adalah sifat makhluk sehingga tidak boleh kita mensifati Allāh ﷻ dengan sifat makhluk sehingga mereka pun menolak sifat cinta dari Allāh ﷻ dan mereka mengingkari Nabi ﷺ Ibrahim itu sebagai seorang khalilullah

وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٰهِيمَ خَلِيلٗا
[An-Nisa’:125]

Dan Allāh ﷻ menjadikan Ibrahim sebagai kekasih, karena kekasih berarti dia dicintai oleh Allāh ﷻ, ini mereka menolak.
Di zaman dahulu ada seorang gubernur atau yang semisalnya, beliau adalah Khalid bin Abdillah Al-Qosrih. Saat Idul Adha beliau berkhotbah kemudian setelah berkhotbah beliau mengatakan kepada manusia Wahai manusia hendaklah kalian menyembelih, kemudian beliau mengatakan bahwasanya aku hari ini akan menyembelih seorang yang bernama Ja’at, yaitu Ja’at bin Dirham, karena dia menyangka, meyakini bahwasanya Allāh ﷻ tidak menjadikan Ibrahim sebagai khalil dan bahwasanya Allāh ﷻ tidak berbicara kepada Musa, yaitu mengingkari sifat Kalam bagi Allāh ﷻ dan mengingkari sifat Mahabbah bagi Allāh ﷻ kemudian turun dari mimbar kemudian beliau menyembelih atau membunuh Ja’at bin Dirham karena dialah yang memiliki pemikiran muattilah, memiliki pemikiran ta’til yaitu mengingkari sifat-sifat Allāh ﷻ.

Ada diantara mereka yang mentakwil, ini lebih ringan dari yang pertama, mereka mentakwil sifat Mahabbah ini, tidak menetapkan sifat Mahabbah bagi Allāh ﷻ alasannya sama karena ini tasybih sehingga mereka mentakwil sifat Mahabbah ini dengan sifat Irodah, mau maksud Mahabbah di sini bukan mencintai tapi maksudnya adalah irodah di sini, berarti dia mentakwil Mahabbah dengan irodah, sebagaimana mereka mentakwil juga dikembalikan kepada irodah, dikembalikan kepada qudroh, As-Sama’ wal Bashar dikembalikan kepada ilmu. Mereka mengatakan bahwasanya Mahabbah di sini adalah irodah, dan ada yang mentakwil Mahabbah disini bahwasanya adalah memberikan pahala dan ada yang mentakwil maksudnya adalah irodah tsawab, ingin memberikan pahala, ini masing-masing mereka dalam mentakwilkan.

Adapun Ahlul Haq yaitu Ahlul Sunnah Wal Jama’ah maka tidak ada yang isykal bagi mereka, kita tetapkan bagi Allāh ﷻ sifat Mahabbah sebagaimana Allāh ﷻ sebutkan dalam banyak ayat tadi sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ, Mahabbah yang Allāh ﷻ miliki tidak sama dengan yang Mahabbah yang ada pada diri mahluk, sifat Mahabbah yang Allāh ﷻ miliki adalah sifat Mahabbah yang berdasarkan ilmu, yang pada tempatnya. Adapun kita makhluk kadang kita mencintai sesuatu padahal itu mudhorat bagi kita.

وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ
[Surah Al-Baqarah:165]

Kadang engkau mencintai sesuatu padahal itu adalah jelek bagi kalian, itu keadaan kita, mencintai seseorang padahal tidak pantas dia untuk dicintai. Maka ketika seseorang menetapkan sifat Mahabbah bagi Allāh ﷻ maka sama sekali tidak ada di dalamnya tasybih (menyerupakan) Allāh ﷻ dengan makhluk. Dan mu’tazilah termasuk yang menafikan sifat Mahabbah ini karena secara umum mereka menetapkan nama dan menolak sifat, termasuk sifat yang terkandung dalam sebuah nama mereka tolak, sifat yang berdiri sendiri seperti sifat Mahabbah mereka pun juga mengingkari yang demikian.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى