Halaqah 33 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Sifat Al-Masyi’ah Dan Al-Iradah Allāh ﷻ Bag 02 (QS Al-An’am 125 & QS Al-Maidah 1)

Halaqah 33 ~ Penjelasan Beberapa Ayat Yang Mengandung Sifat Al-Masyi’ah Dan Al-Iradah Allāh ﷻ Bag 02 (QS Al-An’am 125 & QS Al-Maidah 1)

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqīdah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-33 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mendatangkan ayat-ayat yang menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat Al-Masyi’ah dan juga Al-Irodah.

وَقَوْلُهُ: فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ

Dan juga Firman Allāh ﷻ, maka barangsiapa yang Allāh ﷻ kehendaki untuk diberikan hidayah maka Allāh ﷻ akan membuka dadanya untuk Islam.

Barangsiapa yang Allāh ﷻ ingin untuk memberikan petunjuk kepadanya, Allāh ﷻ jadikan dadanya yang biasanya inginnya menolak, inginnya membantah, inginnya katanya kritis, tapi Allāh ﷻ jadikan hatinya ini yasyraḥ, Allāh ﷻ bukakan dadanya untuk tunduk untuk mengikuti kebenaran. Kalau Allāh ﷻ menghendaki untuk memberikan hidayah kepada seseorang, dijadikan hatinya ini luas untuk menerima kebenaran.

Alhamdulillah yang telah meluaskan dada kita untuk beriman kepada Allāh ﷻ padahal kita tidak pernah melihat Allāh ﷻ, yang meluaskan dada kita untuk beriman dengan Rasul ﷺ padahal kita hanya mendengar nama Beliau ﷺ, mendengar sifat Beliau ﷺ, sampai kepada kita ucapan Beliau ﷺ kita tidak pernah melihat Beliau ﷺ. Siapa yang menjadikan dada-dada kita ini menjadi tunduk dan luas, Allāh ﷻ, Allāh ﷻ yang menghendaki.

Maka ihmadullāh, maka pujilah Allāh ﷻ dan kita memuji Allāh ﷻ yang telah menghendaki untuk memberikan hidayah kepada kita, hamba Allāh ﷻ ini banyak, makhluk Allāh ﷻ ini banyak tapi Allāh ﷻ pilih, Allāh ﷻ kehendaki sebagiannya untuk dibuka dadanya, dilapangkan dadanya, maka jangan kita sia-siakan nikmat Allāh ﷻ ini. Bagaimana cara bersyukurnya, dengan mengamalkan agama ini dengan baik sesuai dengan apa yang Allāh ﷻ inginkan, ini adalah nikmat Allāh ﷻ, Allāh ﷻ menghendaki itu nikmat sekali, Allāh ﷻ menghendaki kita untuk mendapatkan hidayah.

وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ

Barangsiapa yang Allāh ﷻ kehendaki untuk menyesatkannya, berarti ini iradah kauniyah, yang pertama juga iradah kauniyah, terkadang iradah kauniyah berkaitan dengan kebencian Allāh ﷻ terkadang sesuatu yang dicintai oleh Allāh ﷻ. Kita mendapatkan hidayah iradah kauniyah sekaligus iradah syar’iah, iradah kauniyah terjadi memang kita mendapatkan hidayah dan iradah syar’iah karena inilah yang dicintai oleh Allāh ﷻ, dan barangsiapa yang Allāh ﷻ sesatkan, ada orang tersesat yang terjadi di sini adalah berkaitan dengan iradah kauniyah karena kesesatan tidak dicintai oleh Allāh ﷻ tapi ini tidak berkaitan dengannya iradah syar’iah karena Allāh ﷻ tidak mencintai kesesatan.

Barangsiapa yang Allāh ﷻ menghendaki maksudnya adalah iradah kauniyah disini untuk menyesatkan dia

يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا

Allāh ﷻ akan menjadikan dadanya di sini menjadi sempit, menjadi sesak. Ketika ditawarkan Islam, ditawarkan tauhid, hatinya menjadi sempit ketika mendengar tentang tauhid, maunya datang ke wali, maunya bergantung kepada nyi Fulan kyai fulan, tenangnya ketika dia datang ke kuburan dan meminta-minta kepada ahlul kubur, sesak ketika mendengar dakwah tauhid, sesak ketika mendengar orang mengajak kepada sunnah, benci dengan orang yang mengajak kepada sunnah dan mungkin itu adalah keadaan kita dahulu, tapi karunia dari Allāh ﷻ kemudian Allāh ﷻ menghendaki untuk memberikan hidayah kepada kita ini adalah minna ini adalah karunia dari Allāh ﷻ

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا۟ ۖ قُل لَّا تَمُنُّوا۟ عَلَىَّ إِسْلَٰمَكُم ۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَىٰكُمْ لِلْإِيمَٰنِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
[Al-Hujurat:17]

Allāh ﷻ Dia-lah yang memberikan karunia kepada kita, karunia-Nya dan kelebihan-Nya dan keutamaan-Nya untuk kita

كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء

Seakan-akan dia seperti orang yang mau naik ke atas, naik kelangit. Bagaimanapun usaha kita tidak bisa, kita bukan malaikat yang diberikan oleh Allāh ﷻ sayap sehingga dia bisa terbang dengan izin Allāh كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء seakan-akan dia seperti orang yang naik ke atas, dalam keadaan susah sekali, dalam keadaan dia sesak. Alhamdulillah yang telah menghendaki untuk memberikan hidayah kepada kita.

ٱعْمَلُوٓا۟ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكْرًا ۚ
[Saba:13]

Hendaklah kalian beramal wahai keluarga Daud sebagai bentuk syukur kita kepada Allāh ﷻ. Jelas disini menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat iradah, ada sebagian orang yang Allāh ﷻ irodahkan Allāh ﷻ kehendaki untuk memberikan hidayah, ada di antara yang Allāh ﷻ kehendaki untuk disesatkan. Maka hati-hati dan hendaklah kita banyak membaca doa

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Karena disebutkan dalam hadits bahwasanya hati manusia ini berada diantara dua jari di antara jari-jari Allāh ﷻ, Allāh ﷻ gerakan kapan saja Dia menghendaki, jangan sampai kita termasuk orang yang kufur dengan nikmat Allāh ﷻ, nikmat hidayah. Sudah tahu ilmunya, sudah tahu hidayah maka jalankanlah, pegang erat-erat, jangan kita sepelekan, jangan kita bermudah-mudahan, khawatirnya kalau kita tidak bersyukur nanti akan diambil oleh Allāh ﷻ. Ada yang mengatakan nikmat itu kalau disyukuri akan datang terus, akan ada terus dan kalau jadi kufur maka dia akan meninggalkan kita, dan makna ini ada dalam firman Allāh ﷻ

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
[Ibrahim:7]

Kalau kalian bersyukur kepada Allāh ﷻ niscaya kami akan menambahkan.

Kemudian setelahnya Allāh ﷻ mengatakan

وَقَوْلُهُ: ِ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ الأَنْعَامِ إِلاَّ مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ

Dan juga firman Allāh ﷻ, dihalalkan untuk kalian bahīmatul an’ām (yaitu hewan-hewan ternak, tiga jenis unta dengan dua jenisnya baik yang berpunuk satu maupun yang berpunuk dua, sapi dengan dua jenis yaitu sapi dan juga kerbau, demikian pula kambing yang domba atau yang berbulu tipis) maka dihalalkan bagi kalian bahimatul an’am

إِلاَّ مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ

Kecuali yang sudah dibacakan kepada kalian. Ada disana yang dikecualikan seperti yang meninggal dalam keadaan terjatuh atau dalam keadaan mayit/bangkai maka ini tidak diperbolehkan

غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ

Dalam keadaan tidak menghalalkan hewan buruan sedangkan kalian dalam keadaan ihram. Termasuk berburu yang dilarang adalah ketika dalam keadaan ihram, Allāh ﷻ menghalalkan bahimatul an’am kemudian Allāh ﷻ mengecualikan keadaan kita dilarang untuk berburu ketika dalam keadaan ihram, kita dilarang untuk memakan bangkai atau memakan hewan yang tidak disebut nama Allāh ﷻ misalnya, Allāh ﷻ mengharamkan dan Allāh ﷻ menghalalkan.

إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ

Allāh ﷻ menghukumi sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Artinya Allāh ﷻ memberikan hukum, mengatakan ini halal ini haram itu sesuai dengan kehendak Allah, Allāh ﷻ Dia-lah yang berhak. Yang perlu kita pahami dan sudah berlalu bahwasanya Allāh ﷻ diantara namanya Al-Hakim, Allāh ﷻ Dia-lah yang memiliki sifat Al-Hukm dan Dia memiliki sifat Al-Hikmah, meskipun Allāh ﷻ Dia-lah yang berhak mengharamkan dan menghalalkan tapi ketika Allāh ﷻ mengharamkan itu berdasarkan hikmah, ketika Allāh ﷻ menghalalkan maka itu berdasarkan hikmah, ketika Allāh ﷻ memerintahkan berdasarkan hikmah, ketika Allāh ﷻ melarang berdasarkan hikmah.

Jadi jangan dipahami إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ Allāh ﷻ menghukum, mengeluarkan hukum sesuai dengan kehendaknya kemudian dibayangkan seperti makhluk yang lemah, ketika dia memiliki kedudukan kemudian dia sewenang-wenang, terserah saya mau mengatakan ini boleh atau tidak boleh, tidak berdasarkan hikmah, tidak berdasarkan ilmunya keadaan makhluk. Tapi Allāh ﷻ Dia-lah yang يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ, dan ini menunjukkan bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang memiliki sifat iradah, Allāhu A’lam iradah dalam firman Allāh إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ disini adalah Iradah Syar’iah, karena hukum yang dimaksud disini adalah hukum syar’i karena berkaitan dengan tahlil dan juga tahrim maka ini adalah hukum syar’i Allāhu A’lam, dan Allāh ﷻ dalam hukum kauni juga dengan يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ Allāh ﷻ menghukumi dengan hukum yang kauni juga sesuai dengan kehendak-Nya sebagaimana telah berlalu

وَلَـكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

Akan tetapi Allāh ﷻ Dia-lah yang melakukan apa yang Dia kehendaki.

Sebagian ahlul bid’ah ada yang menafikan sifat yang iradah ini, seperti mu’tazilah secara umum keyakinan mereka Allāh ﷻ memiliki nama tetapi tidak memiliki sifat sehingga mereka menafikan sifat iradah bagi Allāh ﷻ. Dan ada yang mengatakan bahwasanya iradah Allāh ﷻ itu iradah yang satu saja yaitu iradah yang azaliah tapi mereka menafikan iradah-iradah Allāh ﷻ yang mutajaddidah, yang terus ada, padahal Ahlussunnah dan mereka melihat dalil bahwasanya iradah Allāh ﷻ itu mungkin berulang-ulang

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا
[Yāsīn:82]

Kalau Allāh ﷻ menginginkan sesuatu maka Allāh ﷻ mengatakan كُن fayakun, menunjukkan bahwasanya iradah Allāh ﷻ bisa berulang-ulang. Wallahu A’lam.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى