Halaqah 31 ~ Penjelasan Nama Allāh Dan Sifat Allāh ﷻ Yang Terkandung Di Dalam QS Asy-Syura 11 (lanjutan) dan QS An Nisa 58

Halaqah 31 ~ Penjelasan Nama Allāh Dan Sifat Allāh ﷻ Yang Terkandung Di Dalam QS Asy-Syura 11 (lanjutan) dan QS An Nisa 58

📘 Halaqah Silsilah Ilmiyah – Al ‘Aqīdah Al Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-31 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Allāh ﷻ Dia-lah As-Sami’ Al-Bashir Dia-lah Yang Maha Melihat, Yang Maha Mendengar. Maha yaitu Allāh ﷻ sangat sempurna pendengarannya, mendengar segala sesuatu. Antum berbicara sekecil apapun, di ruangan yang tertutup berlapis-lapis selirih apa pun maka ketahuilah bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah yang As-Sami’. Allāh ﷻ Maha Mendengar semuanya, selirih apapun seseorang berbicara dan sebanyak apapun orang berbicara, bahkan yang berbicara bukan hanya manusia saja, jin juga berbicara, hewan mereka berbicara dengan bahasa mereka, apakah samar bagi Allāh ﷻ suara-suara tersebut? Tidak.

Allāh ﷻ Maha Mendengar semuanya, Dia-lah yang As-Sami’, seandainya mereka berbicara dengan suara kecil yang paling kecil yang mereka bisa, Allāh ﷻ Maha Mendengar. Sehingga di sini kita mengetahui Allāh ﷻ Dia Mendengar apa yang diucapkan oleh hamba-Nya berupa doa misalnya, Allāh ﷻ samī’uddu’a, Allāh ﷻ Maha Mendengar. Meskipun kita tidak mengeraskan suara kita tapi kita mengatakan ya Allāh ﷻ ya samī’uddu’a, berikanlah aku rezeki mudahkanlah aku dalam menuntut ilmu, berikanlah taufik dan juga hidayah kepada orang tuaku, Allāh ﷻ mendengar yang demikian. Maka seorang muslim tidak berputus asa dari rahmat Allāh ﷻ.

Dan asalnya yang namanya doa ini dilirihkan bukan dikeraskan di hadapan orang lain, asalnya dilirihkan dengan khufiyah yaitu dengan pelan-pelan. Dan Allāh ﷻ Maha Mendengar apa yang diucapkan oleh musuh-musuh Allāh ﷻ yang mereka berbicara tentang Allāh ﷻ dengan pembicaraan yang buruk, menghina rasul-Nya, menghina ayat-ayat-Nya, Allāh ﷻ Maha Mendengar apa yang mereka ucapkan, ketika mereka berkumpul membuat makar atau berkonspirasi, apakah itu samar dari Allāh ﷻ? Allahu Robb kita Maha Mendengar apa yang mereka ucapkan. Tidak usah khawatir, Allāh ﷻ mengetahui rencana mereka dan makar yang ingin mereka lancarkan untuk menghancurkan agama Allāh ﷻ.

لَّقَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ فَقِيرٞ وَنَحۡنُ أَغۡنِيَآءُۘ
[Āli-Imran:181]

Ketika orang-orang yahud mengatakan bahwasanya Allāh ﷻ itu faqir, Allāh ﷻ Maha Mendengar. Sungguh Allāh ﷻ telah mendengar ucapan orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allāh ﷻ adalah fakir وَنَحۡنُ أَغۡنِيَآءُ dan mereka mengatakan kami adalah orang-orang kaya. Mensifati Allāh ﷻ dengan faqr.

سَنَكۡتُبُ مَا قَالُواْ

Sungguh Kami akan menulis apa yang mereka ucapkan.

Ditulis oleh Allāh ﷻ, akan ada perhitungan dengan mereka.

وَقَتۡلَهُمُ ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقّٖ

Dan pembunuhan mereka terhadap nabi-nabi Allāh ﷻ tanpa hak. Dan nanti kelak di hari kiamat akan ada perhitungan

وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ

Dan Kami akan katakan kepada mereka rasakanlah adzab yang membakar ini.

Kita yakin bahwasanya makar yang mereka perbuat, yang mereka bicarakan adalah ada disisi Allāh ﷻ, wa ‘indallāhi makruhum, di sisi Allāh ﷻ makar mereka, Allāh ﷻ mendengar apa yang mereka ucapkan.

Kita lemah kita tidak memiliki kekuatan atau mendengar setiap apa yang diucapkan di dunia ini tapi Allāh ﷻ mendengar, maka kewajiban kita adalah bertawakal kepada Allāh ﷻ, Allāh ﷻ yang akan mengurusi kita semuanya, Allāh ﷻ yang akan menolong kita dengan syarat kita mau menolong agama Allāh ﷻ

إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ
[Muḥammad:7]

Kalau kalian menolong Allāh ﷻ maka Allāh ﷻ akan menolong kalian. Bagaimana menolong Allāh ﷻ? Kita melaksanakan perintah dan juga menjauhi larangan, yaitu menolong agama Allāh ﷻ kita sebarkan tauhid, kita sebarkan sunnah dan kita praktekkan pada diri kita sendiri di tengah-tengah manusia yang mereka lalai dan banyak diantara mereka yang tidak melaksanakan apa yang telah diturunkan oleh Allāh ﷻ.

Maka Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mendengar, kalau kita memiliki problem, kita memiliki permasalahan hidup kembali kepada Allāh ﷻ dirikan sholat, yakinlah bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mendengar apa yang antum ucapkan. Dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui sebelum antum ucapkan, hadirkan bahwasanya Allāh ﷻ Maha Mendengar setiap apa yang diucapkan oleh manusia, sehingga ketika kita Mengetahui Allāh ﷻ Maha Mendengar padahal di dalam hati kita ada ta’dzhim pengagungan terhadap Allāh ﷻ maka malulah untuk mengucapkan sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allāh ﷻ.

Sehingga kita menjaga lisan kita, takut untuk bohong karena Allāh ﷻ mendengar, takut untuk mengucapkan ucapan yang tidak baik, ucapan yang jorok, ucapan yang terlalu keras sehingga masuk di dalam larangan

إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
[Luqman:19]

Suara yang paling jelek adalah suara keledai. Kita diperintahkan untuk melirihkan suara, mengeraskan suara kalau memang ada keperluan. Maka orang yang isthdzar dan mengingat selalu bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mendengar, hati-hati dalam mengeluarkan suaranya.

Seandainya kita bertetangga dan mungkin rumah kita posisinya bertolak belakang dengan tetangga kita artinya terkadang kita berbicara di rumah bagian belakang kemungkinan terdengar oleh tetangga kita yang juga sedang di rumah bagian belakang, apa yang kita lakukan, kita melirikan suara, malu kita teriak-teriak kita membentak-bentak anak atau kita membentak suami misalnya atau orang tua, malu. Dan ini adalah perbuatan yang tidak baik tapi kita melirikan suara karena kita tahu bahwasanya kemungkinan tetangga kita dibelakang juga mendengar. Nah harusnya kita terhadap Allāh ﷻ adalah kita malu kepada Allāh ﷻ.

Maka jagalah ucapan jagalah suara kita dan ketahuilah bahwasanya Allāh ﷻ Maha Mendengar, jadikanlah Allāh ﷻ mendengar yang baik-baik saja dari diri kita, dzikir, kalimat yang toyibah, nasehat, membaca Al-Qur’an, ucapan yang didalamnya ada ikram kepada orang tua, ucapan yang didalamnya ada kasih sayang terhadap anak, ada penghormatan kepada suami, ada ihtirom kepada guru, maka ini adalah suara-suara dan kalimat-kalimat yang baik, dan ini harusnya demikian kita memahami nama Allāh ﷻ As-Sami’.

Dan Allāh ﷻ Dia-lah Al-Bashir, Dia-lah Yang Maha Melihat dan mengetahui perkara yang dzhohir yang jelas, maupun perkara yang teliti yang detail Allāh ﷻ Maha Mengetahui. Maha Melihat dan penglihatan Allāh ﷻ adalah penglihatan yang luar biasa yang sangat sempurna, seandainya ada sesuatu yang sangat kecil yang mungkin warnanya hitam di malam yang gelap gulita dan di tempat yang dilapisi dengan banyak lapisan maka Allāh ﷻ Maha Mengetahui tidak ada sesuatu yang luput dari penglihatan Allāh ﷻ. Makhluk yang paling kecil virus atau bakteri atau kuman atau yang semisalnya, Allāh ﷻ Maha Melihat, Bahkan Allāh ﷻ yang menciptakan dan Allāh ﷻ melihatnya, bagaimana dia bergerak, bagaimana dia menular, berapa jumlahnya tidak ada yang luput dari penglihatan Allāh ﷻ.
Maka orang yang mengetahui bahwasanya Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Melihat sama dengan ketika dia mengetahui bahwasanya Allāh ﷻ Maha Mendengar, dia berusaha untuk memperlihatkan sesuatu yang baik, berlaku dengan perlakuan yang baik, baik di dalam rumahnya maupun di luar rumah, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain, karena dalam keadaan dia sendiri di kamarnya dan di depannya ada HP ada komputer dia sadar bahwasanya Allāh ﷻ sedang melihat, malu kalau kita melakukan perkara yang tidak baik sementara Allāh ﷻ melihatnya.

Kita bersama keluarga kita sama teman kita atau anak atau istri kita, kita melihat sesuatu yang tidak diperbolehkan sementara dia secara tidak sengaja dia melihat ini sesuatu yang memalukan, kita tahu itu adalah perkara yang tidak diperbolehkan dan dia adalah maksiat, lalu bagaimana karena seharusnya itulah yang dilakukan oleh seseorang dan harusnya dia lebih malu ketika di lihat oleh Allāh ﷻ melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allāh ﷻ, dan Allāh ﷻ memberikan nikmat kepada kita dengan mata kemudian kita gunakan untuk sesuatu yang diharamkan, maka seseorang malu melakukan yang demikian.

As-Sami’ Al-Bashir ini adalah nama Allāh ﷻ yang seharusnya diantara faedah yang bisa kita ambil menjadikan kita muraqabah, merasa diawasi oleh Allāh ﷻ dalam ucapan kita maupun dalam gerak-gerik kita. Dan Allāh ﷻ mengatakan

إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ
[An-Nisa’:58]

Sesungguhnya Allāh ﷻ sungguh baik apa yang Dia nasehatkan kepada kalian

إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا

Sesungguhnya Allāh ﷻ Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Abu Huroiroh pernah beliau membaca ayat ini yaitu

إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا
[An-Nisa’:58]

Beliau mengatakan, hadist ini diriwayatkan oleh Abu Daud,

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ إِبْهَامَهُ عَلَى أُذُنِهِ

Aku melihat Rasulullāh ﷺ meletakkan ibhamnya di atas telinganya, ibham ini adalah jempol, meletakkan jempolnya di atas telinganya

وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى عَيْنِهِ

Dan apa yang setelah ibham (jempol)nya, yaitu jari telunjuknya, ke arah matanya. Ini dilihat oleh Abu Hurairah, Abu Hurairah mengatakan dalam riwayat yang lain

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَؤُهَا وَيَضَعُ إِصْبَعَيْهِ

Aku melihat Rasulullāh ﷺ membaca ayat ini dan meletakkan kedua jarinya ini.

Apa maksud Beliau ﷺ dengan meletakkan dua jarinya, maksudnya adalah ingin menunjukkan kepada kita bahwasanya Allāh ﷻ memiliki pendengaran dan juga penglihatan secara hakekat, yaitu Allāh ﷻ benar benar memiliki pendengaran dan juga benar-benar memiliki penglihatan, itu maksudnya. Bukan berarti Beliau ﷺ mentasybih, bukan berarti Beliau ﷺ menyerupakan, mustahil Beliau ﷺ menyerupakan penglihatan Allāh ﷻ dengan penglihatan makhluk, pendengaran Allāh ﷻ dengan pendengaran makhluk padahal Allāh ﷻ mengatakan

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

Tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ, dan Allāh ﷻ mengatakan

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Yang dimaksud Beliau ﷺ adalah hakikatnya, yaitu Allāh ﷻ benar-benar melihat dan Allāh ﷻ benar-benar mendengar, bantahan terhadap sebagian orang yang mereka mentakwil As-Sama’ wal-Bashar tadi dengan ilmu, bantahan terhadap orang yang menafikan sama sekali, bukan hanya mentakwil bahkan dia lebih parah lagi, menafikan yaitu Allāh ﷻ tidak mendengar Allāh ﷻ tidak melihat, mengatakan Allāh ﷻ itu sami’ bi lā sam’I, Allāh ﷻ itu Bashir bi lā Bashar, Allāh ﷻ itu Maha Mendengar tapi tanpa pendengaran, Allāh ﷻ Maha Melihat tapi tanpa penglihatan, berarti dia menetapkan nama bagi Allāh ﷻ dan menolak sifat padahal Nabi ﷺ menyebutkan dengan isyarat ini hakikat dari sifat Allāh ﷻ.

Al-Imam Abu Daud Rahimahumullah ketika beliau menyebutkan riwayat ini beliau menukil ucapan Ibnu Yunus dia mengatakan

قَالَ الْمُقْرِئُ يَعْنِي إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ يَعْنِي أَنَّ لِلَّهِ سَمْعًا وَبَصَرًا

Ini salaf, mereka mengatakan Maha Mendengar Maha Melihat maksudnya adalah Allāh ﷻ memiliki pendengaran dan juga penglihatan, berkata Abu Daud

وَهَذَا رَدٌّ عَلَى الْجَهْمِيَّةِ

Ini adalah bantahan terhadap jahmiyah.

Dan Al-Imam At-Tirmidzi Rahimahullah, beliau juga di dalam sunnah At-Tirmidzi menukil sebagian ucapan salaf dalam masalah ini dengan nukilan yang panjang di sini namun saya sebutkan di sini bahwasanya beliau mengatakan

وَهَكَذَا قَوْلُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ

Demikanlah ucapan ahli Sunnah Wal jamaah, yaitu mereka menetapkan tanpa menyebutkan kaifiyahnya

وَأَمَّا الْجَهْمِيَّةُ فَأَنْكَرَتْ هَذِهِ الرِّوَايَاتِ

Adapun jahmiyah maka mereka mengingkari riwayat ini

وَقَالُوا هَذَا تَشْبِيهٌ

Mereka mengatakan ini adalah tasybih, yaitu menganggap orang yang menetapkan sifat Allāh ﷻ berarti dia mentasybih Allāh ﷻ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى