Halaqah 30 ~ Penjelasan Nama Allāh Dan Sifat Allāh ﷻ Yang Terkandung Di Dalam QS Asy-Syura 11

Halaqah 30 | Penjelasan Nama Allāh Dan Sifat Allāh ﷻ Yang Terkandung Di Dalam QS Asy-Syura 11

📘 Kitab Al-‘Aqīdah Al-Wasithiyyah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-30 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Syaikhul Islam beliau mengatakan

وَقَوْلُهُ

Dan juga firman Allāh ﷻ

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Di dalam Firman Allāh ﷻ لَيْسَ كَمِثْلِهِ, tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ maka di sini ada an-nafyu al-mujmal (penafian yang global), yang Allāh ﷻ nafikan di sini adalah mitsliyyah, keserupaan. Berarti ini sifat manfiyah, sifat yang dinafikan oleh Allāh ﷻ. Sikap kita menghadapi sifat yang manfiyah seperti ini kita nafikan apa yang Allāh ﷻ nafikan, berarti kita katakan tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ.

Kemudian yang kedua kita tetapkan kesempurnaan dari kebalikan sifat ini, keserupaan berarti lawannya adalah Dia adalah yang memiliki sifat Wahidiyyah atau Wahdaniyah. Allāh ﷻ memiliki sifat wahdaniyah yaitu Dia-lah Yang Esa, tidak ada yang serupa, berarti Dia-lah satu-satunya, Dia-lah Ahdiyah yang memiliki sifat Ahadiyah atau sifat wahdaniyah, maka kita tetapkan kesempurnaan ini bagi Allāh ﷻ. Dia-lah satu-satunya yang memiliki sifat-sifat yang sempurna, Dzat-Nya adalah yang paling sempurna, nama-nama-Nya adalah yang paling sempurna, pekerjaan-pekerjaan Allāh ﷻ dan amalan-amalan Allāh ﷻ adalah yang paling sempurna, tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ.

Dan sudah berlalu penjelasan dari apa yang Allāh ﷻ sebutkan di dalam surat Al-Ikhlas

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَد لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَد وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Ini termasuk nafyu yang mujmal, dan sudah kita sampaikan kebanyakan di dalam Al-Qur’an adalah nafyu yang mujmal. Tasbih yang Allāh ﷻ sebutkan di dalam Al-Qur’an banyak, sabbaḥa lillāh, yusabbiḥu lillāh, fasabbiḥ biḥamdi robbik, makna tasbih adalah mensucikan Allāh ﷻ dari seluruh sifat kekurangan, isinya maksudnya adalah nafyi.

Dan sudah kita sebutkan bahwasanya di antara nama Allāh ﷻ yang nafiyah adalah subbūḥ, tasbih adalah menafikan dari Allāh ﷻ seluruh sifat kekurangan, dan ayat-ayat tentang tasbih banyak dan itu adalah termasuk nafyu yang mujmal, nafyu yang secara global. Para malaikat mereka bertasbih, kita diperintahkan untuk bertasbih, banyak zikir-zikir yang isinya adalah tasbih, ketika kita sujud bertasbih, ketika kita rukuk bertasbih, setelah kita shalat kita bertasbih, maksudnya adalah kita nafikan dari Allāh ﷻ selalu sifat kekurangan ini adalah nafyu yang mujmal.

Baik sifat kekurangan yang kita tahu bahwa sifat kekurangan yang tidak kita tahu, yang kita dengar dari orang-orang musyrikin ataupun yang tidak kita dengar dari mereka, mereka mensifati Allāh ﷻ dengan sifat-sifat yang jelek maka kita katakan subhanallāh ‘amma yasifūn, Maha Suci Allāh ﷻ dari apa yang mereka sifatkan.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

Tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ. Berarti kita tetapkan Allāh ﷻ Dia-lah yang memiliki sifat Al-Ahadiyah, Dia saja tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ. Dan لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ bukan maksudnya adalah menafikan sifat Allāh ﷻ, karena ada sebagian ahlul bid’ah hadahullāh memahami sifat Allāh ﷻ berdalil dengan ayat ini bahwasanya Allāh ﷻ tidak memiliki sifat, tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ berarti Allāh ﷻ tidak memiliki sifat karena kalau memiliki sifat berarti serupa dengan makhluk. Sehingga mu’tazilah mereka mengatakan Allāh ﷻ tidak memiliki sifat, dalilnya mereka mengatakan لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ, tidak ada yang serupa dengan Allāh ﷻ, menganggap bahwasanya menentukan sifat bagi Allāh ﷻ berarti menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk.

Padahal kalau kita memahami ayatnya Allāh ﷻ tidak menafikan di sini sifat-Nya sehingga setelahnya, dan ini menunjukkan bahwasanya makna yang dipahami oleh orang-orang mu’tazilah ini salah dan bathil, apa kata Allāh ﷻ setelahnya? Allāh ﷻ menetapkan sifat bagi-Nya

وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Berarti disini Allāh ﷻ menetapkan sifat untuk-Nya, sifat yang terkandung di dalam nama-Nya, nama Allāh ﷻ As-Samī’ mengandung sifat As-Sama’, Al-Bashīr mengandung sifat Al-Bashar, berarti لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ini bukan penafian terhadap sifat Allāh ﷻ tapi ini menafikan sesuatu yang semisal dengan sifat Allāh ﷻ.

Ketika kita menyebutkan atau menetapkan sifat bagi Allāh ﷻ maka kita tidak menyerupakan sifat tersebut dengan sifat makhluk, kita katakan bahwasanya itu adalah sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ. Jadi firman Allāh ﷻ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ bukan menafikan sifat Allāh ﷻ tapi menafikan sesuatu yang serupa dengan sifat Allāh ﷻ. Sehingga Allāh ﷻ menetapkan setelahnya nama dan juga sifat-Nya وَهُوَ

السَّمِيعُ البَصِيرُ.

Karena sebagian orang mentakwil, mentakwil disini Allāh ﷻ tidak mensifati dirinya dengan As-Sama’ wal-Bashar, mentakwil As-Sama’ di sini adalah dan Al–‘Ilm dan Al-Bashar di sini juga Al–‘Ilm. Jadi mereka menetapkan tujuh sifat, Al-‘Ilm, kemudian Al-Irodah, ada Al-Qudroh dan seterusnya, sifat-sifat yang lain mereka kembalikan kepada tujuh sifat ini. Mereka mengatakan maksud dari As-Sama’ adalah ‘ilmuhu bil masmu’at, maksudnya adalah ilmu Allāh ﷻ di sini ilmu Allāh ﷻ terhadap segala sesuatu yang didengar, dikembalikan kepada ilmu.

Ketika mereka membaca Al-Bashir mereka mengatakan maksudnya adalah ilmu Allāh ﷻ terhadap segala sesuatu yang dilihat, jadi muaranya adalah kembali kepada ilmu, tangan ditakwil menjadi qudroh, kemudian di sana ada sifat-sifat yang di takwil dengan Irodah, Rohmah misalnya mereka takwil dengan iradatul in’am, kembali kepada irodah. Sehingga mereka menetapkan tujuh sifat, Irodah qubro dan seterusnya, maka ini adalah kebathilan.

Allāh ﷻ mensifati dirinya dengan As-Sama’ wal-Bashar, dan ini menunjukkan bahwasanya yang namanya itsbat tidak mengharuskan menyerupakan. Allāh ﷻ disini mengitsbat

وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Bukankah ini adalah penetapan sifat dan juga nama bagi Allāh ﷻ, dan di ayat yang sama tidak usah jauh-jauh, Allāh ﷻ mengatakan

لَيْسَ كَمِثْلِهِ

Berarti menetapkan nama dan juga sifat Allāh ﷻ tidak melazimkan menyerupakan sifat dan nama tersebut dengan sifat makhluk, karena banyak orang yang tidak paham tentang masalah ini. Menganggap bahwasanya menetapkan berarti mentasybih, sehingga mengatakan ahlussunnah mereka adalah musyabbihah karena mereka menetapkan sifat istiwa bagi Allāh ﷻ, menetapkan sifat mendengar melihat bagi Allāh ﷻ, menetapkan sifat turun bagi Allāh ﷻ, menetapkan sifat tangan mata bagi Allāh ﷻ, berarti mereka mentasybih, tidak.

Menetapkan tidak ada kelaziman dengan menyerupakan, dan sudah kita sebutkan tentang kaidah yang sebelumnya, kaidah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam sebelum beliau memasuki perincian penyebutan ayat-ayat dan juga hadist ini, penetapan tidak mengharuskan menyerupakan Dan mensucikan Allāh ﷻ dari kekurangan tidak harus menafikan sifatnya jadi kita menetapkan tanpa menyerupakan dan kita menafikan tanpa kita menta’til dan menolak sifat Allāh ﷻ. Dan dalam ayat ini terkumpul an-nafyi wal itsbat, sebagaimana dalam ayat وَ تَوَکَّلۡ عَلَی الۡحَیِّ الَّذِیۡ لَا یَمُوۡتُ, sebagaimana dalam ayat kursi dan apa yang disebutkan oleh Allāh ﷻ dalam surat Al-Ikhlas, terkumpul di dalamnya an-nafyu dan juga al-itsbat.

Al-Bashir di sini mengandung tiga sifat, jadi bukan hanya Al- Bashar saja tapi ada sebagian ulama yang menyebutkan mengandung di dalamnya tiga sifat, sifat yang pertama adalah Al- Bashar kemudian yang kedua adalah Al-Bushr dengan mendhommah ب dan mensukun ص, kemudian yang ketiga adalah sifat Al-Bashiroh. Al-Bashar maknanya adalah Allāh ﷻ Melihat atau Maha Melihat. Al-Bashir ini adalah Yang Maha Melihat, ini berkaitan dengan segala sesuatu yang dilihat, maka Allāh ﷻ Dia-lah Al-Bashir.

Dan Allāh ﷻ memiliki sifat Al-Bushr, dan Al-Bushr ini maknanya adalah jalā’il ma’lumāt yaitu pengetahuan-pengetahuan yang dzhohir, yang dilihat, maka Allāh ﷻ Maha Melihat. Dan Al-Bashiroh ini berkaitan dengan daqā’iq al-ma’lumāt, pengetahuan-pengetahuan yang sangat jeli dan juga sangat teliti. Berarti Al-Bushr ini berkaitan dengan jalā’il ma’lumāt, perkara-perkara yang jelas, adapun Al-Bashiroh ini adalah perkara-perkara yang kecil, perkara-perkara yang teliti.

Ketika kita mempelajari nama Allāh Al-Bashir maka ketahuilah bahwasanya dia mengandung tiga sifat ini, Al-Bashor yaitu Allāh ﷻ memiliki sifat melihat, penglihatan, dan Allāh ﷻ memiliki sifat Al-Bushr yaitu mengetahui perkara-perkara yang besar wal-Bashiroh dan Allāh ﷻ mengetahui perkara-perkara yang sangat teliti.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته