Halaqah 22 ~ Nama Dan Sifat Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Furqon 58 Bag.01

Halaqah 22 ~ Nama Dan Sifat Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Furqon 58 Bag.01

📘 Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah Bagian Pertama


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-22 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau mengatakan

وَقَوْلُهُ سُبْحَانَهُ: وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لا يَمُوتُ

Dan bertawakal-lah kepada Yang Maha Hidup yang tidak meninggal dunia.

Didalam ayat ini beliau rahimahullah membawakan ayat ini untuk menjelaskan kepada kita bahwasanya diantara nama Allāh ﷻ yang Allāh ﷻ tetapkan, yang Allāh ﷻ itsbat di dalam Al-Qur’an adalah Al-Hayy

Dan bertawakal lah kepada Al-Hayy, Al-Hayy adalah yang Maha Hidup, nama diantara nama-nama Allāh ﷻ dan kaidah menyebutkan bahwasanya setiap nama Allāh ﷻ itu mengandung minimal satu sifat dan sifat yang terkandung di dalam nama Allāh ﷻ Al-Hayyu adalah Al-Hayah yang artinya adalah kehidupan. Jadi nama Allāh ﷻ adalah Al-Hayyu dan sifat Allāh ﷻ yang terkandung di dalam Al-Hayyu adalah Al-Hayah atau kehidupan.

Dan nama-nama Allāh ﷻ adalah nama-nama yang Husna, yang paling baik, dan sifat-sifat Allāh ﷻ adalah sifat-sifat yang paling tinggi yang paling sempurna, sehingga di sini kita mengetahui bahwasanya sifat kehidupan yang terkandung di dalam nama Allāh ﷻ Al-Hayyu adalah kehidupan yang sempurna, yaitu kehidupan yang tidak diawali dengan tidak ada dan kehidupan yang tidak diakhiri dengan kematian atau kebinasaan, maka Dia-lah Allāh ﷻ Al-Hayyu dan ini yang membedakan antara sifat hidup bagi Allāh ﷻ dengan sifat hidup yang dimiliki oleh makhluk.

Makhluk memiliki sifat hidup namun sifat hidup yang dimiliki oleh makhluk adalah sifat hidup yang penuh dengan kekurangan, sifat hidup yang diawali dengan ketidakadaan

هَلْ أَتَىٰ عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ حِينٌ مِّنَ ٱلدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْـًٔا مَّذْكُورًا

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? [Al-Insan:1]

Diawali dengan ketidakadaan kemudian Allāh ﷻ menciptakan sehingga kita menjadi sesuatu yang ada, yang memiliki nama memiliki sifat, apakah kita akan selamanya hidup seperti ini setelah sebelumnya kita tidak ada dan tidak disebut? semuanya akan meninggal dunia, semuanya akan binasa

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
[Ar-Rahman:26]

Dan setiap apa yang ada di atasnya, yaitu di atas bumi, akan فَان yaitu akan binasa, maka kehidupan makhluk diakhiri dengan kebinasaan

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
[Aali Imran:185]

Setiap yang memiliki jiwa akan merasakan kematian. Inilah sifat hidup yang kita miliki, dari sini juga kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya ketika seseorang menetapkan sebuah sifat bagi Allāh ﷻ bukan berarti kita menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk, kita semua sepakat bahwasanya Allāh ﷻ memiliki sifat hidup bahkan ahlul bid’ah sekalipun mereka juga menetapkan, mustahil mereka menetapkan sifat mati bagi Allāh ﷻ, sifat itu adalah di antara sifat-sifat Allāh ﷻ yang dzatiyah yang melazimi Allāh ﷻ.

Apakah ketika seseorang menetapkan sifat hidup bagi Allāh ﷻ sementara dia melihat dirinya juga hidup dan apa yang ada di sekitarnya juga banyak makhluk hidup kemudian dianggap kita menyerupakan Allāh ﷻ dengan makhluk? Semuanya sepakat jawabannya tidak. Kenapa kita menetapkan sifat hidup bagi Allāh ﷻ, itu adalah sifat hidup yang sesuai dengan kesempurnaan Allāh ﷻ, sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ. Tidak diawali dengan tidak ada dan tidak diakhiri dengan kebinasaa/ kematian, berbeda dengan sifat hidup yang dimiliki oleh makhluk. Jadi Allāh ﷻ memiliki sifat hidup sesuai dengan kesempurnaan-Nya dan kita juga memiliki sifat hidup sesuai dengan kekurangan kita sebagai seorang makhluk, Allāh ﷻ menetapkan di dalam ayat ini bahwa nama-Nya adalah Al-Hayyu, Yang Maha Hidup.

الَّذِي لا يَمُوت

Yang tidak akan meninggal. Karena disana ada yang disifati dengan hidup dan dia akan meninggal,

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ

adapun Allāh ﷻ maka Dia-lah Yang Maha Hidup dan tidak akan meninggal. Disini Allāh ﷻ menafikan dari diri-Nya Al Maut berarti ini termasuk sifat manfiyya bagi Allāh ﷻ, sifat yang dinafikan dari Allāh ﷻ. Dan kaidah dalam masalah sifat-sifat yang dinafikan oleh Allāh ﷻ seperti ini kita menafikan apa yang dinafikan oleh Allāh ﷻ, kita tetapkan apa yang ditetapkan oleh Allāh ﷻ untuk diri-Nya dan kita nafikan apa yang dinafikan oleh Allāh ﷻ dari diri-Nya. Ketika Allāh ﷻ mengatakan لا يَمُوت berarti kita nafikan al-maut dari Allāh ﷻ, kemudian yang kedua kita tetapkan kesempurnaan kebalikan dari sifat al-maut yaitu Al-Hayah, kemudian kita tetapkan kesempurnaannya artinya Dia-lah yang memiliki sifat hidup yang sempurna, berarti ini menguatkan dari nama Allāh ﷻ Al-Hayy, didalam ayat ini disebutkan isbat dan juga an-nafyi.

Allahu A’lam, disini beliau rahimahullah mendatangkan ayat yang mulia ini karena sebelumnya mendatangkan ayat kursiy yang di situ juga ada penyebutan Al-Hayyu

اللَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Kemudian juga yang kedua, Allahu A’lam, di sini beliau mendatangkan ayat ini karena dia juga menggabungkan antara an-nafyu dan juga Al-Itsbat, Al-Hayyu dengan لا يَمُوت, Allahu A’lam.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A