Halaqah 19 ~ Nama-Nama Allah Yang Nafiyyah Dan Mutsbittah & Sifat-Sifat Allah yang Manfiyyah Dan Mutsbattah Yang Ada Dalam Ayat Qursiy Bag.01

Halaqah 19 ~ Nama-Nama Allah Yang Nafiyyah Dan Mutsbittah & Sifat-Sifat Allah yang Manfiyyah Dan Mutsbattah Yang Ada Dalam Ayat Qursiy Bag.01

📘 Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah Bagian Pertama


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Halaqah yang ke-19 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-‘Aqīdah Al-Wāsithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Kita masuk pada ayat Al-Kursiy, kemudian beliau mengatakan

وَمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فِي أَعْظَمِ آيَةٍ فِي كِتِابِهِ

Dan apa yang Allāh ﷻ sifatkan dengan-Nya نَفْسَهُ (diri-Nya sendiri) di dalam ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an, yang dimaksud adalah ayat kursiy, أَعْظَمِ آيَة berdasarkan sebuah hadits, yaitu haditsnya Ubay bin Ka’ab dimana Nabi ﷺ pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab

يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ

Tahukah kamu يَا أَبَا الْمُنْذِر (ini adalah kunyah dari Ubay bin Ka’ab), tahukah kamu ayat yang mana di dalam Al-Qur’an yang menurutmu itu adalah ayat yang paling besar, yang paling agung

قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

Beliau mengatakan Allāh ﷻ dan Rasul-Nya lebih tahu

يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ

Wahai Abal Mundzir tahukah kamu ayat yang mana di dalam Al-Qur’an yang menurutmu itu paling besar. Ditanya dua kali oleh Nabi ﷺ, Beliau ﷺ ingin mengajak dia untuk berpikir menurut Abal Mundzir (ubay bin ka’ab) apa ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an

قَالَ قُلْتُ

Maka ubay bin ka’ab membaca firman Allāh ﷻ yang Allāh ﷻ sebutkan dalam surat Al Baqarah 255

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ

Membaca ayat kursiy

قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى

Maka ubay bin ka’ab menceritakan bahwasanya Nabi ﷺ memukul dadanya (menepuk dadanya) kemudian mengatakan

وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

Beliau ﷺ mengatakan demi Allāh ﷻ semoga ilmu ini menjadi mudah bagimu wahai ubay bin ka’ab. Artinya di sini Beliau ﷺ memuji ubay bin ka’ab bahwasanya jawaban dia ini benar, ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an adalah ayat kursiy, ini menunjukkan ilmunya ubay bin ka’ab, dari sekian ribu ayat yang ada dalam Al-Qur’an dan dalam waktu yang tidak lama ketika ditanya oleh Nabi ﷺ beliau langsung bisa menjawab. Dan ini menunjukkan bagaimana para sahabat dahulu ketika mereka membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, bukan hanya sekedar membaca dan menghafal tapi mereka juga menghayati, sehingga taufik dari Allāh ﷻ saat itu ubay bin ka’ab langsung menyebutkan di hadapan Nabi ﷺ ayat kursiy, makanya Nabi ﷺ mengatakan

لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِر

Ini adalah pujian, kemudian yang kedua ini adalah doa, semoga ilmu ini dimudahkan untukmu wahai Abal Mundzir, doa juga untuk ubay bin ka’ab semoga mudah menerima ilmu, bertambah ilmunya. Ini menjadi dalil bahwasanya ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an adalah ayat kursiy dan hadits ini diriwayatkan oleh imam muslim.

Ayat kursiy menjadi ayat yang paling agung karena kandungan isinya, kandungan isinya adalah penyebutan beberapa nama dan juga sifat Allāh ﷻ

حَيْثُ يَقُولُ

ketika Allāh ﷻ mengatakan

اللَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

اللَّه ini adalah nama Allāh ﷻ yang mengandung sifat Al-Uluhiyah Dia-lah Allāh ﷻ yang memiliki sifat Uluhiyah, sifat Uluhiyah adalah sifat untuk disembah, hanya Dia saja yang memiliki sifat ini. Tidak ada selain Allāh ﷻ yang memiliki sifat uluhiyah dan kalau di sana ada yang disembah selain Allāh ﷻ disifati dengan sifat Uluhiyah maka ini adalah sesembahan dan pensifatan yang bathil

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوم

Allāh ﷻ di sini menafikan dari diri-Nya atau menafikan adanya sesembahan selain Dia

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ

Tidak ada sesembahan selain Dia, ini tidak ada nama dan juga sifatnya, setelah itu Allāh ﷻ mengatakan

الْحَيُّ الْقَيُّوم

الْحَي adalah nama Allāh ﷻ yang artinya adalah yang Maha Hidup, الْقَيُّوم nama Allāh ﷻ yang artinya adalah yang Maha Berdiri Sendiri, kandungan sifat yang ada di dalam الْحَي sifat Al-Hayya (sifat hidup) adapun الْقَيُّوم maka sifat Al-Qayyumiyyah yaitu sifat berdiri sendiri. الْحَيُّ sebagian ulama menjelaskan الْحَيُّ الْقَيُّوم, ketika kita menetapkan nama Allāh الْحَيُّ maka berarti kita menetapkan sifat-sifat kehidupan yang lain, yaitu sifat As-Sama’ Al-Bashar (sifat mendengar, sifat melihat) kemudian sifat Al-’Ilm (sifat ilmu), sifat Qudroh, sifat Iradah. Ketika seseorang menetapkan kesempurnaan hidup bagi Allāh ﷻ dalam nama-Nya الْحَيُّ dan yang namanya hidup yang sempurna ya ada As-Sama’, Al-Bashar, Al-’Ilm, Al- Qudroh, Al-Iradah sehingga para ulama menjelaskan bahwasanya di dalam nama الْحَيُّ ini mengandung seluruh sifat-sifat yang lazimah bagi Allāh ﷻ, yang senantiasa ada pada diri Allāh ﷻ.

Adapun di dalam nama Allāh الْقَيُّوم Yang Berdiri Sendiri, dan Dia menegakkan yang lain, yang lain tidak akan tegak kecuali apabila ditegakkan oleh Allāh ﷻ, maka para ulama menjelaskan ini mengandung sifat-sifat yang muta’addiyah yaitu yang berkaitan dengan yang lain, Dia-lah yang mencipta, Dia-lah yang memberikan rezeki, Dia-lah yang mengatur, ini semuanya masuk di dalam الْقَيُّوم Dia-lah Yang Berdiri Sendiri dan Dia-lah yang menegakkan yang lain dengan menciptakan, memberikan rezeki dan seterusnya.

Berarti الْحَيُّ mengandung seluruh sifat dzatiyah bagi Allāh ﷻ adapun الْقَيُّوم maka ini mengandung sifat-sifat yang muta’addiyah (yang berkaitan dengan yang lain) sehingga sebagian ulama ada yang mengatakan bahwasanya nama Allāh ﷻ yang paling besar adalah الْحَيُّ الْقَيُّوم, ini satu pendapat, karena الْحَيُّ mengandung seluruh sifat dzatiya الْقَيُّوم mengandung sifat yang muta’addiyah, berarti semuanya terkandung dalam الْحَيُّ الْقَيُّوم.

Makanya dari sini saja kita mengetahui kehebatan dari ayat kursiy ini, mengandung الْحَيُّ الْقَيُّوم yang di dalamnya ada penetapan sifat-sifat yang dzatiyah bagi Allāh ﷻ yang muta’addiyah bagi Allāh ﷻ

Kemudian Allāh ﷻ mengatakan

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ

Allāh ﷻ tidak ditimpa rasa ngantuk dan tidak ditimpa tidur. Sudah kita sebutkan bahwasanya ketika Allāh ﷻ menafikan berarti kita menetapkan kesempurnaan yang sebaliknya dari sifat yang dinafikan tadi. Disini Allāh ﷻ menafikan dari diri-Nya ngantuk yaitu pembukaan dari tidur maka kita katakan Allāh ﷻ

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَة

Allāh ﷻ tidak ditimpa rasa ngantuk ini, kita nafikan apa yang Allāh ﷻ nafikan

وَلاَ نَوْم

dan Allāh ﷻ tidak ditimpa tidur, kita nafikan dari Allāh ﷻ sifat tidur, tidak cukup disitu karena ini adalah sifat yang dinafikan maka kita sertai dengan penetapan kesempurnaan kebalikan dari sifat ini, yaitu kita tetapkan kesempurnaan sifat hidup bagi Allāh ﷻ, karena kalau hanya sekedar nafyi saja itu bukan pujian tapi ketika nafyi (dinafikan) dan ditetapkan kesempurnaannya barulah ini pujian, dan didalam diri Allāh ﷻ demikian pula, atau di dalam nama dan juga sifat Allāh ﷻ demikian. Jadi ketika Allāh ﷻ menafikan dari diri-Nya sebuah sifat, kita harus menetapkan kesempurnaan kebalikan dari sifat tadi. Berarti disini ada dua sifat yang dinafikan oleh Allāh ﷻ

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A