Halaqah 40 ~ Landasan Kedua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Tingkatan Iman Dan Cabang-Cabangnya (bag 02) | HSI BA

📘 Silsilah Ilmiyyah Belajar Aqidah
🔊 Halaqah 40 ~ Landasan Kedua Ma’rifatu Dīnil Islam Bil Adillah: Tingkatan Iman Dan Cabang-Cabangnya (bag 02)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله


Para ulama setelah mereka selesai mengumpulkan cabang² keimanan yang ada didalam al-Quran maka mereka kembali membuka hadits² Nabi ﷺ yang tentunya mereka para ulama adalah ahlinya itu adalah makanan mereka sehari² mereka juga menghafal hadits² Nabi ﷺ sebagaimana mereka menghafal al-Quran, disibukkan mereka memang dalam Quran dan juga Hadits yang merupakan pokok dasar dari ilmu, akhirnya mereka satu persatu membuka hadits² Nabi ﷺ akhirnya terkumpul dihadapan mereka jumlah yang banyak cabang² keimanan didalam al-Quran &cabang² keimanan yang ada didalam asSunnah, misalnya cabang² keimanan yang ada dalam al-Quran ada 50 sementara didalam asSunnah ada 40.

Kemudian mereka lihat kembali ternyata diantara cabang² keimanan tadi ada yang berulang, puasa disebutkan didalam al-Quran & juga disebutkan didalam asSunnah, shalat 5 waktu disebutkan didalam al-Quran & juga disebutkan didalam asSunnah, birulwalidain disebutkan didalam al-Quran & juga disebutkan didalam asSunnah, maka yang berulang tentunya dicoret dikumpulkan oleh mereka ternyata mereka mendapatkan bahwasanya jumlah cabang² keimanan yang telah mereka kumpulkan itu seperti yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ

بضع وسبعون شعبة

Ada diantara mereka yang menghitung ada 73, ada yang menghitung 74, ada yang menghitung katanya lebih daripada itu, kenapa disini sampai berbeda satu dengan yang lain, sebagian menyebutkan ini kembali kepada ijtihad mereka/pendapat mereka, ada diantara mereka terkadang memandang 2 amalan dianggap itu adalah 1, sebagian yang lain melihat adanya perbedaan, ini bisa melihat, ini tidak melihat inilah rezeki dari Allah, mungkin Ilmu yang Allah yang diberikan sebagian sehingga dia bisa membedakan, misalnya tentang masalah al Khauf wal khosyah mungkin sebagian membedakan apa bedanya al khouf dengan khosyah ini adalah rasa takut sehingga dijadikan satu dalil tentang Al Khouf yaitu sedalil dengan khosyah. Adapun yang lain maka sebagian bisa memiliki ilmunya dan bisa membedakan kemudian mengatakan khosyah itu demikian al khoif itu demikian sehingga dijadikan beda cabangnya, tapi semuanya sama² mengatakan bahwasanya Khouf dan juga khosyah bagian dari keimanan, tapi yang jelas mereka mendapatkan seperti yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ, ini adalah hikah kenapa beliau Rasulullah ﷺ mengatakan

بضع وسبعون شعبة
 
Beliau tidak berbicara dengan hawa nafsunya,

Allah tahu bahwasanya kelak akan ada perbedaan pendapat para ulama, 2 ibadah dianggap itu 1, atau 1 ibadah dipisah karena dia memiliki makna yang berbeda , dan para ulama ketika mereka sudah mengumpulkan cabang² keimanan tadi.

Seperti misalnya al Baihaqi beliau mempunyai kitab syuabul iman (cabang² keimanan), tentunya setelah mereka mengumpulkan & persis sebagaimana digambarkan oleh Nabi ﷺ bertambah ilmu & bertambah keimanan, yang sebelumnya sudah ada keyakinan tetapi ketika memperaktekan & merasakan & menemukan sendiri tentunya bukan perkara yang mudah membaca al-Quran sambil mentadaburi mengumpulkan, ini bukan pekerjaan yang ringan dan mungkin saja mereka bukan hanya sekali untuk melakukannya, karena ini berkaitan dengan agama dua, tiga kali mereka mengulang lagi mengumpulkan kembali cabang² keimanan.

Ketika mereka sudah bisa dan menemukan sebagaima dikabarkan oleh Nabi bertambah keimanan mereka, mereka berusaha untuk mengamalkannya. Jadi dikumpulkan bukan hanya sekedar pengetahuan bangga bisa mengumpulkan cabang² keimanan tadi, tapi diharapkan dengan dikumpulkan menjadi satu seperti didalam 1 kitab memudahkan mereka untuk mengamalkan, memudahkan untuk mereka mengechek mana yang sudah mana yang belum. Mereka dahuku berusaha untuk mewujudkan & mengamalkan 70 cabang lebih mereka ingin menyempurnakan iman, setelah seseorang mengetahui ternyata cabang² keimanan adalah ini, maka dia berusaha untuk menyempurnakan, bagaimana cara untuk menyempurnakan Iman, semakin banyak dia mengamalkan cabang² keimanan tsb maka akan menjadi sempurna imannya, beda antara orang yang mengamalkan 60 cabang dengan orang yang hanya mengamalkan 30 cabang.

Inilah keadaan yang mereka berlomba didalam menyempurnakan iman, bukan berlomba masalah dunia tapi berlomba siapa diantara mereka yang paling banyak mewujudkan cabang² keimanan, sehingga tidak heran apabila ulama salaf para immah dahulu mereka terkumpul dalam diri² mereka cabang² keimanan , kebaikan² ini adalah seorang ahli ibadah dan ini adalah seorang ahli ilmu sekaligus dia itu seorang mujahid sekaligus dia senang berinfaq dst.

Inilah maksud mereka mengumpulkan cabang² keimanan tadi untuk memudahkan mereka beramal dan untuk memusahabah diri, mana cabang keimanan yang belum pernah amalkan , beri makan fakir miskin belum pernah, menanggung anak yatim – أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا – (misalnya) maka mereka amalkan berusaha dengan harta yang mereka miliki , terus berusaha cabang keimanan yang belum dia laksanakan sehingga dia berharap setiap hari keimanannya bertambah dan dia bisa ngecek yang sudah dia laksanakan apakah dia benar² ikhlas didalamnya atau tidak, terus mereka perbaiki tentang keikhlasannya, disiplinnya, kesungguhannya, inilah manfaat kitab Syuabul Iman.

Oleh karena itu kitab² tersebut bagus kita memiliki perhatian terhadap kitab² tadi, diantaranya adalah yang dikarang oleh al Baihaqi beliau memiliki kitab syuabul Iman dan juga Al Halimi juga memiliki kitab yang dalam tema yang sama yaitu pengumpulan syuabul Iman.

الله تعالى أعلم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang