Halaqah 30 ~ Pembatal keislaman yang ke 7 bagian 1 | HSI NI.2

📘 Silsilah Ilmiyyah An-Nawaqidhul Islam
🔊 Halaqah 30 ~ Pembatal keislaman yang ke 7 bagian 1

Halaqah yang ke-30, Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam karangan Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahab at Tamimi rahimahullah

Pembatal keislaman yang ke-7 yaitu sihir.

Berkata mualif rahimahullah

السَّابِعُ: السِّحْرُ – وَمِنْهُ : الصَّرْفُ وَالعَطْفُ-، فَمَنْ فَعَلَهُ أَوْ رَضِيَ بِهِ كَفَرَ، وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ

Beliau mengatakan :

Assaabi’ (السَّابِعُ) yang ketujuh yaitu diantara pembatal-pembatal keislaman

السِّحْرُ وَمِنْهُ:الصَّرْفُ وَالعَطْف

Sihir diantaranya atau contohnya adalah sharf dan ‘athf dan insya Allah akan kita terangkan maknanya

فَمَنْ فَعَلَهُ

“Maka barangsiapa yang mengerjakannya (yaitu mengerjakan sihir)”

أَوْ رَضِيَ بِهِ

“Atau dia meridhai sihir”

كَفَرَ،

“Maka dia telah kufur (keluar dari islam)”

وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى

Dalilnya adalah firman Allah تَعَالَى yang artinya :

“Dan tidaklah keduanya (yaitu) kedua malaikat tersebut mengajarkan kepada seseorang (mengerjakan sihir) sampai mereka berkata

يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ

Sampai mereka berkata “Sesungguhnya kami adalah fitnah, kami adalah ujian maka jangan engkau kufur kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

Ini adalah pembatal keislaman yang ke-7 yaitu sihir dan kalimat Assihr di dalam bahasa Arab artinya adalah segala hal yang samar sebabnya, waktu orang makan sahur namanya adalah sahr, dinamakan dengan sahr karena terjadi di akhir malam dan akhir malam adalah samar, kalimat As-sihr dalam bahasa Arab adalah ghulma khafiya sababuk : segala sesuatu yang samar sebabnya maka dinamakan dengan sihir.

Ini adalah sihir secara bahasa.

Dan sihir yang dilarang ada dua macam, ada diantaranya yang hakiki yaitu sihir dengan bantuan syaitan dan jin yang memudharati orang lain, membuat sakit orang lain bahkan ada Diantaranya yang meninggal dan bisa mempengaruhi pikiran sehingga dia dikhayalkan kepadanya sesuatu padahal dia tidak melakukan dan juga mempengaruhi hati menjadikan seorang yang cinta menjadi benci atau sebaliknya menjadikan orang yang benci menjadi mencintai

Ini adalah bentuk sihir yang hakiki.

Dan disana ada sihir yang takhyili yaitu khayalan dan yang di sihir adalah penglihatan seseorang sehingga dia melihat sesuatu yang tidak sebenarnya seperti yang terjadi di zaman Nabi Musa 'alayhissalam, ketika Fir'aun mengumpulkan tukang-tukang sihir yang mahir di Mesir untuk melawan Nabi Musa 'alayhissalam, maka mereka menggunakan sihir takhyili mensihir mata mata manusia sehingga melihat tali-tali yang mereka lempar seakan-akan itu adalah Ular, sebagaimana Allāh menceritakan didalam Alquran

قَالُواْ يَـٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِىَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِينَ (١١٥) قَالَ أَلۡقُواْ‌ۖ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ سَحَرُوٓاْ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَآءُو بِسِحۡرٍ عَظِيمٍ۬ (١١٦

“Mereka berkata kepada Nabi Musa عَلَيهِ السَّلَامُ “Wahai Musa silahkan engkau yang melempar tongkatmu terlebih dahulu atau kami yang melempar”

Maka Beliau mengatakan (أَلْقُوا) silahkan kalian melempar tali-tali kalian

فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ

“Ketika mereka melempar tali-tali tersebut (سَحَرُوا) mereka men-sihir (أَعْيُنَ النَّاسِ ) mata-mata manusia” (وَاسْتَرْهَبُوهُمْ) dan mereka menjadikan manusia takut”

Ketika mereka melihat dengan mata mereka bahwasanya tali-tali tersebut seakan-akan berubah menjadi ular

وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ

”Mereka datang dengan sihir yang besar” (Al-A’raf 115-116)

Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mewahyukan kepada Nabi Musa عَلَيهِ السَّلَامُ

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ

“Maka Kami wahyukan kepada Musa supaya dia melempar tongkatnya”

فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ

”Maka tiba-tiba tongkat (yang di lempar oleh Nabi Musa عَلَيهِ السَّلَامُ) berubah menjadi ular yang hakiki (dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى)” (Al-A’raf : 117)

فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ

Maka ular tersebut (yaitu ular yang (mubin) yang nyata, yang besar) memakan tali-tali yang di lempar oleh tukang-tukang sihir tersebut

Dan ini adalah mu’jizat dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bukan hanya men-sihir mata manusia sehingga melihat sesuatu yang bukan hakikatnya akan tetapi benar-benar Allah merubah dari tongkat menjadi seekor ular yang nyata yang bergerak dan hidup bukan hanya itu bahkan dia memakan tali-tali yang dilempar oleh tukang-tukang sihir.

..فَإِذَا هِىَ تَلۡقَفُ مَا يَأۡفِكُونَ (١١٧)  فَوَقَعَ ٱلۡحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (١١٨) فَغُلِبُواْ هُنَالِكَ وَٱنقَلَبُواْ صَـٰغِرِينَ

"...Maka telah nyata kebenaran dan batal lah apa yang mereka amalkan (diamalkan oleh tukang-tukang sihir)

فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ

“Maka mereka kalah dan mereka kembali dalam keadaan hina ” (Al-A’raf 117-119)

وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ

”Maka tukang-tukang sihir tersebut mereka sujud dan beriman” (Al-A’raf 120)

Bertaubat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى setelah melihat apa yang ada didepan mereka dimana tongkat (yang di lempar oleh Nabi Musa عَلَيهِ السَّلَامُ) berubah benar-benar menjadi seekor ular. Dan ini bukan sihir, sihir yang mereka lakukan tidak sampai demikian cuma menipu manusia, men-sihir mata mereka sehingga mereka melihat tali seakan-akan itu adalah ular. Apabila sudah hilang sihirnya maka mereka akan melihat pada kenyataannya, tapi ini mereka melihat sebuah tongkat benar-benar menjadi seekor ular,

Akhirnya mereka percaya bahwasanya ini adalah seorang Rasulullah dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang telah mengutus beliau dan bahwasanya apa yang terjadi ini adalah diantara ayat-ayat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ

“Maka mereka (yaitu tukang-tukang sihir tersebut) mereka bersujud kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” (Al-A’raf 120)

قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٢١) رَبِّ مُوسَىٰ وَهَـٰرُونَ (١٢٢

“Mereka berkata kami beriman kepada Rabbul’alamin, Rabb nya Nabi Musa dan Harun” (Al-A’raf 121-22)

Inilah akhir dari tukang-tukang sihir yang mereka mendapatkan petunjuk dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan beriman kepada Nabi Musa عَلَيهِ السَّلَامُ

Dan ini dinamakan As-sihr at-takhyili yaitu sihir yang berupa khayalan.

Dan keduanya diharamkan didalam agama islam, baik sihir yang pertama (yang hakiki) yang bisa memudharati, yang bisa menyakiti, bahkan bisa membuat mati seseorang, menjadikan orang yang benci menjadi mencintai, ataupun mencintai menjadikan membenci ataupun sihir yang kedua yaitu sihir yang berupa khayalan, keduanya diharamkan didalam agama islam

Ustadz Abdullah Roy